Sinopsis Memory Lost Season 2 Episode 4 - 2

Sinopsis Memory Lost Season 2 Episode 4 - 2


Suatu malam, T mendengar Zheng cs kembali sambil membicarakan gadis baru yang berhasil mereka bawa dalam perjalanan kembali tadi.

Penasaran, T mengintip mereka dari balkon lantai atas dan melihat bagaimana mereka seenaknya main perintah menyuruh Feng untuk menyedikan makanan untuk mereka.

Dia berusaha menolak karena dia sedang membantu menyuling parfum untuk Prof Zhu, tapi Zheng langsung mengeplak kepalanya dengan marah, ngotot menyuruh Feng untuk menyiapkan makanan untuk mereka.

"Takkan ada seorangpun yang mati kalau tugas si tua tertunda. Tapi jika aku tidak makan makanan hangat sekarang, kaulah yang akan mati."

Xing bahkan menyuruh Feng untuk membawa makanan itu ke ruang penyiksan. Malam ini mereka akan bersenang-senang lagi. Ketakutan sekaligus kesal, Feng terpaksa pergi menuruti permintaan mereka.


Gu Ran pun dibawa ke ruang penyiksaaan setelah Prof Zhu memakainya untuk membuat parfum. Gu Ran berusaha melawan dan memohon-mohon. Tapi itu malah membuat mereka semakin menggila.

Feng datang saat itu dan berusaha menunda kebejatan mereka dengan meminta mereka makan dulu saja. Tapi tak ada yang mempedulikannya dan memaksanya keluar. Feng tak tega mendengar jeritan Gu Ran, tapi dia tak berdaya menolongnya.


Saat Feng membawakan makan malam untuk T, dia melihat T bersiap mau pergi. Feng merasa lebih baik T pergi saja. Jika para sepupunya sampai tahu dia ada di sini, dia bisa berada dalam bahaya itu. Tapi, Feng ingin meminta bantuan T, bolehkah?

"Hargaku mahal."

Feng langsung menyodorkan sebuah buku tabungan, "Apa ini cukup?"

"Cukup," ujar T setelah mengecek jumlahnya.

"Saat kau pergi nanti, aku ingin kau membawa gadis itu bersamamu."

T langsung menyetujuinya dengan mudah sampai membuat Feng heran, apa dia tidak akan tanya apa yang terjadi dan kenapa dia meminta T untuk membawa gadis itu?

"Itu bukan urusanku. Aku tidak mau tahu."


Duduk di samping T, Feng mengaku kalau semua ini karenanya. Jika saja dia tidak membawa para sepupunya untuk bekerja di sini, mereka tidak akan memiliki kesempatan untuk menyakiti orang-orang tak berdosa.

"Bagaimana bisa hati manusia bisa begitu kotor."

"Itu urusan orang, bukan kau. Kau hanya perlu melakukan apa yang bisa kau lakukan."

Feng mengaku kalau dia sebenarnya takut pada T sejak saat dia pertama kali melihat T.

Tapi setelah beberapa hari tinggal bersama T, dia merasa T itu sebenarnya orang baik. Feng juga minta bantuan satu lagi? Dia tahu T ingin bayaran, tapi semua uangnya ada di rekening bank.


Jika suatu saat T punya kesempatan untuk kembali kemari, dia memohon agar T membawa Profesor Zhu ke kota bersamanya.

Karena di sini, tak ada seorangpun yang peduli pada Prof Zhu selain dirinya. T mengajak Feng pergi bersamanya saja sekarang.

Tapi Feng menolak, "Aku harus menebus dosaku. Aku tidak boleh membiarkan mereka terus seperti ini. Aku menyerahkan segalanya padamu." Ucap Feng yang terdengar seperti ucapan selamat tinggal.


Dia lalu pergi dengan membawa tongkat ke ruang penyiksan dan langsung menghajar Zheng.

Gu Ran berusaha menghentikannya, takut mereka justru akan membunuhnya. Tapi Feng terus mengayunkan tongkatnya membabi buta dan mengancam akan membawa mereka semua ke kantor polisi.


Tapi tentu saja dia mereka berempat menangkapnya dengan mudah dan langsung mengereyoknya.

Lebih kejinya lagi, Zheng memaksa para sepupunya untuk memasukkan Feng kedalam sebuah peti penyksaan yang penuh duri-duri besi tajam.

Mereka menguncinya rapat-rapat di sana. Darah mengalir deras dari celah alat itu dan jerit memilukan terdengar begitu kencangnya hingga sampai ke telinga T. Menduga apa tengah terjadi, T sontak mengepalkan tangannya begitu erat dan penuh dendam.


Saat alat itu dibuka, mayat Feng terjatuh berlumur darah dan Zheng menggunakan dia sebagai contoh bagi yang lain untuk tidak mengkhianatinya lalu menyuruh mereka untuk membuang mayatnya.

Para baj*ngan itu lalu gotong royong membawa keluar mayat Feng, tak sadar sama sekali kalau T melihat mereka dari lantai atas. Tentu saja dia begitu marah melihat orang yang menyelamatkannya dibunuh dengan cara sekeji itu.


Saat mereka keluar, T masuk ke ruang penyiksan untuk menemui Gu Ran. Bahkan T pun sampai mengernyit ngeri melihat pemandangan mengerikan di tempat itu.

T melepaskan rantai tangan dan kaki Gu Ran dan mengaku kalau dia diminta pria yang barusan dibunuh untuk membawa Gu Ran pergi dari sini. Dia orang yang menyelamatkan nyawanya. Dan karena itulah, dia berhutang nyawa pada Feng.

"Dia mati karena berusaha menyelamatkanku. Para binatang biadap itu, mereka..."

T tanya apa dia masih bisa berjalan. Tapi Gu Ran merasa dia tidak akan bisa meninggalkan tempat ini dan menyuruh T pergi sendiri saja. Dia hanya akan menjadi beban bagi T.


"Aku sudah berjanji padanya. Aku harus membawamu bersamaku. Itulah perjanjian kami."

"Perjanjian? Siapa sebenarnya kau?"

"Aku seorang pembunuh."

"Pembunuh? Baguslah. Aku akan memberimu uang. Berapa yang kau inginkan? Bantu aku membunuh para binatang itu!"

Sayangnya, T tidak mungkin bisa melakukan itu sekarang karena dia masih terluka dan dia sendirian. Dia tidak mungkin bisa melawan mereka. "Maaf, aku tidak bisa membantumu."


"Kalau begitu, pergilah."

"Aku bisa membawamu pergi."

Gu Ran menolaknya. Sebelum dia tertangkap dan disiksa, dia sudah berulang kali melarikan diri, tapi berulang kali pula dia tertangkap.

Dia tidak mau lagi berpikir kalau dia punya secercah harapan tapi malah berakhir dalam keputusasaan. Tapi bisakah dia minta tolong?

"Katakan saja. Aku sudah berjanji padanya kaalau aku akan membawamu pergi. Sekarang kau adalah klienku."

"Bagus. Aku ingin kau membantuku balas dendam."


"Kau yakin kau tidak mau pergi?"

"Aku yakin. Tbuhku sudah rusak terlalu parah, jiwaku sudah lama mati. Bahkan sekalipun aku cukup beruntung untuk melarikan diri, aku akan menjalani sisa hidupku dalam mimpi buruk."

Satu-satunya yang Gu Ran inginkan adalah membunuh mereka yang sudah membuatnya menderita seperti ini. Satu per satu dia menyebutkan nama-nama semua orang yang membuatnya jadi begini. 

Luo Xia yang mencuri mapnya hingga dia tersesat, Kefan cs yang memperk**anya, Sun Dian dan Ming Yue yang menolak membawanya kembali ke kamp hingga membuatnya bertemu para binatang itu. Mereka semua pantas mati.

"Baiklah. Aku akan membantumu membalas dendam pada mereka."

"Jangan biarkan seorang pun lolos."

"Aku janji aku tidak akan membiarkan seorang pun lolos." Janji T sebelum kemudian pergi meninggalkan Gu Ran. (Yang kuherankan, kalau dia disiksa dan diperk**sa sampai separah itu, kok bisa luput waktu diotopsi?)

Flashback end.


Begitulah kisah keterlibatan T dengan semua ini. Dia sudah berjanji akan balas dendam demi Gu Ran. Karena itulah, dia harus membunuh orang-orang ini.

"Sekarang kau tahu mereka orang-orang yang seperti apa. Apa kau masih ingin menghentikanku?" Tanya T sambil mengarahkan senapannya pada Liu bersaudara.

"Jangan menyanjung dirimu sendiri. Kau sebenarnya sama seperti mereka. Kalian sama-sama menghancurkan hidup orang lain. Tapi kau jauh lebih palsu. Kau pikir kau lebih bermoral dengan menggunakan nama Tuhan untuk menghukum mereka. Tapi karena kau sama seperti mereka, maka kau harus kembali bersamaku untuk menerima hukuman."


T sontak mengarahkan senapannya ke Han Chen. Jin Xi refleks mau melindungi Han Chen, tapi Han Chen mencegahnya dan memperingatkan Jin Xi untuk tidak melakukan sesuatu yang bisa mengganggunya.

Mendengar itu, T ganti mengarahkan senapannya ke Jin Xi. Tapi Han Chen langsung menamenginya lalu bergerak cepat mau merebut senapan itu. Jadilah mereka duel saling memperebutkan senapan itu.


Han Chen sukses merebutnya, tapi T juga masih punya pistol. Cemas, Jin Xi berusaha membujuk T untuk tidak membunuh Han Chen dan mengingatkannya kalau Han Chen menyelamatkan banyak orang. Dia benar-benar penegak keadilan.

"Kalaua kau membunuh orang sepertinya, lalu bagaimana bisa kau bicara tentang hukuman dan keadilan? Tak peduli sebanyak apapun orang yang sudah kau bunuh, kau bukan tandingannya. Turunkan senjatamu."

 

T tampak bimbang. Tepat saat itu juga, mereka mendengar helikopter polisi datang. T sinis berkomentar kalau Han Chen sekarang lebih kuat daripada 5 tahun yang lalu.

"Kau bilang apa?"

"Maaf. Kami menggunakan cara curang untuk mengalahkanmu... dan juga tunanganmu."


Han Chen sontak menempelkan senapan itu ke d**a T dan menuntut keberadaan tunangannya. T santai mengarahkan pucuk senapan itu ke kepalanya dan memaksa Han Chen untuk menembaknya sana.

"Di mana dia?!" Jerit Han Chen

"Kau mau tahu? Aku tidak akan bilang." Dan T langsung menembak dirinya sendiri.

Han Chen jadi semakin histeris menuntut keberadaan tunangannya, tapi T sudah meninggal.

Mendengar Han Chen begitu histeris, tiba-tiba membuat d**a Jin Xi sesak dan sakit hingga dia muntah darah.


Kakinya langsung lemas, tapi untunglah Han Chen sigap menangkapnya. Jin Xi mencengkeram erat bajunya, menatap Han Chen dengan sedih sebelum kemudian pingsan.


Helikopter dan tim medis tiba tak lama kemudian. Si Bai mau melepaskan cengkeraman tangan Jin Xi dari Han Chen, tapi Han Chen langsung menampiknya lalu membopong Jin Xi.

Dia menyuruh Si Bai dan yang lain tetap tinggal karena mereka masih dibutuhkan lalu berjalan terpincang-pincang membawa Jin Xi ke helikopter.


Dalam perjalanan, Han Chen menyeka lembut darah di bibir Jin Xi, melepaskan cengkeraman Jin Xi darinya dan mendkapnya erat.

Bersambung ke episode 5

Post a Comment

2 Comments

  1. Makasih min udah dilnjut sinopsisnya...lanjuuuttt trus ya min smpe slese....semangaatt min

    ReplyDelete
  2. Baguss mbak cerita nya.
    Makasih kakak.
    Lanjut lagi ya kakk.
    Semangat ✊💪

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam