Sinopsis Memory Lost Season 2 Episode 4 - 1

Sinopsis Memory Lost Season 2 Episode 4 - 1


You Chuan menceritakan kisah dirinya. Namanya yang sebenarnya adalah Xie Lu dan dia terlahir kembali dua kali. Pertama kalinya adalah saat dia berumur 10 tahun.

Flashback.

Xie Lu/You Chuan kecil, terbangun di sebuah tempat asing dalam keadan tangan dan tbuh diperban. Sepertinya dia terluka parah entah karena apa.

TV di depannya menyala. Berita di sana mengabarkan adanya ledakan gas di sebuah rumah dan mengakibatkan sang tuan rumah kehilangan nyawanya.

Dalam ingatan Xie Lu kecil, sebenarnya dialah yang menyebabkan ledakan gas itu dan korban itu adalah ayah tirinya. Xie Lu kecil sering disiksa ayah tirinya itu hingga dia tidak tahan lagi dan sengaja membakar rumahnya sendiri.


Dia terluka parah gara-gara kebakaran itu. Tapi seorang pria menyelamatkannya. Pria itu berkata bahwa terkadang membunuh orang itu mudah, dia tidak harus bertaruh dengan nyawa sendiri.

"Kau siapa?"

"Aku orang yang akan memberimu hidup kedua. Ingatlah, hidupmu sekarang adalah milikku. Masing-masing dari kami dilambangkan dengan huruf. Mulai sekarang, kau akan menjadi T. Aku akan mengajarimu seni membunuh."

"Seni... membunuh?"

"Bersama-sama, mari kita gunakan darah untuk menulis legenda kita."


Sejak saat itulah, T kecil mulai diajari untuk menjadi penembak profesional. Suatu hari dia tanya pada bos-nya itu, kapan dia bisa membunuh orang?

"Ucapan anak kecil berasal dari seseorang yang masih memiliki jiwa kekanakan dan berpikir seperti anak kecil. Hanya setelah kau dewasa kau bisa lepas dari sifat kekanakan itu."

Si bos memperhatikan kalau T suka memakai 3 sendok gula kedalam kopinya. Dia meyakinkan kalau membunuh orang itu tidak rumit, mudah malah. "Saat pelatuk ditarik, lupakan saja manisnya gula. Satu hal yang perlu mereka ketahui adalah bagaimana dan mengapa kita menarik pelatuknya."


T pada akhirnya tumbuh menjadi pembunuh profesional yang menarget para korbannya tanpa perasaan dan ditakuti orang-orang di seluruh kota.

 

T memiliki rekan-rekan satu sindikatnya yang juga sama-sama memakai nama satu huruf. Hari itu, mereka berkumpul mengadakan pesta topeng. Salah satu dari mereka mengaku kalau dia baru-baru ini mempelajari tentang cuci otak.

Dia menemukan sebuah virus yang bisa dikontrol untuk menghapus ingatan seseorang. T datang belakangan dan yang lain langsung menyinggung kehebatan T yang sampai masuk koran, dikenal sebagai sniper bayangan yang tidak meninggalkan jejak.


Salah satu penjahat yang pakai topeng hitam menduga kalau T pasti kurang puas dengan aksi pembunuhannya, soalnya dia selalu membunuh dalam jarak jauh. Apa T tidak bosan?

Kalau dia sendiri lebih suka berada dekat dengan korbannya, ngobrol dengan korbannya dulu sampai ketakutan perlahan muncul di mata korbannya. Lalu setelah itu, dia akan membunuhnya pelan-pelan.

"Itulah membunuh yang sebenarnya? Apa kau mau coba?" Tawarnya.

"Tidak usah, terima kasih." Tolak T.

Satu per satu, orang-orang itu saling pamer cara masing-masing dalam membunuh. Ada yang lebih suka membunuh pakai racun dan ada pula yang lebih suka pakai bom.


Si bos mereka berkata bahwa manusia paling berbakat sekalipun, pasti memiliki kelemahan yang fatal, baik individu maupun dalam satu tim. Tapi sendirian hanya akan mengarahkan mereka pada kehancuran.

Dia mengajak mereka bersulang sebelum kembali melanjutkan ceramahnya bahwa melakukan kejahatan adalah kesalahpahaman yang diciptakan pemenang dalam masyarakat terhadap pelaku kejahatan. Dia yakin bahwa ini adalah seni terbaik di dunia karena dia percaya hanya kematian lah takdir yang tak bisa diubah.

Waktu itu, T yakin kalau dia beda dari yang lain. Dia membunuh bukan demi kesenangan, tapi demi balas budi pada pria yang memberinya kesempatan hidup kedua. Hubungan tim mereka kuat dan tak dapat terpatahkan... sampai saat mereka bertemu lawan yang kuat.


Suatu hari, tim polisi datang menggerebek markas mereka dan orang yang memimpin aksi penggerebekan itu adalah Han Chen. (Ah! Jadi mereka memang musuh di masa lalu tapi Han Chen tidak mengingatnya sekarang)

Kelompok penjahat itu berusaha melawan. T dan Han Chen berduel dengan sengitnya. T berhasil melarikan diri setelah Han Chen sempat melukai lengannya. Lalu seseorang menekan remote control untuk meledakkan tempat itu sampai hancur. (Hmm... apa Han Chen hilang ingatan karena ledakan itu?)


Kelompok mereka selamat, tapi mereka semua harus menyembunyikan diri sejak saat itu. Dan sejak saat itu pula, T jadi mulai menderita insomnia yang semakin lama jadi semakin parah. Sering kali dia tersentak bangun tengah malam sambil mengacungkan senjata seolah ada musuh yang mau membunuhnya.

Setiap kali dia menutup mata, dia kembali teringat pertarungan waktu itu dan juga kematian seorang rekannya yang bernama M. Dalam flashback, si M tampak berduel dengan Han Chen sebelum kemudian mati tertembak di kepala.


Dia jadi sering terjaga tiap malam dan minum-minum sampai mabuk yang pada akhirnya membuatnya semakin depresi. Suatu malam, dia sengaja menabrakkan diri ke sebuah mobil yang melintas. Tapi pengemudinya mengerem tepat waktu.

T jadi kesal dan ngotot menyuruh si pengemudi untuk menabraknya. Jelas saja si pengemudi dan kawan-kawannya jadi marah dan langsung menghajarnya.


Karena tak tahan dengan siksaan ini, dia curhat ke salah satu rekannya yaitu si E. Dia berkata bahwa sekarang dia tidak bisa hidup tenang, mungkin karena dia sudah membunuh banyak orang.

E mengaku kalau dia juga begitu. Dia merindukan mereka yang dulu. T lalu berpikir, "Daripada menderita dengan berusaha menjalani hidup normal, mari kita nyalakan hidup ini seterang mungkin."


Dengan tekad itu, T bangkit kembali dengan semangat baru. Dia kembali merangkai senjatanya dan bersiap membunuh orang. Tapi tiba-tiba dia melihat targetnya menggendong seorang anak kecil yang membawa permen lolipop.

Permen yang membuatnya teringat akan masa kecilnya, dulu juga dia pernah memakan permen seperti itu dan rasanya sangat manis. Kenangan manis itu akhirnya membuatnya mengurungkan kejahatannya.


Saat dia berjalan pergi, ada tim polisi yang sedang melakukan pemeriksaan. Dia berusaha berjalan santai biar tidak ketahuan. Tapi tetap seorang polisi melihatnya dan langsung menuntutnya untuk membuka tas gitarnya itu.


T bimbang sesaat. Tapi kemudian dia tersenyum penuh percaya diri dan membuka tas gitarnya. Lalu tiba-tiba saja terdengar suara tembakan. Situasi jadi kacau seketika, para polisi dan T saling adu tembak dengan brutal.


T membajak sebuah mobil yang lewat dan menggunakannya untuk melarikan diri. Polisi mengejarnya dengan ketat, mereka kejar-kejaran di jalan raya, berkelok-kelok di antara padatnya lalu lintas.

T dengan ahlinya mengecoh mereka dengan bersembunyi di balik truk yang lewat. Lalu saat truk dan mobil-mobil polisi sudah berlalu, dia berbalik arah.


Sudah aman, T pun bisa tenang. Tapi di tengah jalan, tiba-tiba dia merasakan sakit di perutnya. Saat itulah dia baru menyadari kalau dia kena tembak.

Dia terus mengemudi tak tentu arah hingga dia keluar dari jalan perkotaan dan memasuki area hutan. Tapi lama kelamaan, kondisinya semakin melemah hingga pandangannya semakin mengabur.

Dia berusaha bertahan, tapi pada akhirnya dia tidak kuat lagi dan pingsan. Mobil itu pun terjatuh bergulingan ke dasar lembah.


Tak berapa lama kemudian, Liu Feng kebetulan lewat dari sana, hendak kembali ke mansion. Melihat mobil yang mulai berasap itu, Feng berusaha keras seorang diri untuk mengeluarkan T.


Dia merawat T di mansion sampai dia siuman, tapi dia mengaku tak tahu bagaimana harus merawat lukanya, jadi dia hanya memperbannya. Dia mengembalikan ponselnya T siapa tahu T mau menghubungi keluarganya.

T hanya meminta Feng untuk menyediakan pisau bedah, handuk, jarum, benang, gunting dan obat anti-inflamasi. Dia mau mengoperasi dirinya sendiri.


Feng kembali tak lama kemudian dengan membawakan semua peralatan yang dibutuhkannya. Dia membantu T melakukan operasinya, tapi dia langsung berbalik dengan ngeri saat T mulai membedah perutnya sendiri untuk mengeluarkan peluru itu.

Setelah T berhasil mengeluarkan pelurunya, Feng menyodorkan benang dan jarum. Tapi T memaksanya untuk menjahitkannya untuknya. Feng jadi galau, tapi terpaksa dia melakukannya dengan tangan gemetaran dan mengernyit ngeri.


Setelah selesai, dia membantu menyeka tbuh dan luka T. Dia juga memberikan baju ganti milik sepupunya. T berterima kasih padanya. Tapi dia penasaran, apa Feng tinggal di sini seorang diri?

T memberitahu kalau ini mansionnya Prof Zhu dan dia asistennya Prof Zhu. Tapi T tidak perlu mengkhawatirkannya, soalnya Prof Zhu itu jarang keluar dan lebih suka mendekam di lab-nya untuk menciptakan wewangian.

Beberapa sepupunya juga tinggal dan bekerja di sini, tapi mereka sedang tidak ada hari ini, mereka akan kembali beberapa hari lagi.


Mungkin mengira Feng takut padanya, T meyakinkan kalau dia tidak akan menyakiti Feng. Dia hanya akan tinggal semalam di sini.

Tapi Feng sama sekali tidak mempermasalahkannya. Dia justru ingin T sembuh dulu. Feng benar-benar merawat T dengan telaten. Memberinya obat secara teratur, menyuapinya makan, dll.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments