Sinopsis Master Devil Don't Kss Me Season 2 - Episode 17

Sinopsis Master Devil Don't Kss Me Season 2 - Episode 17

Usai kelas, Xiao Nan hendak menyinggung tentang gosip Chu Xia dan Cheng Chuan yang bermalam bersama. Tapi Chu Xia langsung membentaknya untuk tidak mempercayai gosip itu.

Cheng Chuan tiba-tiba melemparkan kertas ke Chu Xia lalu langsung pergi tanpa sepatah kata. Dan dalam pesannya, Cheng Chuan menyatakan kalau dia akan bertanggung jawab atas Chu Xia yang jelas saja membuat Xiao Nan semakin curiga. Katanya tidak terjadi apa-apa tapi Chu Xia ingin Cheng Chuan tanggung jawab?


Man Kui menghampiri mereka dan lagi-lagi, dia juga menyinggung Chu Xia yang tidak pulang semalam, dia dan Qi Lu benar-benar khawatir, Chu Xia ke mana semalam? Chu Xia mengklaim kalau dia cuma pergi ke rumah teman.

Oh, baguslah. Oh, yah. Man Kui mengingatkan kalau kompetisi akan segera dimulai kembali, jadi Chu Xia harus bersiap. Chu Xia boleh tanya padanya kalau ada sesuatu yang tidak dia ketahui.

Chu Xia mengiyakannya saja, sementara Xiao Nan terang-terangan menunjukkan ekspresi tak sukanya pada Man Kui.

"Palsu banget!" Rutuknya setelah Man Kui pergi.


Qi Lu pergi bersama Han Yu. Qi Lu heran, kenapa Han Yu tidak jadi ke luar negeri malah memberinya kejutan besar seperti ini? "Kau ingin aku jatuh cinta padamu?"

"Kau berpikir berlebihan. Aku hanya takut kau akan bangkrut lalu kemudian datang dan meminjam uang dariku."

"Jadi kau kembali dengan membawa 100 juta? Kau kaya sekali tuan muda Lin"

Han Yu mengingatkan, 100 juga itu belum tentu akan jadi milik Qi Lu. Kalau Qi Lu ingin para pemegang saham di perusahaan berinvestasi pada perusahaannya Qi Lu, maka Qi Lu harus bisa menunjukkan kelayakannya pada para pemegang saham perusahaannya. Jika proposalnya tidak lolos, maka 100 juta itu tidak akan menjadi miliknya.

"Aku mengerti. Bagaimanapun, aku tetap harus berterima kasih padamu."

"Bagaimana kau akan berterima kasih padaku? Apa kau akan memberikan Chu Xia padaku?"

Qi Lu cuma menjawabnya dengan tatapan sengit. Jangan khawatir, Han Yu cuma bercanda kok. Qi Lu memberitahunya bahwa saingannya yang sebenarnya (dalam mendapatkan Chu Xia) sebenarnya bukan dia.

"Lalu siapa?"

"Kau akan tahu nanti."


Chu Xia dan Xiao Nan baru keluar dari gedung sekolah dan mendapati Cheng Chuan sudah menunggu mereka di depan. Dia lalu mengajak mereka ke bagian bagasi mobilnya untuk jeng-jeng-jeng... menunjukkan buket bunga mawar merah besar untuk Chu Xia.

"Chu Xia, dengar yah. Biarpun aku pingsan semalam. Tapi aku akan bertanggung jawab padamu. Mulai sekarang, An Chu Xia adalah wanitaku."

"Diam kau! Kukasih tahu kau, Jiang Cheng Chuan. Kita cuma mabuk dan tidur di halaman sekolah. Tidak terjadi apapun."


Cheng Chuan ngotot mau bertanggung jawab pada Chu Xia. Dia bahkan berusaha keras menahan Chu Xia yang mau kabur, mengira Chu Xia cuma malu.


Tepat saat itu juga, Qi Lu dan Han Yu datang. Chu Xia kaget melihat Han Yu datang, kenapa dia kembali?

"Apa kau merindukanku? Aku sangat merindukanmu." Han Yu langsung maju mau memluk Chu Xia, tapi Chu Xia cepat-cepat mundur menjauh.

Cheng Chuan tak suka. "Kenapa kau kembali?"

"Kalau aku tidak kembali, kau akan membawanya. Jadi tentu saja aku harus kembali."

"Sudah terlambat, Chu Xia sudah jadi orangku."

Qi Lu tidak terima. "Apa maksudmu orangmu? Dia ini pembantuku, keluargaku!"

Xiao Nan tak percaya melihatnya. "Kalian bertengkar di depan umum karena Chu Xia?"

"Bukun urusanmu!" Bentak ketiga pria itu serempak.


Chu Xia malas terlibat, dia mau pulang saja. Han Yu buru-buru memanggilnya kembali dan mengundang mereka berdua ke pesta yang diadakannya malam ini, mumpung Kakeknya juga sedang pergi liburan. Dia juga mengundang teman sekelas mereka yang lain.

"Aku meminta dengan tulus."


Xiao Nan langsug setuju, Chu Xia pun tak bisa menolak. Cheng Chuan tentu saja tak mau ketinggalan. Mereka pun langsung berpencar ke mobil masing-masing. Chu Xia dan Qi Lu tak sengaja saling berhadapan dan langsung canggung sebelum kemudian pergi ke dua arah yang berbeda.


Xiao Nan memakan semua kudapan di sana dengan teramat sangat rakus sampai Chu Xia harus berusaha menghentikannya. Jangan makan kebanyakan, dia bisa jadi gendut nanti. Tuh lihat, pipinya saja sudah chubby.

Xiao Nan langsung balas mencubit pipi Chu Xia. Chu Xia sendiri chubby tapi malah berani bicara tentangnya. Mendengar itu, Chu Xia jadi ingat saat Qi Lu mencubit pipinya dan bilang kalau dia memang chubby.

"Xiao Nan, kau pikir tipe wanita seperti apa yang pria sukai?"


Menurut Xiao Nan, setiap orang punya tipe yang berbeda-beda. Dia lalu menunjuk ketiga pria itu sebagai contoh.

Cheng Chuan misalnya, dia otaknya tidak bagus, dia tidak peduli mau itu cewek gemuk atau kurus. Kalau Han Yu, sepertinya dia suka cewek yang langsing dan sehat. Dan Qi Lu, sepertinya dia suka yang s**si. Chu Xia kontan melihat tbuhnya sendiri.


"Berhentilah melihat. Kau itu tidak gemuk, tidak kurus. Tapi yang s**si itu... dia." Ujar Xiao Nan sambil nunjuk Man Kui.

Melihat Man Kui berjalan mendekati ketiga pria itu, Xiao Nan pun langsung menyeret Chu Xia mendekati ketiga pria itu.


Para pria mendiskusikan tentang Qi Lu yang butuh uang 100 juta untuk perusahaannya. Qi Lu yang kesal pada Cheng Chuan dengan sengaja mengklaim kalau Han Yu akan memberinya uang sebanyak itu jika dia membiarkan Han Yu memiliki Chu Xia.

Cheng Chuan jelas tidak terima, Chu Xia bukan milik Qi Lu. Dia tidak punya hak untuk menjual Chu Xia.

"Chu Xia itu pelayannya, jadi dia punya hak."

"Bagaimana kalau kau juga memberiku 100 juta?"


Chu Xia datang dan mendengar ekor pembicaraan mereka, 100 juta apa? Cheng Chuan langsung mengadu padanya. Qi Lu bilang kalau dia akan memberikan Chu Xia pada Han Yu demi mendapatkan uang 100 juta.

"Kau berharga sebanyak itu?" Xiao Nan kaget.

Han Yu menjelaskan kalau mereka cuma bercanda. Tapi Qi Lu yang masih marahan dengan Chu Xia, malah mengklaim kalau dia tidak bercanda.

"Kau punya hak apa untuk menjualku?"

"Ah, iya. Aku tidak punya hak karena kau dan tuan muda Jiang sangat serasi."

Kesal, Chu Xia langsung menggandeng lengan Cheng Chuan dan menyatakan kalau mereka berdua memang serasi. Terus kenapa?


Man Kui datang saat itu, dan Qi Lu langsung pergi bersamanya. Melihat wajah sedih Chu Xia, Han Yu cepat-cepat berusaha mengalihkan perhatian Chu Xia dengan mengajaknya masuk ke kamarnya. Cheng Chuan jelas langsung panik mendengarnya dan buru-buru menyusul mereka.


Xin Wei dan Wan Zi melihat segalanya dari kejauhan. Wan Zi tak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi. Xin Wei santai saja, malam ini akan ada pertunjukan menarik.


Masih kesal, Qi Lu terus menerus menenggak wine. Man Kui tak suka melihatnya seperti ini, apa dia seperti ini karena Chu Xia? Qi Lu tak menjawab dan terus menenggak wine-nya.


Chu Xia dan yang lain sedang asyik main kartu di kamarnya Han Yu. Cheng Chuan yang sepertinya banyak kalah dan Xiao Nan menang banyak.

Sebenarnya Han Yu ingin ngobrol berdua dengan Chu Xia, tapi mereka berdua malah ngikut. Cheng Chuan jelas tidak akan membiarkan Chu Xia berduaan dengan Han Yu di kamar.

Xiao Nan lagi-lagi menang, yang lain sontak kesal dan tidak mau main lagi. Han Yu dengan manisnya menyatakan kalau dia yang akan membayari uang taruhannya Chu Xia. Cheng Chuan tak mau kalah dan menyatakan dialah yang akan membayari Chu Xia.

"Oke. Kalau begitu mulai sekarang, kau harus membayari biaya makanku satu porsi tiap hari selama sebulan." Ujar Xiao Nan.


Tiba-tiba lampu mati. Semua orang langsung berhamburan panik. Chu Xia cs turun pelan-pelan untuk mengecek keadaan. Untunglah sesampainya di bawah, lampu kembali menyala dan seorang pelayan melapor bahwa ada yang aneh dengan listriknya padahal biasanya listriknya stabil.


Mereka lalu keluar tapi mendapati semua orang sudah pergi. Dan ke mana perginya Qi Lu? Cuma ada Jian Ren di sana. Saat mereka menanyakan keberadaan Qi Lu, Jian Ren berkata kalau Qi Lu tadi mabuk berat, sepertinya Man Kui membawanya pergi.

Chu Xia langsung sedih mendengarnya. Yakin kalau Man Kui sudah membawa Qi Lu pulang, Han Yu pun menawarkan tumpangan pulang untuk Chu Xia.

Cheng Chuan menolaknya, Han Yu antar Xiao Nan pulang saja, dia yang akan mengantarkan Chu Xia pulang. Dia bahkan langsung memberi isyarat pada Xiao Nan untuk membantunya. Mengerti maksudnya, Xiao Nan langsung menyetujui usul Cheng Chuan lalu cepat-cepat mengajak Han Yu pergi.


Melihat Chu Xia terus murung sepanjang jalan, Cheng Chuan memutuskan membelokkan mobilnya ke suatu tempat. Dia mau ke mana? Tanya Chu Xia.

"Aku takut aku akan menyesali ini," gumam Cheng Chuan ambigu.


Man Kui membawa Qi Lu pulang ke rumahnya. Dia hampir saja menc**m Qi Lu saat tiba-tiba saja Qi Lu menggumamkan nama Chu Xia dalam tidurnya.


Tiba-tiba pintunya diketuk seseorang. Cheng Chuan dan Chu Xia datang untuk menjemput Qi Lu. Karena Qi Lu sudah mabuk berat, Cheng Chuan terpaksa harus menggendongnya.

Man Kui protes, Qi Lu sudah mabuk, biarkan saja dia tidur di sini. Cheng Chuan tegas mengingatkannya kalau Qi Lu punya rumah sendiri lalu pergi.


Sesampainya di rumah, Cheng Chuan membaringkan Qi Lu di kamarnya. Cheng Chuan mengerti kalau Chu Xia menyukai Qi Lu. Tapi dia tidak peduli, dia tetap menyukai Chu Xia. Dia hanya berharap Chu Xia tidak akan pernah tidak bahagia. Cheng Chuan pun pamit.

"Jiang Cheng Chuan. Terima kasih."

"Selamat malam."


Tepat setelah Cheng Chuan pergi, Chu Xia mendengar suara kucing mengeong lagi. Akhirnya dia melihat si kucing itu dan langsung mengenalinya. Saat itulah Chu Xia langsung mengerti, ternyata Qi Lu lah orang yang selama ini menulis pesan di dinding gang kucing.


Keesokan harinya, Chu Xia mendadak bersikap sangat baik dan manis pada Qi Lu. Dia tidak membiarkan Qi Lu memakan masakan gosongnya dan menggantinya dengan roti yang lebih layak makan, dia bahkan membantu Qi Lu menuang susu ke gelas.

Qi Lu benar-benar heran dibuatnya. "Apa kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja. Makanlah." Kata Chu Xia dengan senyum manis.

"Kau menatapku seperti itu, bagaimana bisa aku makan? Apa kau meracuni susunya? Atau melakukan sesuatu pada rotinya?"

"Kenapa kau berpikir buruk tentangku? Cepatlah makan lalu kita bisa pergi ke sekolah."


Qi Lu hampir memakan rotinya, tapi dia masih sangat curiga dan batal memakannya. "An Chu Xia, jangan kira hanya karena kau bersikap sebaik ini sekarang, akan membuatku lupa kalau kau tidak pulang malam itu."

Mulai sekarang, Chu Xia harus selalu melapor padanya ke manapun dia pergi. Dia juga harus menaati 3 aturan.

Pertama, Chu Xia boleh minum-minum dengan pria, tapi dia tidak boleh mabuk. Kedua, dia boleh bicara dengan pria lain, tapi mereka tidak boleh bicara secara mendalam. Ketiga, dia boleh bermalam dengan pria lain, tapi tidak boleh kelewat batas.

Chu Xia mengiyakannya saja dengan senyum manis yang membuat Qi Lu semakin keheranan dan langsung mengecek dahi Chu Xia. Tidak demam kok.

"Kau tidak mengerti. Sudahlah, ayo berangkat."


Bahkan sepanjang perjalanan ke sekolah, Chu Xia terus menerus tersenyum lebar, benar-benar tampak begitu bahagia. Qi Lu semakin heran, apa kemarin dia melakukan sesuatu atau mengatakan sesuatu?

Biarpun dia pingsan semalam, tapi dia masih ingat apa yang dilakukannya sepanjang hari kemarin. Dia ingat mereka bertengkar, lalu Chu Xia marah padanya, Chu Xia juga melarangnya menyentuhnya. Iya kan?


Chu Xia menyangkal, malah langsung memegang-megang Qi Lu yang jelas membuat Qi Lu risih. Jangan sentuh!


Chu Xia masih mesam-mesem di kelas sambil baca buku padahal buku yang dibacanya buku pelajaran Bahasa Inggris. Xiao Nan sampai heran melihat keanehan sahabatnya itu, dia kenapa sih?

"Aku menemukan sebuah rahasia."

Chu Xia lalu membisiki Xiao Nan tentang rahasia Qi Lu itu. Chu Xia sungguh tak menyangka. Qi Lu itu dari luar selalu bersikap sok cool, tapi ternyata dia sangat lembut di dalam.


Xiao Nan sinis dan memperingatkan Chu Xia bahwa biarpun Qi Lu si orang misterius itu, tapi itu bukan berarti tidak ada Man Kui dalam hatinya. Ucapan Xiao Nan itu kontan menghapus senyuman di wajah Chu Xia.


Man Kui dan Xin Wei diam-diam bertemu dan membicarakan kejadian semalam. Ternyata lampu mati semalam itu ulahnya Xin Wei demi membantu Man Kui. Dia menyadari kalau dia tidak punya harapan dengan Qi Lu, jadi dia mau fokus menyingkirkan Chu Xia dari kompetisi itu.

Tapi dia memperhatikan Man Kui tampak bad mood, ada apa dengannya? Man Kui cepat-cepat mengalihkan topik, Xin Wei bersiap saja untuk kompetisinya lalu pergi. Xin Wei jelas kesal diperlakukan seperti itu. "Kita lihat saja sampai kapan kau bisa bersikap seperti itu."

Bersambung ke episode 17

Post a Comment

0 Comments