Sinopsis Kleun Cheewit Episode 9 - 2

Sinopsis Kleun Cheewit Episode 9 - 2


Hari itu, Dao hendak berangkat camping bersama murid-muridnya. Tapi saat dia tiba di lobi, dia malah melihat Jade datang dan menyatakan kalau dia ingin ikut membantu Dao sebagai relawan.

"Tunggu! Kenapa kau tidak menelepon sebelumnya?"

Tapi ternyata dia mau ikut karena dia dengar kalau Jee juga akan ikut. Makanya dia tidak memberitahu Dao. Karena jika dia memberitahu Dao, maka Jee pasti akan tahu dan mungkin dia akan batal ikut.

Dao jelas kecewa mendengarnya. "Kalau begitu, kau tidak perlu ikut. Karena Jee tidak akan datang."

"Kenapa?"


Karena saat itu, Jee pergi ke kantor ibunya. Saat melihat Jee, Sekretarisnya Khun Ying langsung panik menghadangnya dan memberitahu kalau Khun Ying lagi ada meeting sekarang. Apa Jee punya urusan penting?

"Aku tidak tahu kalau aku harus buat janji dengan ibuku sendiri." Sinis Jee.

Sekretaris akhirnya mengizinkannya masuk... dan tanpa mereka sadari, Thit juga baru saja tiba di sana dengan memakai samaran.


Saat Jee masuk, dia mendapati Khun Ying lagi beraksi sok suci di depan kamera karena ia baru saja mendapatkan sebuah award dari yayasan amal.

Saat orang-orang itu memuji kerja kerasnya dalam membantu menyukseskan yayasan amal mereka, Khun Ying sok rendah hati mengklaim bahwa semua ini adalah keberhasilan tim mereka. Karena itulah, Khun Ying berterima kasih pada mereka semua. Jee sampai mengernyit jijik melihat kepalsuan ibunya itu.

Tapi begitu semua orang menyadari kehadirannya, Jee langsung pasang senyum manis dan memberi ucapan selamat (dengan nada sarkastis) untuk Khun Ying.

"Ibu memang ibu yang terhebat. Aku sangat bahagia karena pada akhirnya seseorang bisa melihat ambisi ibu. Tidak sia-sia aku terlahir jadi putrimu."


Khun Ying cepat-cepat menyuruh semua orang untuk balik kerja dengan senyum ramah. Tapi begitu semua orang sudah pergi, Khun Ying langsung kesal mengkonfrontasi Jee, dia datang untuk bikin masalah apa lagi hari ini?

"Ibu pikir aku datang untuk cari perkara? Atau Ibu melakukan sesuatu di belakangku?"

"Apa maksudmu?"

"Kenapa Ibu membeli rumah kebunnya Bibi Wadee? Apa Ibu berusaha untuk mengusirnya dari hidupku?"

"Dan kenapa kau terlibat dengan orang-orang itu?! Apa kau bersekongkol dengan pengacara itu untuk mengekspos Thun?!"


Jawaban itu jelas membuktikan kecurigaan Jee. Dia yakin sekali kalau Khun Ying melelang rumah Bibi Wadee karena dia punya rencana, iya kan?

Khun Ying mengakuinya. Ia berniat memberi Jee pelajaran karena Jee menganggap orang lain jauh lebih baik daripada ibunya sendiri.

"Aku memandang orang lain lebih baik karena aku tidak egois seperti Ibu."

Khun Ying makin sinis mendengarya. "Apa kau pikir orang-orang itu bisa mencintaimu?"

"Aku tidak percaya ada cinta di dunia ini karena bahkan ibuku sendiri tidak memiliki cinta untukku, jadi dari siapa aku bisa mendapatkannya (cinta)? Tapi aku melakukannya karena kesadaranku sendiri bahwa seseorang yang egois seperti Ibu tidak memiliki cinta."

"Hei! Jee!"

"Ibu ingin melindungi orang-orang Ibu. Aku juga ingin melindungi orang-orangku. Dulu aku tidak pernah menyentuh Ibu. Tapi jika Ibu sampai menyentuh orang-orangku, maka jangan sebut aku anak durhaka."

Jee langsung pergi meninggalkan Khun Ying yang sontak gregetan kesal sekaligus sedih. Ia sungguh tidak mengerti kenapa Jee tidak tahu siapa sebenarnya orang yang berusaha ia lindungi.

 

Tapi di luar, Jee malah melihat Sitta berjalan bersama Sekretarisnya. Jee langsung menyembunyikan diri dan mencuri dengar percakapan mereka. Ternyata Sitta sedang menyelidiki hubungan Thit dengan Way dan mendapati mereka adalah teman sekolah.

Penasaran, dia langsung membuntuti mereka untuk mendengar lebih banyak. Dari situlah Jee mengetahui kalau Sitta membunuh Temannya Thit.

Tanpa mereka semua sadari, Thit sebenarnya ada di belakang Sitta dan mendengar percakapannya. Sitta bahkan memerintahkan Sekretaris untuk membunuh Thit.


Thit jelas emosi dan langsung nekat mau mendekati Sitta. Tapi untunglah Jee melihatnya dan langsung panik mendorongnya ke balik tembok.

"Apa yang kau lakukan di sini? Aku kan sudah memperingatkanmu. Kau mau mati?"

"Aku sudah bilang kalau aku tidak takut mati."

"Tapi jika kau melakukan ini, kau tidak akan kembali hidup-hidup."

"Kenapa kau melindunginya?! Apa kau tahu kalau dia membunuh temanku?!" Kesal Thit.


Suaranya makin keras saking kesalnya dan jelas saja hal itu malah membuat Sitta dan Sekretarisnya menyadari kehadiran mereka.

Jee langsung panik menarik Thit melarikan diri bersamanya dan untunglah mereka berhasil naik ke lift sebelum si sekretaris berhasil mengejar mereka. tapi si sekretaris langsung menghubungi yang lain dan menyuruh mereka untuk menangkap Thit.


Jee langsung kesal mengomeli Thit. Kalau saja dia tidak menolongnya, Thit pasti sudah mati sekarang ini. Tapi Thit masih saja salah paham mengira Jee bersekongkol dengan Sitta.

"Berapa banyak orang yang harus mati untuk menutupi rahasia kalian?! Temanku, Waythit mati karena berusaha mengekspos ayah tirimu!"

"Lalu apa kau ingin mati juga? Nyawamu tidak bisa dibandingkan dengan nyawa mereka."

"Terus saja lindungi dia. Apa kau takut kalau aku akan tahu kalau kau sebenarnya membantunya?"

"Kalau kau ingin mengeksposku, maka kau harus tetap hidup untuk melihat kehancuranku dan bukannya mempertaruhkan hidupmu seperti ini. Kalau kau mati, maka kebenaran itu akan mati bersamamu."


Begitu lift membuka, Jee langsung menyeret Thit ke parkiran. Tiba-tiba ada mobil yang melesat cepat ke arah mereka dan hampir saja menabrak Jee jika saja Thit tidak sigap menarik Jee.

Panik, Thit langsung menyeret Jee lari bersamanya. Tapi mobil itu terus mengejar mereka dan tiba-tiba melepaskan tembakan ke mereka. Entah Jee kena peluru atau tidak karena mereka terlalu panik melarikan diri.


Sesampainya di luar, Thit melihat sebuah truk kosong yang terbuka. Dia langsung punya ide bersembunyi di dalamnya dan membawa Jee bersembunyi bersamanya... tepat saat anak buahnya Sitta tiba di sana dan langsung mencari-cari mereka.

Jee dan Thit tegang setengah mati di dalam. Apalagi kemudian ada seseorang yang hendak membuka pintu truk itu. Pintu hampir membuka... tapi kemudian ditutup dan dikunci rapat-rapat. Wah!

Ternyata supir truk itu sendiri yang mengunci truknya tanpa menyadari orang-orang yang ada di dalamnya lalu santai saja membawa truknya pergi entah ke mana.

 

Thit sontak panik berteriak-teriak memanggil Pak Supir, tapi Pak Supir sama sekali tidak mendengarnya. Jee berusaha bangkit, tapi tangannya tiba-tiba kesakitan.

Saat itulah Jee baru sadar kalau nggungnya terserempet peluru tadi. Tapi dia sengaja tidak memberitahu Thit dan berusaha menenangkan Thit. Mereka akan bisa keluar saat truk ini parkir nanti.

Iya, tapi kapan? Itu yang Thit cemaskan. Dia terus berusaha berteriak-teriak memanggil Pak Supir, tapi teriakannya benar-benar tidak kedengaran sampai akhirnya Thit capek sendiri.


Thit heran saat melihat Jee menggigil, tapi dia sama sekali tidak curiga dan hanya berpikir kalau Jee kedinginan lalu dengan manisnya memberikan jaketnya pada Jee.

"Bertahanlah. Aku tidak tahu dia akan menyetir sampai seberapa jauh."


Walaupun Jee tidak jadi ikut, Jade tetap memutuskan untuk menemani Dao camping. Saat Dao mengecek segala perlengkapan murid-muridnya, Jade juga ikut membantu mengecek mereka.

Tapi saking fokusnya pada murid-muridnya, Dao sampai tidak sadar kalau tali sepatunya sendiri copot, malah Jade yang menyadarinya.

"Khun Dao, sepatumu. Kau lupa mengurus dirimu sendiri."

Baru sadar, Dao sudah mau mengikat tali sepatunya sendiri. Tapi Jade langsung mendorongnya duduk di batu lalu dengan manisnya membantu menalikan sepatunya Dao yang jelas saja membuat Dao semakin terpesona padanya.


Melihat itu, salah satu muridnya Dao langsung tanya blak-blakan, apa hubungan di antara mereka berdua? Apa Jade itu pacarnya Dao? Dao sudah senang mendengar pertanyaan itu, tapi Jade dengan santainya menyangkal dan mengklaim kalau mereka berdua cuma berteman.

Dia lalu membantu Dao bangkit. Tapi melihat mereka gandengan tangan, si murid langsung mengusulkan agar Jade memacari Dao saja, Guru Dao kan cantik dan baik hati.

Sayangnya, Jade lagi-lagi mematahkan hati Dao dengan memberitahu si murid bahwa dia menyukai orang lain dan memperingatkan mereka untuk tidak tanya-tanya lagi.

"Kalau kalian tanya lagi, aku tidak akan membawa kalian untuk melihat kupu-kupu. Siapa yang mau melihat kupu-kupu?"


Para murid langsung serempak angkat tangan. Bak seorang guru TK sejati, Jade dengan ahlinya menyuruh para murid berbaris lalu membantu mereka menyeberang sungai satu per satu.

Tapi kemudian Dao melihat salah satu muridnya berjalan terlalu jauh. Cemas, dia berniat mau mengejar, tapi malah tersandung dan terjatuh tepat ke arah Jade hingga akhirnya dia menimpa tbuh Jade.

Mereka kontan canggung dengan kedekatan mereka. Dao buru-buru bangkit dan bersikeras kalau dia baik-baik saja. Tapi saat dia mencoba jalan, dia langsung terjatuh lagi.

 

Jade ingin membantunya, tapi Dao menolak keras sampai Jade canggung dibuatnya. Tapi dia tetap bersikeras ingin membantu Dao lalu menitipkan ranselnya ke relawan lain dan menawarkan puggungnya ke Dao. Naiklah.

"Apa?"

"Naiklah ke pnggungku. Anak-anak ingin melihat kupu-kupu. Iya kan, anak-anak?"

Anak-anak serempak mengiyakannya hingga Dao tak punya pilihan lain selain menurutinya dan akhirnya naik ke pnggung Jade.

 

Sesampainya di tempat tujuan, Dao langsung kagum melihat banyak sekali kupu-kupu yang cantik. Jade ingin sekali menunjukkan semua itu pada Jee, dia pasti akan senang.

Dao jadi canggung menyuruh Jade untuk bergabung bersama sukarelawan lainnya sesampainya di tempat camping nanti. Dia hanya tidak ingin Jade merasa tidak nyaman, apalagi anak-anak berpikir kalau mereka berdua ada hubungan spesial.

"Khun Dao, jangan khawatir kalau aku merasa tak nyaman. Karena aku tahu kau tidak punya pikiran apapun tentangku, kan?"

"Bagaimana kalau iya?"


Tercengang, Jade sontak menurunkan Dao dan menatapnya dengan kebingungan. Tak enak melihat reaksinya, Dao akhirnya berbohong kalau dia cuma bercanda dan berkomentar kalau muka Jade lucu banget kalau lagi kaget.

Dao punya rahasia tentang Jee, tapi Jade tidak boleh bilang ke Jee kalau dia yang ngasih tahu loh. Jade langsung antusias mendengarnya, tentu saja, dia janji tidak akan bilang-bilang.

"Rahasianya Jee adalah... Jee memiliki seseorang yang dia cintai." Ujar Dao. Jade langsung patah hati.


Setelah berkendara berjam-jam, truk itu akhirnya berhenti juga. Thit langsung membangunkan Jee yang ketiduran karena tenaganya sudah semakin lemah. Thit heran, kenapa Jee tampak sangat mengantuk?

Pak Supir membuka truknya dan jelas kaget mendapati ada orang di dalam truk kosongnya. Mereka siapa? Thit beralasan kalau mereka tak sengaja masuk ke dalam truk ini.

"Sejak kapan? Jangan bilang sejak dari Bangkok?"

"Iya. Ini di mana yah?"

"Kamphaeng Phet (sekitar 5 jam perjalanan dari Bangkok)."

Bersambung ke part 3

Post a Comment

4 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam