Sinopsis Kleun Cheewit Episode 4 - 4

Sinopsis Kleun Cheewit Episode 4 - 4
 

Jee cepat-cepat beralih topik, menyuruh anak-anak untuk mandi sementara dia akan memasak untuk mereka. Dan karena dia sibuk masak, bisakah Thit memandikan anak-anak?

Thit hampir saja mau protes, tapi anak-anak tiba-tiba merengek gatal-gatal. Terpaksalah Thit mengalah dan mengajak anak-anak mandi.

Tak lama kemudian, dia membantu Jee menyiapkan makanan untuk anak-anak lalu berdiri di belakang untuk mengawasi Jee dengan tatapan tajam dan memperhatikan Jee yang tampak benar-benar perhatian pada anak-anak itu.


"Lapar? Kenapa wajahmu seperti itu? Kau bisa makan bersama anak-anak. Jangan khawatir. Aku tidak menaruh racun kok."

"Kenapa kau? Apa kau bermasalah dengan orang tua? Apa orang tuamu tidak menyayangimu waktu kau kecil? Karena itukah kau melakukan segala hal untuk mendapatkan cinta dan perhatian dari orang lain... bahkan dengan cara menipu anak-anak?"

Bingo! Jee sampai terdiam canggung mendengarnya. Tapi ucapan Thit yang terakhir jelas kelewatan. Jee hampir saja melayangkan tangan untuk menampar Thit. Tapi dengan cepat dia menahan diri lalu mendorong Thit menjauh.

"Pasti ada 101 alasan bagimu untuk membenciku. Aku tidak akan menghentikanmu! Silahkan benci aku. Tapi kebencianmu tidak akan menghentikanku untuk mengurus anak-anak dan Bibi Wadee."

Yah, dia mungkin melakukan ini karena dia menginginkan cinta. Tapi adakah orang di dunia ini yang tidak menginginkannya?


Perdebatan mereka tiba-tiba tersela saat seorang anak bernama Bomb menjatuhkan piring makan anak sebelahnya (Jack) karena Jack terus menerus mencuri jatahnya. Thit kontan mengomeli Jack dan memutuskan kalau Jack harus dihukum.

"Tapi aku lapar."


Mendengar itu, Jee dengan bijak menyelesaikan masalah itu dengan menambah jatahnya Jack dan memberikan jatah baru untuk Bomb sambil meminta mereka untuk berjanji padanya.

"Lain kali kalau kalian lapar, beritahu aku dan jangan mencuri dari teman kalian. Karena teman kalian juga lapar. Mengerti?"

Bomb dan Jack mengerti lalu kembali ke meja dengan senyum. Jee lalu membersihkan makanan yang berserakan di lantai, sementara Thit cuma diam memperhatikan Jee.


Setelah anak-anak pergi, Thit mendapati Jee lagi sibuk cuci piring dan langsung menyindirnya lagi. Dia maklum sih kenapa Chaiyan tergila-gila pada Jee. Dia bahkan menggunakan pesonanya pada anak lelaki.

"Aku tidak menggunakan pesonaku, aku menggunakan pemahaman. Kau bilang kau mengenal Jack. Kalau iya, tidak mungkin kau akan menghukumnya seperti itu."

"Yang salah harus dihukum!"

"Tapi beberapa kesalahan tidak disengaja. Contohnya Jack. Dia masih anak-anak dan jika dia tidak kelaparan, dia tidak akan mencuri."

"Kau pintar sekali membuat sesuatu yang salah jadi tidak salah."

"Dan kau pintar memberikan hukuman untuk suatu kesalahan yang tidak disengaja! Sisa sup masih banyak. Cobalah memakannya. Mungkin itu bisa membuatmu brpikir bahwa apa yang tidak baik, sebenarnya tidak seperti yang kau pikirkan."


Jee langsung pergi dengan kesal. Tapi sepanjang jalan, dia terus memikirkan perdebatannya dengan Thit tadi.

Ternyata sebelum Jee pergi tadi, Thit mengejarnya dan memperingatkannya sekali lagi untuk tidak datang lagi kemari. Hari ini Thit bersabar demi anak-anak, tapi jika Jee masih saja mengganggu keluarganya, dia mungkin akan melakukan hal yang jauh lebih buruk dari sekedar menenggelamkan Jee.

Tapi Jee sama sekali tak gentar dengan ancamannya. "Aku sudah melewati masa penuh ketakutan. Kau takkan percaya apa yang telah kualami dalam hidupku."

Flashback.


Waktu kecil, Jee dan ibunya hidup dalam kemiskinan. Parahnya lagi, ibunya selalu pergi meninggalkannya untuk bekerja.

Suatu hari, dia mencoba menuntut janji ibunya untuk membelikannya permen. Tapi Ibu tidak bisa dengan alasan dia ada klien penting hari ini.

Tapi belum sempat melangkah, seorang wanita mendadak muncul menggampar Ibu dan melabraknya karena Ibu merebut suaminya. Kaget, Jee berusaha menyelamatkan ibunya, tapi wanita itu langsung kasar mendorongnya sampai Jee kesakitan menabrak pintu.


Ibu tidak terima dan balas menjambak wanita itu dan mengklaim kalau suami wanita itu sendiri yang datang padanya. Jadilah kedua wanita itu jambak-jambakan dan gampar-gamparan dan Jee hanya bisa menangis tak berdaya. Untung saja ada seorang nenek yang datang menjauhkan Jee dari kedua wanita itu.

Flashback end.


Teringat kenangan itu, Jee memutuskan pergi mengunjungi nenek tersebut. Ternyata biarpun Jee sudah pindah dan jadi artis, dia tetap berhubungan baik dengan Nenek Jan dan cucunya - Pan.

Begitu Nenek muncul, Jee dan Nenek sontak saling berplukan heboh bak keluarga kandung dan Pan langsung ikut-ikutan yang kontan dapat tamparan dari Nenek Jan dan Jee. Heee, so sweet.


"Lihatlah kau. Kenapa kau datang kemari? Aku kan sudah bilang jangan terlalu sering datang. Jika kau kemari, kau akan jadi bahan berita lagi."

"Aku bawa seafood untuk nenek."

"Oh, yah?"

"Dan yang paling penting, aku sangaaaat merindukan nenek." Kata Jee sambil menc**mi Nenek.

"Oi, aku bau keringat. Apa kau sudah makan?"

"Tidak. Tapi aku tidak lapar."

Biarpun Jee tidak lapar, tapi dia tetap harus makan. Jee kan sudah bekerja keras. Jadi dia harus makan. Kalau tidak, dia bisa sakit nanti. Ayo masuk, Nenek akan membuatkan sesuatu yang enak untuk Jee.


Tapi sepertinya Nenek ada masalah. Waktu Jee masuk rumah, Pan berusaha meminta Nenek untuk bilang ke Jee tentang masalah mereka yang akan diusir dari tanah ini.

Tapi Nenek menolak tegas, Nenek akan mengurus masalah itu sendiri. Awas saja kalau dia berani bilang-bilang ke Jee. Hidup Jee sendiri sudah cukup sulit.


Nenek benar-benar memanjakan Jee, bahkan membantunya memisahkan duri ikan untuk Jee. Nenek cemas melihat Jee agak kurusan sekarang. Jangan bekerja terlalu keras. Dia harus menjaga dirinya juga.

"Huek! Aku mau muntah! Ini namanya pilih kasih. Kenapa nggak sekalian aja nenek mengunyahkan makanan untuknya?" Kesal Pan.

Nenek sontak gregetan mengejar dan menghajar Pan, itu benar-benar pemandangan indah yang kontan membuat Jee tersenyum lebar.


Malam harinya, dia kembali ke rumah lamanya yang membuatnya kembali teringat akan masa kecilnya.

Flashback.


Suatu malam, listrik di rumah mereka mati, sementara Jee sendirian di rumah. Hanya berbekal sebatang lilin, Jee keluar ke teras untuk menunggu ibunya.

Ibu pulang tak lama kemudian dalam keadaan mabuk. Jee langsung mem*luk Ibu dan memberitahunya bahwa tadi ada orang datang dan bilang kalau Ibu belum membayar listrik selama berbulan-bulan.

Tapi Ibu langsung mendorongnya dengan kasar lalu teriak-teriak merutuki tukang listrik sampai akhirnya dia terjatuh ke lantai.

Jee berusaha mengajaknya masuk, tapi Ibu ngotot mau tidur di situ saja soalnya di dalam panas. Terpaksalah Jee harus mengurus ibunya, mengambilkannya bantal dan selimut dan juga air minum. (Aigoo, poor Jee)


Begitu Ibu tertidur, Jee menatap bulan di angkasa dengan berlinang air mata. "Kapan aku akan dewasa, agar aku bisa bekerja dan menyokong ibuku. Aku tidak ingin ibuku terus seperti ini."

Flashback end.


Jee tak kuasa menahan air matanya teringat masa kecilnya yang begitu berat dan penuh penderitaan. Saat dia pulang, dia langsung membaringkan dirinya di ranjang.

 

Tapi baru sedetik memejamkan mata, Khun Ying mendadak muncul dan langsung marah-marah. Dia tahu kalau Jee mengunjungi Nenek tadi, tapi Khun Ying tidak suka itu.

"Ibu cepat sekali dapat berita. Oh, aku lupa. Berita ini bisa mengguncang status Khun Ying-nya ibu, makanya ibu bergegas kemari."

"Jangan terlibat dengannya lagi!"

"Tapi dia kesusahan."


"Berikan saja dia uang dan usir dia! Aku sudah bilang padamu sejak saat aku membawamu keluar dari sana, jangan pernah kembali lagi ke sana! Aku sudah mengorbankan hidupku dan bersusah payah demi mendapatkan hidup yang lebih baik. Kenapa kau tidak mau mendengarkanku?!"

"Karena aku tidak lupa asalku. Aku ingat bahwa aku jadi seperti sekarang ini berkat makanan pemberian Nenek Jan. Saat aku sakit, aku sembuh berkat obat dan plukan Nenek Jan, sementara ibuku sibuk mencuri suami wanita lain!"

"Dan bukankah uang untuk membesarkanmu datang dari wanita yang hina karena mencuri suami orang? Uang untuk mengirimmu belajar ke luar negeri agar kau kembali dengan sayap yang lebih kuat!"

Selama ini Khun Ying selalu berusaha melakukan hal yang baik, tapi Jee malah selalu melakukan hal yang buruk. Dia selalu membuat masalah, bertengkar, merebut suami orang dan tidur dengan sembarang orang. Bagaimana bisa Jee melakukan ini?

"Mungkin itu sudah ada dalam darahku, Bu."


Dan jelas saja dia langsung dapat tamparan gara-gara ucapannya itu. "Ingat baik-baik. Aku tidak akan membiarkan siapapun merusak reputasiku. Baik itu Jan atau kau! Jangan suruh aku memilih antara kau atau uang dan reputasiku. Karena kau tahu betul mana yang akan kupilih."

Begitu Khun Ying pergi, Jee langsung menangis dalam diam sampai dia tertidur.

Bersambung ke part 5

Post a Comment

0 Comments