Sinopsis Memory Lost Episode 9 - 2

Sinopsis Memory Lost Episode 9 - 2


Seorang wanita baru saja selesai panjat tebing saat dia mendapat notifikasi yang mengundangnya untuk bergabung ke dalam game CS Competition dengan iming-iming hadiah yang menggiurkan. Di tempat yang berbeda, seorang pria juga menerima undangan yang sama.


Di tempat lain, seorang pria misterius tampak gugup setelah memperhatikan suatu peta di salah satu layar monitor.

Dia lalu mengirim pesan pada seseorang yang berbunyi: Dia merencanakan pelanggaran lain, cari cara untuk menghentikannya. Jika tidak, maka konsekuensinya takkan terbayangkan.

Pesan itu sampai pada seseorang yang di jarinya tampak memakai cincin rantai (apa dia si K?).


Sementara itu, Jin Xi sedang menulis berbagai kriteria tentang T: Usia 25-30 tahun, pria, tubuh kuat, menderita karena sebuah insiden sentimentil, tak peduli dengan hidupnya dan mungkin menderita sindrom gangguan kecemasan, dan dia bisa melakukan apapun demi memenuhi misinya.

Tapi apa hubungannya kedua kasus dengan gedung perusahaan Xin Long? Jin Xi menonton kembali video peluncuran parfum itu dan baru saat itulah dia benar-benar memperhatikan reaksi lebay orang-orang yang menghirup wangi parfum itu. Akting mereka benar-benar bagus, mereka pasti aktor sewaan.


Xiao Zhuan kembali saat itu dengan membawakan makanan. Dari percakapan mereka, ternyata mereka sedang menunggu di depan rumah keluarga Zhou (keluarga mendiang pacarnya Tuan Chen). Tapi saat itu keluarga Zhou sedang tak ada di rumah, jadi mereka memutuskan menunggu di sana sampai mereka pulang.

Saat Jin Xi nyinyir dengan acara peluncuran parfum itu, Xiao Zhuan memberitahu kalau merek parfum itu sedang nge-trend belakangan ini.

Semua wanita cantik di seluruh kota ini sedang menunggu-nunggu peluncuran parfum ini. Tapi Xio Zhuan dengar kalau merek parfum ini sangat misterius.

Katanya merek parfum ini disponsori oleh sebuah grup finansial asing. Hebatnya lagi, merek parfum ini menolak bekerja sama dengan merek-merek domestik ternama demi mengembangkan merek mereka sendiri.

Di iklan-iklannya, mereka bilang kalau produk ini pakai teknologi ratusan tahun lah, dibuat dengan tangan lah. Dan misteri lainnya, katanya ada bengkel keluarga di tengah hutan di sebuah gunung.


Jin Xi malas mendengar omong kosong itu lebih lanjut. Melihat Jin Xi tidak tertarik sedikitpun dengan parfum idaman wanita yang sedang nge-trend ini, Xiao Zhuan berkomentar kalau Jin Xi itu benar-benar berjiwa pria, penampilannya doang wanita.

"Itu karena kau belum pernah melihatku bertingkah girly."


Tapi Xiao Zhuan penasaran, kenapa tadi siang dia menangis? Jin Xi mau memberitahunya, tapi Xiao Zhuan harus merahasiakannya. Xiao Zhuan janji takkan memberitahu siapapun, katakan!

Jin Xi pun membisikinya sesuatu. Mendengar curhatan Jin Xi, Xiao Zhuan prihatin dan langsung memluknya untuk menghiburnya.


Tapi tepat saat itu juga, Han Chen tiba di sana dan langsung cemburu melihat mereka plukan. Melihat kedatangannya, Jin Xi berusaha melepaskan diri dari Xiao Zhuan. Tapi Xiao Zhuan malah mempererat plukannya, sama sekali tidak menyadari kedatangan Han Chen.

Kesal, Han Chen menggedor atap mobil dan Xiao Zhuan langsung panik melihat Han Chen, takut Han Chen salah paham padanya. Jin Xi santai menggodanya, kenapa Xiao Zhuan segugup itu? Apa dia naksir Han Chen?

"Iiih! Aku ini pria sejati!"


Mereka lalu keluar untuk menemui Han Chen yang mengaku datang hanya untuk mengecek mereka sebentar lalu pergi. Tak ingin Han Chen salah paham, Xiao Zhuan langsung nyerocos panik, berusaha meyakinkan Han Chen kalau mereka berdua cuma sedang mengintai keluarga Zhou.

"Tapi tak ada orang di rumah. Jadi aku dan Xiao Bai menunggu di luar. Tapi Xiao Bai sedang sedih jadi aku menghiburnya. Sungguh tidak ada apapun diantara kami berdua, SUMPAH!"


Dia lalu beralasan ngantuk dan buru-buru kembali ke mobil biar mereka bisa berduaan. Han Chen pun langsung mengalihkan pandangannya ke Jin Xi sampai Jin Xi jadi malu.

Canggung berduaan, Jin Xi berusaha menghindar dengan alasan ngantuk juga. Dia mau pergi, tapi Han Chen protes duluan. "Kalian berdua ngantuk begitu aku datang. Apa aku ini obat tidur?"

Jin Xi akhirnya batal ngantuk dan berbasa-basi menanyakan hasil penyelidikan Han Chen. Han Chen memberitahu Jin Xi kalau mereka sudah menemukan mobil si pelaku. Tim transportasi sedang menyelidikinya karena di sekitar belokan tidak tertangkap kamera CCTV.

"Mengecek rekaman kamera kan memang kehebatanmu," ujar Jin Xi. Oops! Keceplosan kalau dia memang perhatian pada Han Chen, Jin Xi buru-buru menghindar dengan alasan mau cari makan.


Tapi Han Chen langsung mengikutinya. Mereka menemukan kedai pinggir jalan tak lama kemudian dan Jin Xi langsung memesan banyak sekali daging sate.

Han Chen sendiri tidak membeli apapun. Tapi saat Jin Xi hendak membayar, Han Chen sigap membayarkannya duluan.

Jin Xi makan sambil jalan dan dia benar-benar menikmati makanannya. Han Chen tersenyum melihat Jin Xi begitu menikmati makanannya.

Jin Xi memberinya satu tusuk, tapi Han Chen cuma bilang rasanya lumayan. Jin Xi langsung nyinyir menyindir selera makannya Han Chen yang terlalu pilih-pilih.

 

Tiba-tiba ada tikus besar lewat dekat kakinya Jin Xi. Kaget, Jin Xi sontak mundur ke dalam plukan Han Chen.

Saat akhirnya keterkejutan mereka mereda, mereka jadi canggung dengan kedekatan ini. Jadilah mereka meneruskan perjalanan sambil saling terdiam canggung.


Berusaha mencairkan suasana, Jin Xi tanya. "Apa kau mau lagi?"

Han Chen mau. Jin Xi pun menawarinya satu tusuk sate lagi, tapi Han Chen malah menawarkan d**anya untuk dipeluk lagi. Hehe.

Malu, Jin Xi buru-buru menghindar sambil bilang kalau dia mau memberikan makanan ini untuk Xiao Zhuan.

Han Chen langsung cemburu mendengar Jin Xi mengucap nama Xiao Zhuan, dia ingin menanyakan sesuatu tentang mereka tapi akhirnya mengurungkannya.


"Memangnya kenapa antara aku dan Xiao Zhuan? Sepertinya kau tertarik padanya. Jangan bilang kalau ku naksir dia?" Goda Jin Xi.

Han Chen sontak menyudutkan Jin Xi ke mobil. "Bagaimana kalau aku naksir kau?"

Kaget dan malu, Jin Xi buru-buru menghindar dan masuk mobil sambil cekikikan. Xiao Zhuan langsung menggodanya, apa Jin Xi senang karena Han Chen menyatakan perasaan padanya?


Han Chen ditelepon Lao Dao tak lama kemudian yang mengabarkan kalau adiknya Tuan Zheng tidak naik kereta melainkan naik bis demi menghemat uang.

Han Chen jelas merasa aneh dengan hal itu. Kakaknya meninggal dunia tapi dia bukannya bergegas pulang malah menghemat uang. Apalagi hubungan kakak-adik itu tidak akur.

Han Chen lalu menelepon Cold Face untuk menanyakan perkembangan investigasinya, tapi Cold Face mengaku belum menemukan perkembangan baru.


Saat Han Chen keluar tak lama kemudian, dia mendapati Jin Xi tidur di jok belakang. Xiao Zhuan mau membangunkan Jin Xi.

Tapi Han Chen melarangnya, dia bahkan langsung kesal saat Xiao Zhuan bicara keras-keras, takut Jin Xi terbangun.

Melihat posisi tidur Jin Xi yang tampak tak nyaman, Han Chen langsung mengomeli Xiao Zhuan karena membiarkan Jin Xi tiduran seperti itu.

Xiao Zhuan bingung, dia dan Jin Xi memang selalu tidur seperti ini setiap kali mereka shift malam. Terus mereka musti tidur bagaimana?


Han Chen akhirnya tak mempermasalahkannya lagi lalu melepaskan jaketnya untuk menyelimuti Jin Xi. Tapi Jin Xi tiba-tiba menggenggam tangannya dengan erat dan dia tampak gelisah dalam tidurnya.

Xiao Zhuan diam-diam mengintip mereka lewat spion. Tapi Han Chen melihatnya dan langsung mendesis kesal.

Xiao Zhuan pun cepat-cepat mengalihkan spionnya dan Han Chen akhirnya duduk di samping Jin Xi dan membiarkan Jin Xi menggenggam tangannya.

"Bos, apa kau pikir kita bisa menyelesaikan kasus ini?" Tanya Xiao Zhuan.

"Kita pasti bisa. Ini cuma masalah waktu."


Jin Xi terbangun saat pagi tiba. Han Chen sudah tak ada dan Jin Xi hanya mendapati jaketnya. Jin Xi tersenyum melihat jaket itu sebelum kemudian melipatnya serapi mungkin dan menyuruh Xiao Zhuan tidur, dia yang akan berjaga sekarang.


Tak berapa lama kemudian, sebuah taksi berhenti di depan rumah dan keluarga Zhou keluar dari dalamnya. Jin Xi cepat-cepat membangunkan Xiao Zhuan dan menghampiri mereka.

Saat mereka menyebut nama Tuan Chen, keluarga Zhou tampak kaget. Tuan Zhou cepat-cepat menyuruh putrinya untuk membawa Nyonya Zhou masuk, sementara dia sendiri yang meladeni Jin Xi dan Xiao Zhuan.

Dari cara bicaranya, jelas dia tidak menyukai Tuan Chen. Dia bahkan menyatakan kalau si brengs*k itu tidak ada hubungan dengan keluarga mereka lagi.


Bahkan saat mereka memberitahu kalau Tuan Chen sudah meninggal karena dibunuh, Tuan Zhou malah sangat senang sambil bertepuk tangan.

"Dia memang pantas dibunuh. Aku akan minum banyak dan menyembelih ayam untuk sesajen Dewa. Dewa sudah tidak tahan melihatnya dan membantu kami membunuh baj*ngan itu!"

"Tuan Zhou, kenapa anda berprasangka seburuk itu padanya? Apa yang sudah dilakukannya sampai mendapat kebencian seperti itu? Bisakah anda memberitahu alasannya?"

"Kalau dia mati sekarang, aku tidak takut malu lagi. Bu polisi, jika bukan karena kepar*at Chen Xi Xian itu, putriku tidak akan mati. Dia mati karena banj*gan itu."


Ternyata Tuan Chen sering sekali minta uang pada Putri Tuan Zhou untuk membeli narkoba. Suatu malam, dia mendesak Putri Tuan Zhou untuk segera mengirimkannya uang.

Dalam perjalanan mengantarkan uang, dia melewati jalan sepi dimana 3 orang pria sedang main. Dia berusaha mengabaikan mereka, tapi ketiga pria itu mengenalinya dan langsung menjahatinya.


Tuan Chen tiba di sana sesaat kemudian. Tapi bahkan saat dia melihat pacarnya diper**sa para pria itu, dia sama sekali tak melakukan apapun untuk menolongnya, malah melarikan diri dengan membawa tas Putri Tuan Zhou.

Putri Tuan Zhou tak ingin melaporkan kejadian ini ke polisi karena malu. Lalu suatu hari, putrinya menyeberang jalan dengan pikiran linglung dan sebuah truk langsung menabraknya. Karena itulah, Tuan Zhou sangat amat membenci Tuan Chen dan mensyukuri kematiannya.


"Dunia sudah menyingkirkan seorang pembawa bencana. Untuk apa juga kalian menyelidikinya? Siapapun yang membunuh Chen Xi Xian adalah penolong kami."

Bersambung ke episode 10

Post a Comment

0 Comments