Sinopsis Memory Lost Episode 11 - 1

Sinopsis Memory Lost Episode 11 - 1


Tim Black Shield bingung kenapa T memilih kedua korban ini padahal mereka berdua tidak termasuk dalam daftar target selanjutnya dan tak ada komplain apapun terkait kedua orang ini di BSS.

Han Chen lalu keluar di mana beberapa polisi sedang menginterogasi orang-orang. Salah satu saksi yang menemukan korban adalah seorang pria yang bekerja sebagai wakil presiden di Perusahaan Gao Jie Makeup.


Dia mengaku kalau minggu lalu, dia sudah menjadwal pertemuan dengan korban untuk membahas kerja sama dengan perusahaan peminjaman kredit ini. Tapi saat dia baru datang, dia malah mendapati kedua korban sudah mati. Dan kejadian ini tampaknya membuatnya sangat shock sampai mual-mual.

Han Chen tanya, apa dasar kerja sama mereka. Pria itu berkata bahwa 2 bulan yang lalu, perusahaannya meluncurkan strategi digital marketing selama 3 tahun kedepan.

Karena itulah, ada banyak investor yang mendekati mereka untuk mendiskusikan investasi, termasuk perusahaan ini. Tapi saat ini mereka masih dalam tahap diskusi dan belum benar-benar saling bekerja sama.


Han Chen lalu bertanya ke salah satu karyawan, siapa penanggung jawab keamanan informasi perusahaan. Seorang karyawan lain bangkit menjawab pertanyaan Han Chen.

Dia lalu memperlihatkan beberapa postingan di BBS tentang perusahaan ini. Dia berkata bahwa sekitar setahun yang lalu, ada seseorang yang terus menerus memposting hal buruk tentang perusahaan mereka.

General Manager lalu menyuruhnya untuk menghubungi perusahaan website BBS agar mereka menghapus postingan itu. Tapi si karyawan mengaku kalau dia masih punya salinan postingan itu. Dia menunjukkannya pada Han Chen dan berkata kalau detil orang yang mempostingnya pasti ada di dalam komputernya GM.


Setelah selesai diinterogasi, Wakil presiden Gao Jie Makeup akhirnya diperbolehkan pergi. Tapi begitu dia masuk mobil, dia tampak mencurigakan saat dia menghubungi seseorang bernama A Zheng.

Dia memberitahu A Zheng ada sesuatu yang terjadi barusan, tapi dia tidak bisa mengatakanya di telepon jadi dia akan pergi menemui A Zheng sekarang.


Kembali ke kantor polisi, Jin Xi mengumumkan identitas kedua korban pada para rekannya. Kedua korban sama-sama manager senior di Perusahaan Seng Bao Credit.

Di atas permukaan, perusahaan ini adalah perusahaan peminjaman kredit. Tapi sebenarnya perusahaan ini adalah lintah darat yang suka menggunakan kekerasan pada para peminjamnya.

Seorang peminjam pernah bunuh diri gara-gara dia sangat ditekan. Tahun lalu, ada seseorang yang membocorkan kejahatan mereka di BBS.

Tapi kedua korban menggunakan cara khusus untuk menutup mulut orang yang memposting hal itu dan mengancam pihak perusahan website untuk menghapus postingan itu.

Lao Dao menduga kalau T pasti sudah mengikuti forum ini sejak beberapa lama. Dia pasti tak sengaja menemukan postingan terhapus saat dia sedang mencari-cari. Han Chen memperhatikan ekspresi Jin Xi tampak aneh. Apa ada sesuatu yang mau Jin Xi tambahkan terkait aksi T kali ini?


"Jika kita hanya melihat cara T memilih korbannya, aku masih berpikir kalau T akan memilih korban-korbannya dari forum online. Tapi seperti yang kita ketahui sekarang, kita sudah melindungi semua target yang mungkin akan dia pilih. Apa yang akan dia lakukan selanjutnya, aku tidak bisa menyimpulkannya."

"Aku pernah bilang sebelumnya kalau T sudah merencanakan segalanya. Dan sekarang, tampaknya segalanya berjalan sesuai rencananya."

Kemunculan 2 korban ini, akan dianggap sebagai kasus pembunuhan berantai oleh polisi. Saat mereka menghubungi keluarga Zhou dan Adiknya Tuan Zheng, anehnya mereka malah menghilang semalaman.

T pastilah sudah merencanakan segalanya. Dia membuat keluarga Zhou pergi ke rumah sakit dan Adiknya Tuan Zheng untuk naik bis alih-alih kereta agar polisi tidak bisa menghubungi mereka.


Jin Xi punya dugaan. Saat Si Ling bermalam di rumah sakit waktu itu, dia mungkin menghubungi T. Mungkin saja dia dan Adiknya Tuan Zheng tahu kalau T mau membantu mereka membunuh musuh mereka dan T meminta mereka tutup mulut.

Han Chen berpendapat kalau hipotesis ini benar, maka itu bisa menjelaskan segalanya. Saat polisi tidak bisa menemukan keduanya, T jadi punya waktu ekstra untuk menyingkirkan target selanjutnya. Yaitu, Nona Chen.

Nona Chen hanyalah pemicu yang akan membuat polisi punya petunjuk tentang 13 target lainnya. Dia sengaja agar ke-13 target ini terekspos dan dia tahu betul kalau ke-13 target ini akan dilindungi polisi.


Tereksposnya ke-13 target ini sekaligus bisa membuat polisi dan masyarakat mengetahui tentang mereka. Karena itulah dia hanya perlu menghukum ketiga korban, dia tidak perlu melakukan apapun terhadap sisanya.

Sisa target itu pasti akan mengakui segalanya sendiri pada polisi demi mendapat perlindungan polisi dari T, karena pastinya mereka lebih takut mati di tangan T.

"Maksudmu sekarang T sudah mencapai tujuannya?"

"Kalau T sudah mencapai tujuannya, apakah dia akan berhenti?" Tanya Cold Face.

"Tidak," jawaban Han Chen dan Jin Xi serempak.

Menurut Han Chen, ketiga kasus pertama hanya untuk menghukum orang-orang itu. Dia pasti punya rencana yang lebih besar daripada ini. Orang yang benar-benar ingin dia hukum, pastilah seseorang yang dibenci banyak orang dan akhir orang itu akan jauh lebih tragis daripada ketiga korban.


"Saat ini, aksi yang dilakukan T membuat kita merasa kalau dia adalah orang yang sangat berhati-hati. Semua yang dia lakukan... seperti sedang mengarahkan kita ke arah sesuatu. Dan kita pasti melewatkan petunjuk penting."

Jin Xi lalu memerintahkan Xiao Zhuan untuk mempelajari semua bukti dari kasus pertama lagi. Mereka lalu ke ruang kontrol CCTV untuk mengecek area pergerakan T.


Mereka lalu makan malam bersama. Tapi semua orang makan sambil saling berdiam diri. Lao Dao langsung nyerocos protes melihat situasi ini. Jangan diem-dieman napa sih. Jarang-jarang mereka bisa berkumpul bersama seperti ini. Dia tahu kalau kasus si T itu membuat semua orang sakit kepala. Tapi kan si T sedang istirahat sekarang.

"Siapa yang istirahat? Ini namanya kegelapan sebelum fajar, tenang sebelum badai. Siapa yang tahu apa yang sedang direncanakan si T sekarang ini?"


"Justru itu adalah alasan bagi kita untuk makan dan minum sepuasnya! Kalau kita sudah kenyang, baru kita bisa berperang melawan kekuatan kegelapan, iya kan?"

Oh, dia tahu. Mereka diam pasti karena tidak ada minuman. Lao Dao pun langsung memesan bir. Pokoknya malam ini mereka harus minum sampai ambruk, baru setelah itu mereka bisa berperang dengan benar. Tidak usah memikirkan si ABCDTRS itu.

"Setelah makan dan minum yang banyak, aku yakin dengan kekuatan gabungan kita, kita pasti akan bisa menyingkirkan si sniper kepar*t itu."


Dia mau menuang untuk Han Chen, tapi Han Chen menolak soalnya dia harus menyetir nanti. Xiao Zhuan juga menolak. Jadilah hanya Cold Face satu-satunya yang mau meladeninya minum dan mereka langsung menghabiskan berbotol-botol.


Sudah mabuk, Lao Dao mendekati Jin Xi dan tanya. "Apa kau punya pacar?"

Suasana mendadak jadi canggung. Jin Xi langsung melirik canggung ke Han Chen yang tampaknya tertarik tapi sok cuek. Cold Face bisa melihat interaksi mereka berdua dan hanya Lao Dao yang buta situasi.


Lao Dao heran dengan reaksi diam semua orang. Dia tanya soalnya bukan cuma dia seorang yang ingin tahu. Setiap hari dia mendapat banyak telepon dari berbagai rekan polisi mereka yang ingin tahu apakah Jin Xi punya pacar atau tidak.

Makanya sekarang dia memberanikan diri untuk tanya. Setidaknya, kasihlah petunjuk. Xiao Zhuan mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan itu untuk Jin Xi.

Dia mau bilang tentang Si Bai dan Han Chen, tapi Jin Xi langsung membentaknya dan menegaskan kalau hubungannya dengan Si Bai murni hubungan persahabatan platonik.


Lao Dao meralat pertanyaannya. Diantara ke-4 pria di sini, siapa yang akan Jin Xi pilih untuk dijadikan pacar? Cold Face protes, menolak diikutsertakan.

"Kau tidak mau? Baiklah, baiklah. Kalau begitu kesempatanku akan lebih besar."

Xiao Zhuan langsung ketawa ngakak. "Konyol! Kukasih tahu kau. Anggaplah Dewa Han tak ada di sini. Kalau aku ada di sini, kau takkan terpilih."


Jin Xi langsung kesal membentaknya lagi. Karena tak mendapat jawaban, Lao Dao beralih ke Han Chen dan tanya. "Apa kau punya pacar?"

"Dulu punya," jawab Han Chen singkat.

Lao Dao malah makin semangat tanya lagi. "Apa ada seseorang yang kau sukai sekarang?"

Xiao Zhuan dan Cold Face langsung melirik Jin Xi. Han Chen diam beberapa saat sebelum kemudian menjawab singkat, "No comment."

Xiao Zhuan kesal. "Nama panggilanmu benar-benar sesuai untukmu. Lao Dao, Lao Dao, Lao Dao. Kau memang lao dao (cerewet). Kau pikir ini permainan truth or dare?"


Tapi ucapan Xiao Zhuan itu malah membuat Lao Dao punya ide bagus. Dia langsung mengajak semua orang berhenti makan dan main game truth or dare pakai botol bir.

Dia memutar botol birnya dan Jin Xi dapat giliran pertama. Han Chen langsung tanya serius ke Jin Xi, "Kenapa waktu itu kau menangis?"

Kali ini, bahkan Lao Dao pun merasa suasananya aneh. Jin Xi menolak menjawab dan lebih memilih meminum birnya. Dia lalu memutar botolnya dan kali ini giliran Han Chen. Jin Xi berkata kalau Han Chen mau tahu maka Han Chen harus menjawab pertanyaannya dulu.

"Kau mimpi apa kemarin?" Tanya Jin Xi. Tapi Han Chen cuma tersenyum tanpa memberi jawaban.


Si Bai merenung sedih merindukan Jin Xi. Asistennya tanya apakah dia sudah menghubungi Jin Xi. Si Bai mengaku belum, mungkin Jin Xi sedang sibuk sekarang, apalagi dia baru pindahan. Si Bai tak enak kalau harus mengganggunya.

"Sesibuk apapun, selalu ada waktu untuk menelepon. Kalian berpisah jauh sekarang, seharusnya kalian lebih banyak berkomunikasi. Jika tidak, seseorang di timnya mungkin akan mencurinya." Ujar si asisten.


Setibanya di depan asrama, Xiao Zhuan kerepotan memapah Lao Dao yang sudah teler. Han Chen keluar untuk membantu Jin Xi masuk. Tapi Jin Xi menolak, dia baik-baik saja kok.

Dia lalu berjalan menaiki tangga sambil dadah-dadah. Tapi pemandangan itu tiba-tiba membuat Han Chen mendapat kilasan ingatan akan sosok seorang wanita yang menaiki tangga sambil dadah-dadah.


Di suatu tempat, wakil presiden perusahaan Gao Jie Makeup bertemu A Zheng. Dia merasa semua kejadian pembunuhan ini karena ada seseorang yang diam-diam menarget mereka. Karena semua kasus pembunuhan ini ada hubungannya dengan mereka.

Mulai dari saat acara peluncuran parfum dan sekarang partner mereka yang kena. Dia merasa semua itu bukan kebetulan belaka. (Ah, jadi faktor penghubung semua kasus pembunuhan ini adalah perusahaan parfum misterius itu?)

Pria bernama A Zheng malah santai-santai saja. Lagipula si tua itu masih hidup. Bahkan sekalipun langit runtuh, dia akan menahannya.

"Siapapun yang ingin menantang kita, dia harus datang kemari. Jangan lupa, ini adalah tempat di mana kau bisa masuk, tapi tidak akan pernah bisa keluar."


Sementara itu, T sedang chatting bersama seorang wanita berinisial E. Si E tanya apakah T sudah merencanakan segalanya? Apa yang dia rencanakan? T menolak memberitahu.

E memperingatkan T untuk tidak gegabah karena ini berbeda dari rencana awal mereka. Kalau dia sampai ketahuan mengubah rencana, maka 'dia' pasti tidak akan membiarkan T.

E terus berusaha meminta T untuk memberitahu detil rencananya biar dia bisa memberi nasehat. "Bukankah kita dulu menyerang dan mundur bersama-sama?"

"Orang yang melakukan itu bukan aku."

"Kau sungguh sudah memutuskan?"

"Iya."


E merasa itu terlalu beresiko. Dia hendak membahas kejadian entah tahun kapan. Tapi T sudah memutus hubungan duluan. Dia lalu membuka daftar orang-orang yang mengikuti kompetisi. Kali ini, foto Han Chen dan Jin Xi juga termasuk dalam daftar.

"Kau pernah bilang kalau membunuh seseorang itu sebenarnya mudah. Tapi kita harus memahami. Kenapa kita harus melakukan itu? Sekarang, saatnya aku melaksanakan janjiku. Akan kubiarkan kalian berdua jadi saksiku," ujar T sambil menunjuk foto Jin Xi.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments