Sinopsis Master Devil Don't Kss Me Season 2 - Episode 8

Sinopsis Master Devil Don't Kss Me Season 2 - Episode 8


Karena Man Kui ingin bicara, Qi Lu berbalik untuk mendengarkannya. Man Kui merasa kalau sekarang Qi Lu sudah berubah. Qi Lu santai, orang memang akan selalu berubah.

"Tapi itu bukan karena aku."

Qi Lu malas. Cuma ini yang ingin Man Kui katakan? Man Kui tahu kalau Qi Lu marah, Qi Lu boleh melampiaskan amarah padanya, tapi tolong jangan mengabaikannya.

"Kau pergi tanpa mengatakan apapun, apa kau pernah memikirkan perasaanku?" balas Qi Lu.

Waktu itu Qi Lu berkata bahwa dia akan selalu menunggu Man Kui tak peduli seberapa lama dia pergi. Dia terus menunggu seperti orang bodoh, orang-orang di sekitarnya bahkan menertawainya. Tapi Qi Lu tetap percaya pada Man Kui. 


"Aku percaya kalau kau pasti tahu kalau aku takut kehilangan. Tapi apa yang kau lakukan?"

"Qi Lu, aku tidak akan melakukannya lagi. Maafkan aku."

"Apa yang terjadi, sudah terjadi. Tak ada kedua kali."

Man Kui berusaha menahan kepergian Qi Lu, tapi Qi Lu dingin melepaskan cengkeramannya dan berlalu pergi.


Masih kesal, Chu Xia memutuskan jalan-jalan sendirian tanpa menyadari Xin Wei yang membuntutinya. Di tengah jalan, tiba-tiba Chu Xia mendengar suara seseorang minta tolong dan sepertinya berasal dari sebuah garasi terdekat yang pintunya terbuka.

Heran, Chu Xia perlahan berjalan masuk ke dalam garasi gelap itu. Tapi tepat begitu dia masuk, Xin Wei dengan liciknya menutup pintu dan menguncinya dari luar lalu pergi meninggalkannya. Chu Xia terus berusaha berteriak-teriak meminta bantuan, tapi tak ada seorangpun yang mendengarnya.


Saat Xin Wei kembali, dia berpapasan dengan Man Kui. Man Kui terus berjalan dengan cuek, tapi Xin Wei mengkonfrontasinya. Man Kui tadi melihat Chu Xia terkurung, lalu kenapa dia diam saja?

Man Kui pura-pura bodoh, apa maksudnya? Xin Wei nyinyir, alasan Man Kui diam saja sangatlah sederhana, dia jelas tidak mau membantu saingannya yang sedang dalam kesulitan. Bagaimana? Rasanya menyenangkan kan melihat Chu Xia tak berdaya?

Chu Xia itu musuh mereka bersama. Dengan kata lain, mereka berdua senasib. Jadi dia mengusulkan agar mereka berdua saling bekerja sama untuk menyingkirkan Chu Xia dari sekolah dan dari kediaman keluarga Han.


Dengan begitu, Chu Xia tidak akan bisa bersama dengan Qi Lu dan mereka berdua bisa bersaing secara adil. Man Kui terkekeh sinis, Xin Wei masih saja bodoh seperti dulu. Apa dia tidak capek menggunakan tipuan yang sama terus berulang kali?

"Kau mau bekerja sama denganku atau tidak?"

"Untuk bekerja sama, dua orang harus setara. Tapi kau, nggak level."

"Kau tidak takut kalau aku akan memberitahu Qi Lu?"

"Kau yang paling tahu kenapa Chu Xia dikurung di sana. Kalau kau tidak takut kena masalah, silahkan saja."


Cheng Chuan bingung, Chu Xia di mana? Dia mencoba tanya ke Xiao Nan, tapi Xiao Nan juga masih kesal ke Chu Xia dan cuma terdiam manyun. Cemas, Cheng Chuan coba menghubungi Chu Xia, tapi tidak bisa tersambung.

Xiao Nan jadi ikut cemas sekarang, jangan-jangan terjadi sesuatu pada Chu Xia. Qi Lu sontak mengcengkeram bajunya Cheng Chuan dengan marah. Bagaimana bisa Cheng Chuan membiarkan Chu Xia keluar sendirian?!

"Apa kau menjaga dia barusan?!" Balas Cheng Chuan

"Berhentilah bertengkar! Apa ini waktunya untuk bertengkar?" Tegur Xiao Nan. "Temukan dia dulu, baru kalian bisa bertengkar sesuka hati kalian."


Pura-pura tak tahu dimana Chu Xia, Man Kui menyarankan agar mereka berpencar saja untuk mencari Chu Xia. Cheng Chuan lalu mengajak Xiao Nan pergi mengecek rekaman CCTV. Qi Lu pun langsung pergi mencari Chu Xia. Man Kui ingin ikut, tapi Qi Lu menolak.


Lelah karena tak ada orang yang mendengarnya, Chu Xia akhirnya menyerah, apalagi tak ada sinyal sedikitpun di ponselnya. 


Resepsionis memberitahu Cheng Chuan dan Xiao Nan bahwa berdasarkan rekaman CCTV, Chu Xia terakhir kali terlihat di sekitar danau. Masalahnya, saat ini mereka sedang dalam perbaikan dan belum menginstal kamera di area yang lebih terpencil.

Kesal, Cheng Chuan langsung menuntut bertemu dengan Manager. Bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu? Tempat itu juga bagian dari Perusahaan Jiang.


Xiao Nan langsung menangis sesenggukan yang jelas saja membuat Cheng Chuan makin kebingungan dan berusaha membujuknya untuk berhenti menangis, banyak orang yang melihat mereka, bisa-bisa mereka bakalan salah paham mengira dia melakukan sesuatu pada Xiao Nan.

Tapi Xiao Nan malah menangis makin keras. Dia sungguh menyesal, jika saja dia tidak membuat Chu Xia marah, Chu Xia pasti tidak akan pergi sendirian.

Tapi mendadak dia berbalik ke Cheng Chuan, menyalahkan Cheng Chuan sebagai penyebabnya sambil mendorong-dorongnya. Cheng Chuan meringis kesakitan sambil memegangi tangannya yang terluka. Xiao Nan sontak cemas, tapi Cheng Chuan malah ketawa menggodai Xiao Nan.

"Jangan menangis lagi. Ayo pergi dan mencari berkeliling."

 

Chu Xia tiba-tiba bangkit dan memutuskan kalau dia tidak boleh menyerah dan duduk-duduk saja di sini. Dia harus memikirkan cara keluar dari sini. Maka Chu Xia pun lari untuk menendang pintu keras-keras yang ujung-ujungnya malah membuat kakinya kesakitan.

Tapi Qi Lu kebetulan lewat di sana saat itu dan mendengar suara tendangannya dan rengekan sakitnya. "Chu Xia! Kenapa kau terkunci di dalam?"

"Aku juga tidak tahu. Kupikir aku mendengar suara seseorang meminta pertolongan. Aku masuk lalu terkunci di dalam."

Qi Lu mencoba memanggil bantuan, tapi ponselnya juga tak ada sinyal. Chu Xia tunggu dulu di sini, jangan takut, Qi Lu janji akan segera kembali. Qi Lu pun pergi untuk mendapatkan bantuan.


Cheng Chuan dan Xiao Nan masih terus mencari Chu Xia. Tapi kemudian Cheng Chuan ditelepon Qi Lu yang memberitahukan keberadaan Chu Xia sekarang. Mereka pun bergegas pergi ke sana.

Mereka bertemu Man Kui di tengah jalan dan memberitahu kalau mereka menemukan Chu Xia dan mengajaknya ikut. Man Kui tampak tak senang mendengarnya.

 

Qi Lu kembali tak lama kemudian. Karena yang lain belum datang, Qi Lu akhirnya duduk di luar menemani Chu Xia. Chu Xia berkata kalau tempat ini mengingatkannya pada tempat saat dia kecil dulu.

Dulu, dia dan Ibunya sering berpindah rumah. Mereka pernah tinggal di sebuah rumah yang kecil dan jelek. Mereka juga pernah tinggal di basement. Kadang ibunya terlambat pulang karena harus kerja lembur dan dia sendirian di rumah. Sendirian itu menakutkan.

"Jadi kau memutuskan untuk menjadi wanita kuat?"

"Iya. Karena aku harus melindungi ibu."


Mengalihkan topik, Qi Lu heran dari mana Chu Xia dapat ide jitu untuk menendang pintu tadi? Chu Xia hanya memikirkan bagaimana caranya keluar dari sini. Dia takut kalau mereka tak sadar kalau dia menghilang.

"Aku pasti menyadarinya dan pasti akan menemukanmu."

"Terima kasih, Han Qi Lu. Aku tidak begitu takut lagi. Oh yah, tentang semalam, itu salahku. Aku jadi begitu sombong."

"Aku juga salah."

"Aku hanya tak ingin kau terjatuh karena masalah di masa lalu. Aku hanya ingin membantumu."

"Terima kasih."


Cheng Chuan dan yang lain akhirnya tiba tak lama kemudian dengan membawa seorang tukang untuk membuka gemboknya.

Begitu pintu terbuka dan melihat Qi Lu di depan pintu, Chu Xia sontak melemparkan dirinya ke plukan Qi Lu. Cheng Chuan dan Man Kui sedih melihatnya.


Xiao Nan langsung gantian memluk Chu Xia sambil mewek dan meminta maaf karena sudah membuat marah tadi. Chu Xia tidak marah, dia hanya akan menganggap Xiao Nan berhutang padanya dan menuntut Xiao Nan untuk mentraktirnya makan es krim.


Kedua wanita itu pun pergi. Qi Lu mau menyusul, tapi Cheng Chuan mencegahnya dan tanya apakah dia menyukai Chu Xia? Qi Lu menolak menjawab.

"Baiklah. Kuberitahu kau. Aku menyukai An Chu Xia dan aku benar-benar serius. Jadi  apapun yang terjadi, aku tidak akan menyerahkannya pada siapapun."


Saat mereka pulang, Nyonya Han menyambut mereka dengan suka cita, apa mereka bersenang-senang? Tapi Chu Xia lelah dan hanya menjawab singkat pertanyaan Nyonya Han lalu masuk kamar. Nyonya Han sampai heran, ada apa dengan Chu Xia?

"Tidak apa-apa. Dia terkurung sepanjang sore."

"Apa maksudmu?"

"Bukan apa-apa. Aku lelah, aku mau masuk kamar dulu."


Nyonya Han gregetan, apa sebenarnya yang terjadi sih? Apa dia ketinggalan sesuatu? Han Tua juga tak tahu, tapi dia yakin itu (terkurung) bukan sesuatu yang Nyonya Han pikirkan. Nyonya Han tambah bingung, bukan sesuatu yang dia pikirkan?


Chu Xia bertemu Han Yu di sekolah keesokan harinya dan menanyakan keadaan tangannya. Sudah lebih baik, jawab Han Yu. Tapi Kakeknya kangen Chu Xia dan sering menyebut-nyebut Chu Xia terus, kenapa Chu Xia belum datang berkunjung.

"Aku sibuk, aku lupa. Bantu aku meminta maaf pada kakekmu."

Han Yu mengaku kalau kakeknya mau mengadakan pesta syukuran karena tangannya sudah sembuh dan beliau ingin mengundang Chu Xia. Chu Xia setuju untuk datang. Kalau begitu, Han Yu akan menjemputnya akhir pekan ini.


Han Yu lalu menemui Qi Lu di tempat biasanya mereka nongkrong dan langsung membahas Man Kui. Han Yu penasaran, apa yang Qi Lu pikirkan tentang kembalinya Man Kui.

Qi Lu tanya apa maksudnya menanyakan masalah itu? Apa Han Yu juga ingin meyakinkannya untuk berbaikan dengan Man Kui?

"Kita bertiga tumbuh bersama. Aku tahu kalau kepergiannya itu sangat melukaimu. Tapi aku juga tahu kepribadiannya, dia bukan orang jahat. Kalian tidak bisa perang dingin selamanya, makanya aku ingin tahu apa yang kau pikirkan."

"Apa itu penting?"

"Setidaknya, bisa mencegah beberapa orang yang tidak bersalah agar tidak terluka. Contohnya, Chu Xia."


Han Yu hanya berharap Qi Lu bisa menyelesaikan hubungannya dengan Man Kui dengan jelas. Sikap Qi Lu yang seperti ini jelas menunjukkan kalau dia masih peduli pada Man Kui dan belum bisa melupakannya. Qi Lu hanya menyiksa dirinya sendiri.

"Aku akan memikirkannya." Ujar Qi Lu.


Man Kui tampak kesakitan sambil memegangi p*rutnya dan hampir saja roboh karenanya. Untunglah Qi Lu lewat saat itu dan sigap menangkapnya. Melihat Man Kui pucat, Qi Lu langsung menyeretnya ke klinik.

Setelah memeriksa kondisi Man Kui, Mary berkata kalau kondisi Man Kui kurang baik, dia perlu di periksa ke rumah sakit. Tapi Man Kui ngotot kalau dia baik-baik saja.


Saat mereka keluar, Man Kui berterima kasih atas bantuan Qi Lu. Tapi dia pikir, bahkan sekalipun dia mati, Qi Lu pasti tidak akan memaafkannya.

"Jangan mengutuk dirimu sendiri. Sudah waktunya masuk kelas, aku pergi."

Bersambung ke episode 9

Post a Comment

0 Comments