Sinopsis Kleun Cheewit Episode 3 - 3

Sinopsis Kleun Cheewit Episode 3 - 3


Jate ngakak saat Jane meneleponnya dan menceritakan kecerobohannya tadi. Padahal Jane berencana mau menanyakan training di firma hukumnya Thit. Tapi kalau begini, sepertinya Thit tidak akan mau menerimanya.

"Lalu di mana dia sekarang?" Tanya Jate sambil jalan ke perpustakaan.

"Dia di toilet sedari tadi dan belum keluar."


Tiba-tiba seseorang tak sengaja menubruknya dan membuat kertas-kertasnya berhamburan. Jane terpaksa membungkuk untuk memunguti kertas-kertasnya... tanpa menyadari Thit baru saja keluar dari toilet.

Mengira Jane sudah tidak ada, Thit pun langsung pergi, apalagi saat itu rekannya menelepon karena tidak bisa menemukan sebuah dokumen. Jadilah Jane melewatkan Thit dan kehilangan kesempatannya untuk training bersama Thit. Jane kecewa.

"Kalau dia punya karma buruk, dia pasti akan bertemu lagi denganmu, Jane."

"Karma buruk? P!!!"

 

Tapi Jate tidak bisa bicara lebih lama lagi, soalnya dia sudah sampai perpustakaan. Dia mengembalikan sebuah buku lalu pergi ke rak buku untuk mencari buku-buku lain. 

Si petugas belum sempat check-in buku itu saat telepon berbunyi. Dan tepat saat dia sibuk menerima telepon, petugas lainnya datang dan langsung mengambil buku itu untuk dikembalikan ke rak.

Kebetulan Dao juga ada di sana. Mereka cuma terpisah rak, tapi tak ada yang saling menyadari kehadiran satu sama lain. Dao sedang membaca saat si petugas mengembalikan buku yang dipinjam Jate ke rak.


Dia langsung tertarik pada buku itu lalu membacanya sambil jalan ke rak sebelah... tepat saat Jate jalan ke rak lain. Yah, nggak ketemu deh.

Jate dengan cepat meminjam dua buku lain. Dia lalu pergi... tepat saat Jane baru mau check-out bukunya dan menemukan tiket konsernya Jate yang ketinggalan di dalam buku.


Jate dalam perjalanan keluar, saat pustakawan meneleponnya tentang tiket konsernya yang ketinggalan. Jate pun kembali, tapi Dao sudah tidak ada dan hanya meninggalkan sebuah pesan manis untuk Jate di tiket konser itu. Dia meminta maaf karena sudah mengambil bukunya dan berharap Jate akan menikmati konsernya.


Jate pun membalas pesannya dan meminta pustakawan untuk memberikan buku ini pada Dao. Dia lalu pergi... tepat saat Dao kembali gara-gara mengira ketinggalan kacamata hitamnya, padahal tuh kacamata ada di atas kepalanya sendiri. Hehe. Malu deh.

Mumpung Dao kembali, pustakawan pun memberikan buku itu pada Dao. Dalam pesannya, Jate berterima kasih karena Dao sudah mengembalikan tiketnya dan memberitahu Dao kalau buku ini sangat bagus.


Dari perpus, Jate makan siang di sebuah resto... dan lagi-lagi, Jane juga kebetulan sedang makan di sana.

Mereka akhirnya duduk dan makan bersama sambil ngobrol tentang makanan kesukaan masing-masing. Dari percakapan mereka, ternyata makanan kesukaan mereka tidak sama, tapi saling melengkapi.

Seperti misalnya daging babi cincang bungkus kuning telur. Dao cuma suka bagian daging cincangnya, sementara Jate cuma suka bagian telurnya.

"Kurasa kita cocok bersama." Tutur Jate.

Dia mengucapkan itu dengan nada santai, tanpa menyadari kalau ucapannya itu sebenarnya cukup mempengaruhi Dao dan membuatnya bahagia bukan main. Saking senangnya, dia bahkan langsung memberikan bagian kesukaannya Jate.


Suki kesal saat diberitahu kalau Jee dibatalkan dari pekerjaannya mengisi acara dan penggantinya adalah seseorang yang Suki kenal. Suki bisa menebak siapa orang itu.

Siapa lagi kalau bukan Pim. Dia dan managernya sedang ngakak puas saat Suki mendadak muncul menghadang mereka lalu melempar sebungkus tulang ayam ke Pim. Untung saja Managernya Pim sigap melindungi artisnya dan langsung kesal, kenapa Suki melempar tulang ke mereka?

"Aku lihat kau suka jadi anjing, makanya aku memberimu tulang untuk dikunyah biar mulutmu tidak terlalu sibuk menikam orang lain dari belakang!"

"Sampai jumpa di event nanti, P'Suki. Kau belum mati rupanya... maksudku, kau baik-baik saja?"

"Aku masih hidup dan siap menamparmu!"


Suki langsung melayangkan tangan ke Pim, tapi lagi-lagi dihalangi Managernya Pim. Jadilah kedua manager itu cakar-cakaran kayak kucing dan anjing, tapi Suki dengan cepat mengalahkan Manager Pim dan mendorongnya lalu menyindir Pim lagi.

Pim pasti menyadari dirinya sudah mau mati dalam industri ini, makanya dia menggunakan cara kotor untuk mendapatkan pekerjaan. Tak bisa membalasnya, Pim pura-pura bodoh dan bergegas mengajak managernya pergi.


Tapi tentu saja Suki tidak mau melepaskan mereka begitu saja dan dengan sinisnya memberitahu mereka kalau Pim sudah dibatalkan dari acara hari ini.

"Kau bilang apa?!"

"Bukan aku loh pelakunya." Santai Suki dengan tampang tanpa dosa.

Pim jelas kesal. "Tega sekali kau melakukan ini padaku!"

"Kenapa? Apa yang kulakukan padamu adalah apa yang yang kau lakukan pada Jee!"

Pim selalu ngegombal kalau dia terlahir jadi bintang. Tapi begitu dia bertemu Jee yang jelas-jelas terlahir untuk menjadi seorang bintang, Pim langsung menggunakan berbagai cara kotor pada para produser. Menyedihkan sekali.

Pim sinis. "Aku tidak perlu menggunakan cara kotor karena bau busuk aktrismu sudah menyebar."

"Jee orang yang baik di dalam, tidak seperti seseorang yang busuk di dalam dan ingin go international dengan cara tidur dengan para produser."

"Bagaimana P'Suki bisa tahu?" Bisik Managernya Pim (Pfft!).

"Karena aku tidak bodoh sepertimu Nang Looknam! Ingat baik-baik, akulah yang menciptakanmu, jadi aku tahu semua kebusukanmu! Jangan berani-berani kau menggunakan cara kotor padaku atau akan ku-ekspos semua kebusukanmu!"

Suki lalu pergi dengan kepala terangkat tinggi-tinggi, sementara Pim dan managernya cuma bisa kembang kempis menahan kesal tak tahu bagaimana harus membalas ancaman Suki.

Pim bersumpah tidak akan membiarkan Jee mengalahkannya. Lihat saja, akan dia injak Jee sampai serendah-rendahnya.


Piak membawa Thit ke sebuah event walaupun Thit tampak tak nyaman di sana. Dia bahkan takkan mau datang kalau saja ini bukan acaranya Piak.

"Baiklah. Pokoknya senyum saja pada para wartawan."

"Sebenarnya, kenapa kau mengundangku? Kenapa tidak mengundang P'Chaiyan."

Sudah, tapi Chaiyan bilang kalau hari ini dia harus syuting lakorn. Baguslah Thit datang, teman-temannya Piak juga datang dan mereka cantik-cantik loh.


Pada saat yang bersamaan, Jee dan Chaiyan juga berada di event yang sama. Jee masih dandan sembil menunggu acara dimulai dan Chaiyan sedang memberi instruksi untuk para kru. Ternyata dia akan merekam event ini untuk digunakan dalam lakorn-nya.

Tapi firasat Suki tidak enak dengan event kali ini, dia merasa seperti akan ada masalah. Jee santai saja, mereka di sini kan untuk kerja, jadi tidak akan terjadi apa pun.


Thit berkeliling sendirian, tampak sangat tidak nyaman berada di sana. Piak sedang berusaha mencari informasi tentang presenter event ini, tapi teman-temannya tak ada yang tahu.

Thit berniat mau pergi saja berhubung Piak sudah bertemu dengan teman-temannya. Tapi tiba-tiba acara dimulai dan si presenter yang tak lain adalah Jee, muncul menari-nari di atas panggung.

Karena gelapnya suasana, Piak dan Thit tidak langsung mengenalinya dan asyik menikmati tontonan itu. Tapi begitu lampu menyala, Piak langsung kesal menyadari si presenter itu ternyata Jee dan langsung mendorong Thit keluar.


Mereka baru saja jalan beberapa langkah. Tapi entah apa yang terjadi, tiba-tiba Jee terjatuh dari panggung. Chaiyan langsung sigap naik ke panggung dan menggendong Jee keluar. Piak jelas marah melihat semua itu.

Chaiyan berniat membawa Jee ke rumah sakit, tapi Thit dan Piak mendadak masuk dan langsung marah-marah menuntut kenapa Chaiyan ada di sini dan bukannya di lokasi syuting. Tak enak dilihat orang lain, Chaiyan langsung menyeret Piak keluar.


"Kenapa? Apa kau takut aku akan mencaci nang'ek-mu di hadapan orang lain makanya kau menyeretku keluar?"

"Tidak. Aku membawamu keluar agar kau tenang dan mendengarkanku."

"Teganya kau melakukan ini, Chaiyan! Kau bilang kau syuting lakorn! Tapi ternyata kau menemaninya kemari! Pembohong! *PLAK*"

Chaiyan benar-benar sakit hati dibuatnya. Apa Piak tahu kenapa beberapa pria selingkuh dari istrinya? Karena istri mereka bersikap seperti Piak.

Piak bisa betah bicara berjam-jam dengan orang lain, tapi tidak pada suaminya sendiri. Apa Piak pernah tanya apa yang dia lakukan di sini?


"Kenapa juga aku harus tanya? Aku bisa lihat sendiri apa yang kau lakukan di sini!"

"Kalau begitu, aku akan kuberitahu apa yang tidak kau lihat. Aku di sini untuk mengambil video untuk lakorn."

Piak tak percaya sedikitpun dengan alasannya. Tapi sedetik kemudian, seorang staf muncul dan memberitahu Chaiyan kalau mereka tidak bisa melanjutkan syuting karena insiden tadi. Seketika itu pula Piak jadi speechless.


Jee berjalan terpincang-pincang lewat jalan belakang untuk menghindari wartawan. Tiba-tiba Thit yang sepertinya sudah menunggunya sedari tadi, menyindirnya karena mau melarikan diri dari para wartawan.

Sekarang Jee percaya pada hukum karma, kan? Dia mendapatkannya dengan sangat cepat dan adil... atau jangan-jangan itu bukan kecelakaan?

"Jangan-jangan Jee memang sengaja terjatuh biar suami seseorang datang membantumu? Dengan begitu, kau akan mendapat perhatian publik sekaligus menghancurkan keluarga seseorang."

"Hei! Kalau kau punya imaginasi seliar itu, maka lebih baik kau berhenti jadi pengacara dan tulis novel saja. Jika seseorang sepertiku ingin menyakiti diriku sendiri, aku akan melakukannya lebih daripada ini. Aku tidak menginginkan suami orang lain."

"Lalu apa yang kau inginkan? Atau kau suka mencuri milik orang lain?"

"Tak ada yang bisa kulakukan jika pria datang sendiri padaku."


Kesal, Thit memperingatkan Jee untuk tidak melibatkan dirinya dengan Chaiyan lagi. Jee balas menyuruh Thit untuk mengatakan itu pada Chaiyan sendiri.

"Kau sangat egois! Di mana pun kau berada, seseorang pasti akan bermasalah!"

"Kalau kau tidak mau punya masalah, maka menjauhlah dariku!" Kesal Jee  lalu masuk ke dalam lift, tapi Thit dengan cepat mencegah pintu lift menutup dan menyudutkan Jee.

"Kau boleh tidur degan pria mana pun, tapi bukan dengan seseorang dalam keluargaku. Karena jika adikku terluka karenamu, maka kali ini takkan ada seorangpun yang bisa menghentikanku untuk menyakitimu."

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments