Sinopsis My Little Princess Episode 7 - 1

Sinopsis My Little Princess Episode 7 - 1


Xing Chen shock saat melihat Kesatria Beruang-nya yang selama ini dianggapnya sebagai Chu Yao, ternyata malah Nian Yu.


Saking tak percayanya, dia langsung heboh membully wajah Nian Yu dan berputar-putar sambil berteriak-teriak. Masa Kesatria Beruangnya Nian Yu? Ini tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin! Ini pasti mimpi! Pasti mimpi!... Tidak mungkiiiiiiin!!! teriaknya sambil melarikan diri dari sana, meninggalkan Nian Yu yang kebingungan.


Bahkan saat dia baru bangun keesokan harinya, dia masih galau tak bisa mempercayai semua ini dan memutuskan kalau yang dilihatnya semalam pasti mimpi, pasti!

Tapi kemudian dia melihat dress putihnya yang ternoda wine di kursi dan shock, mimpi buruk semalam ternyata nyata.

Jadi Jiang Nian Yu adalah Kesatria Beruangnya? Kesatria Beruangnya adalah Nian Yu? Oh, tidak!!! Ya, Tuhan! Jadi selama ini dia banyak melakukan berbagai hal memalukan di hadapan Nian Yu... "Aku tidak mau hidup lagi! Aku tidak mau hidup lagi! Aku harus bagaimana?!"

Tiba-tiba telepon kamarnya berbunyi, dia langsung mengangkatnya dengan takut-takut, ternyata asistennya yang memintanya untuk bersiap berangkat ke kampus agar dia tidak terlambat. Tapi Xing Chen tidak mau ke kampus dan beralasan kalau dia sedang sakit perut.


3 hari sudah Xing Chen tidak ke kampus, para mahasiswa di kampus heboh menggosipkannya. Mereka mengira kalau Xing Chen tidak datang ke kampus gara-gara kejadian memalukan di pesta waktu itu.

Siapa sangka, Lei Ja Na yang selama ini benci Xing Chen, sekarang malah membela Xing Chen dan mengkonfrontasi orang-orang yang menggosipkannya.

Dia mengakui kalau dia juga benci Xing Chen, tapi dia merasa akar semua masalah ini adalah Chu Yao. Dia tunangan Xing Chen tapi mempermalukan Xing Chen di depan umum.

Tepat saat dia bicara seperti itu, Yang Yang tiba-tiba menabraknya entah sengaja atau tidak. Ja Na langsung kesal dan langsung melabrak Yang Yang, jelas-jelas Yang Yang lah yang menabraknya duluan tapi Yang Yang malah diam saja dan bersikap sok polos seolah dia yang membulli Yang Yang.

Chu Yao tiba saat itu untuk menyelamatkan Yang Yang dan Ja Na. Ja Na tak peduli dan terus melabrak kepicikan Yang Yang. Zhou Wei cepat-cepat menghentikan pertengkaran ini dengan menjauhkan Ja Na dari sana. Tepat saat itu, Yang Yang melihat Nian Yu lewat. Sontak dia langsung mengabaikan Chu Yao untuk mengejar Nian Yu.


Di kelas anggar, Chu Yao tanding melawan Nian Yu. Chu Yao berusaha menyerang sekuat tenaga, tapi Nian Yu berhasil bertahan.

Setelah kelas usai, Chu Yao menantang Nian Yu tanding sekali lagi. Awalnya Nian Yu tak mau meladeninya, tapi Chu Yao malah menyindirnya dan menuduhnya sebagai orang yang suka menyerang dari belakang.

"Kau sendiri orang yang tidak bisa memenuhi janjimu, apa hakmu untuk mengkritikku?"

Kesal, Chu Yao bersumpah akan membuat Nian Yu menyesal karena dia telah berani menyentuh miliknya. Dia langsung menyerang, tapi Nian Yu dengan mudahnya menyerang balik dan mengalahkan Chu Yao.

Dengan santainya dia memberitahu Chu Yao untuk lebih banyak latihan lagi, karena lawan bisa dengan mudah mengetahui kelemahannya jika dia emosi.

Tak lupa dia menambahkan "Kau tidak perlu berterima kasih. Lain kali kalau kau punya masalah, kau boleh meminta saran dariku"


Ibunya Xing Chen dilarang masuk ke sebuah club exclusive walaupun dia sudah menunjukkan kartu member gold-nya yang dia klaim dia dapatkan dari putrinya, tapi petugas club menjelaskan kalau kartu itu diblokir karena dilaporkan sebagai kartu yang hilang.

Tiba-tiba Nyonya Chen datang, Ibu langsung panik berusaha menyembunyikan dirinya dengan pura-pura memilih wine.

Tapi tentu saja Nyonya Chen mengenalinya dan menyuruhnya untuk pergi saja. Dia memperingatkan Ibu untuk tidak lagi mencuri kartu membernya Xing Chen atau semua kartu miliknya akan diblokir juga. Terpaksa Ibu pergi, tapi karena tak mau malu, dia pergi dengan penuh harga diri dan mengkritiki club ini.


Sambil makan siang bersama, salah seorang sosialitanya Nyonya Chen membahas masalah perjodohan Xing Chen dan Chu Yao.

Tapi temannya yang kedua menyinggung masalah gosip yang mengatakan kalau Chu Yao selalu mengacuhkan Xing Chen di kampus. Bahkan katanya Chu Yao sudah punya pacar lain.

Nyonya Chen kaget mendengarnya. Tapi dia menolak mempercayainya, dia yakin kalau Chu Yao adalah pria berpendidikan yang tidak mungkin melakukan hal semacam itu. Ibunya Chu Yao datang saat itu dan mengklaim kalau putranya tak mungkin seperti yang dikatakan gosip, dia yakin itu cuma kesalahpahaman.

Nyonya Zheng lalu mengundang mereka ke pesta ulang tahun pernikahannya yang ke-25. Dia juga meminta Nyonya Chen membawa Xing Chen agar mereka bisa segera memutuskan pertunangan Chu Yao dan Xing Chen. Nyonya Chen mengiyakannya walaupun diam-diam sebenarnya dia cemas.


Xing Chen sedang menggambar dua orang pangeran yang mengantri berlutut di hadapannya saat tiba-tiba saja Nyonya Chen masuk sambil marah-marah, menyesal karena dia pernah membesarkan gadis tidak berguna seperti Xing Chen.

Xing Chen bukan saja mempermalukan dirinya sendiri, tapi juga sudah mempermalukannya. Dia yang selama ini tidak pernah kalah, sekarang jadi malu gara-gara Xing Chen.

Minggu depan adalah pesta ulang tahun pernikahan Keluarga Zheng dan mereka akan mengumumkan pertunangan Xing Chen dengan Chu Yao setelah itu, karena itulah Nyonya Chen memperingatkan Xing Chen untuk berusaha sebaik mungkin dalam acara itu. Jika tidak maka dia akan memakai cara yang lebih keras.


Nian Yu sedang bekerja di toko komik, tapi Bos toko komik memperhatikan Nian Yu terus menerus melirik ke arah pintu, mengharapkan kedatangan Xing Chen.

Bos heran padahal dua hari ini seharusnya Nian Yu tidak perlu bekerja di sini, bukankah Nian Yu punya pekerjaan lain?

Saat Nian Yu beralasan kalau pekerjaan yang lain itu tidak penting, Bos toko komik langsung mengingatkannya bahwa biasanya dia bukan jenis orang yang mengabaikan tanggung jawabnya. Nian Yu mulai sadar diri dan akhirnya pergi.


Xing Chen turun dengan mengendap-endap, masih takut berhadapan dengan Nyonya Chen. Syukurlah tak ada orang di rumah. Tiba-tiba bel pintunya berbunyi.

Dari interkom, Xing Chen melihat Nian Yu lah yang datang. Tapi Xing Chen masih belum mau bertatap muka dengan Nian Yu, jadi dia berusaha mengubah suaranya saat dia memberitahu Nian Yu kalau Xing Chen sedang tidak ada di rumah.

Tapi Nian Yu tahu Xing Chen lah yang sedang bicara dengannya dan langsung mengkonfrontasinya. Apa Xing Chen tidak ingat kalau minggu depan mereka ada ujian?

Kalau dia mendekam di rumah terus, apa dia tidak takut ditendang dari universitas? Xing Chen tetap tidak peduli dan terus berusaha menyuruh Nian Yu pergi.


"Pertama, rektor lah yang menyuruhku datang kemari. Kedua, ini adalah tanggung jawabku sampai selesai. Pokoknya aku tidak akan membiarkanmu dikeluarkan dari universitas. Kau dengar tidak?"

"Aku tidak perlu perhatianmu. Aku sudah memutuskan untuk tidak ikut ujian"

"Lin Xing Chen. Kau sudah berusaha cukup lama dna kau mau menyerah seperti ini?"

"Di-DO atau tidak itu bukan urusanmu"

"Tapi itu usaha kita bersama!"

Xing Chen langsung terdiam mendengarnya dan langsung mematikan sambungan interkomnya. Tak lama kemudian, bel pintunya berbunyi lagi. Mengira Nian Yu belum pergi, Dia langsung saja menyalakan interkomnya sambil nyerocos melabrak Nian Yu.


Tapi kali ini yang datang bukan Nian Yu, melainkan Meng Xi. Xing Chen mengundangnya masuk sambil menggerutu karena Meng Xi datang mendadak padahal dia belum dandan dan belum keramas.

"Walaupun kau belum dandan dan belum keramas. Tapi didalam hatiku, di mataku, kau tetap cantik dan menawan"

Xing Chen senang bukan main mendengar kata-kata manis Meng Xi itu. Melihat keadaan Xing Chen seperti ini, Meng Xi mengingatkan Xing Chen bahwa Xing Chen yang selama ini dia kenal, bukanlah seseorang yang gampang menyerah.

Flashback,


Suatu hari, Meng Xi mendatangi Xing Chen yang sedang melamun sedih. Saat dia menanyakan alasan kesedihannya, Xing Chen dengan polosnya berkata bahwa ibunya tidak menyukainya lagi karena dia tidak bisa main piano.

Meng Xi berusaha menghiburnya dan meyakinkannya bahwa dia tidak bisa main piano itu wajar karena dia masih kecil, masih banyak hal yang harus dia pelajari.

"Tapi aku sudah belajar dan tidak dapat apa-apa" keluh Xing Chen

"Kalau begitu, bagaimana kalau aku bilang ke ibumu agar kau tidak usah main piano lagi?"

Tapi Xing Chen malah menolaknya dengan tegas lalu bertanya apakah dia benar-benar bisa bermain piano jika dia terus belajar. Meng Xi mengiyakannya, tapi dia juga memberitahu Xing Chen kalau latihan itu melelahkan dan tidka seharusnya kita memaksakan diri melakukan hal-hal yang tidak kita sukai.

"Tapi kalau begitu, bukankah itu namanya aku mengaku kalah? Ibu bilang kalah itu memalukan"

"Kalau begitu kau harus terus latihan"

Flashback end,


Meng Xi mengingatkan Xing Chen bahwa semua kemampuan yang dimilikinya sekarang adalah karena Xing Chen tak pernah menyerah. Lalu apakah sekarang hanya karena kesalahpahaman, hanya karena dia diserang dari belakang, dia mau menyerah semudah ini?

"Paman Meng Xi, kau selalu manis. Karena itulah kaulah yang paling kusukai, tapi kau tidak pernah memberiku kesempatan"

Xing Chen berusaha memonyongkan bibirnya minta dic**m, tapi Meng Xi langsung menepuk ringan dahi Xing Chen dan memberitahu Xing Chen bahwa perasaan yang Xing Chen rasakan terhadapnya adalah rasa terima kasih dan ingin dilindungi, bukan perasaan cinta. Lalu cinta itu apa? tanya Xing Chen.


Beberapa saat kemudian, Xing Chen akhirnya keluar rumah mencari Nian Yu sambil mengingat ucapan Meng Xi tentang cinta.

"Cinta adalah perasaan yang sangat rumit, perasaan saat kita sangat ingin bertemu seseorang"

Xing Chen mencoba mencari ke toko komik, tapi bos toko komik memberitahunya kalau Nian Yu sedang tidak ada shift hari ini. Tadi dia memang kemari tapi pergi lagi karena bilang ada sesuatu hal penting yang harus dia kerjakan.

Xing Chen pun pergi, dia terus berjalan... tanpa menyadari dia sebenarnya sudah melewati Nian Yu yang saat itu sedang membuat catatan di mini market.

"Terkadang kau benci saat melihatnya. Tapi kau merasa kesepian saat tak melihatnya. Terkadang rasanya seperti menyesal setelah membuat masalah" narasi Meng Xi


Hujan deras turun malam harinya. Tapi Nian Yu tetap datang ke rumahnya Xing Chen. Tak ada yang menjawab saat dia memencet bel, akhirnya dia hanya meninggalkan map berisi catatan yang dibuatnya siang tadi di pagar.


Xing Chen pulang dalam keadaan basah kuyup tak lama setelah Nian Yu pergi. Seharian dia mencari Nian Yu tapi tak bisa menemukannya, apalagi dia juga tidak tahu dimana rumah Nian Yu karena selama ini selalu Nian Yu yang menemaninya dan mendatanginya. Tapi setibanya di depan rumah, dia melihat map yang ditinggalkan Nian Yu yang sontak membuatnya tersenyum.


Setelah mandi, Xing Chen melihat buku-buku yang ditinggalkan Nian Yu untuknya dan teringat akan saat-saat kebersamaannya dengan Nian Yu selama ini. Bagaimana selama ini kadang dia merasa senang dan nyaman bersama Nian Yu, tapi kadang pula merasa kesal.

Perasaan rumit yang membuatnya teringat akan ucapan Meng Xi bahwa cinta adalah perasaan yang hangat dan rumit yang kadang membuat kita merasa senang saat kita memandangi orang yang kita cintai, tapi kadang pula membuat kita merasa sakit hanya dengan melihatnya.

"Seseorang yang selalu merasa hangat dan bahagia mungkin seseorang yang tahu tentang cinta. Dan yang membuatmu merasa tak nyaman adalah karena kau jatuh cinta padanya"

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments