Sinopsis The Eternal Love Episode 9 - 1

Sinopsis The Eternal Love Episode 9 - 1


Entah apa yang terjadi setelah jatuhnya mereka ke jurang, sekarang Xiao Tan sudah tidur tenang di rumah di tengah hutan itu dan Lian Cheng sendiri sedang santai baca buku.

Xiao Tan akhirnya bangun tak lama kemudian dan mendapati dirinya sudah ganti baju. Dia langsung ngomel-ngomel kesal ke Lian Cheng dan menuduh Lian Cheng merencanakan semua yang terjadi hari ini. Ternyata di dasar jurang itu ada danau, makanya mereka bisa selamat.


Lian Cheng mengaku kalau rencana awalnya adalah mengajak Xiao Tan keluar rumah biar dia bisa berendam di sumber air panas dan tidur siang dengan nyenyak.

"Kau tidak usah cemas, aku sudah menyuruh Yu Hao untuk berjaga di luar. Jadi kau tidak usah khawatir ataupun berterima kasih padaku."

"Dasar kep***t! Hari ini kau hampir membuatku kena serangan jantung dan kau ingin aku berterima kasih?"


Xiao Tan mau turun dari rajang, tapi malah mengernyit kesakitan di kakinya. Lian Cheng sontak menunduk untuk memijat kaki Xiao Tan. Saat dia menengadah menatap Xiao Tan, Xiao Tan langsung menunduk malu-malu.

"Kenapa? Apa aku menggdamu?"

"Jangan narsis!"


Lian Cheng tersenyum mendengarnya. Dia lalu membantu meletakkan kkai Xiao Tan ke dalam selimut dan tanya kenapa Xiao Tan menyelamatkannya hari ini. Xiao Tan menyangkal, dia tidak menyelamatkan Lian Cheng, dia cuma tak sengaja kepleset.

"Dan kau kebetulan kepleset ke arahku?"

"Betul! Persis begitu!"

Baiklah. Lalu apa pendapat Xiao Tan tentang percobaan pembunuhan hari ini? Xiao Tan ketus, dia tidak tahu. Tapi Lian Cheng terus memaksa, dia tidak tahu atau tidak mau membicarakannya?


Xiao Tan tahu kalau Lian Cheng mau bilang itu ulahnya Yi Huai, bukan? Tapi menurut Xiao Tan, bukan Yi Huai pelakunya. Lian Cheng cemburu, apa Xiao Tan begitu mempercayai Yi Huai?

"Ini bukan masalah kepercayaan. Kebenarannya ada di depan kita. Siapapun pasti akan berpikir begitu. Jika mereka hanya menginginkan benda itu, mereka bisa saja membunuh kita. Tapi dilihat dari situasinya, mereka tidak ingin membunuh kita."

"Lalu bagaimana dengan panah itu?"

"Waktu itu, aku sempat melihat dua sosok orang. Kurasa mereka berdua tidak bekerja sama dengan para pembunuh itu. Kurasa mereka bisa memanah kakimu biar kau tidak bisa lari lagi."

"Apa kau sangat yakin kalau pembunuh itu bukan orangnya Mo Yi Huai?"

Kesal, Xiao Tan protes meminta Lian Cheng untuk tidak menyebut nama orang itu lagi. Kepalanya serasa mau meledak begitu dia mendengar nama itu. Lian Cheng tersenyum mendengarnya. Baiklah, dia tidak akan menyebutnya lagi.


"Tapi masalah kau menyelamatkanku, bagaimana aku harus membayarmu?" Gda Lian Cheng.

Xiao Tan sontak melindunginya dirinya dengan merapatkan selimutnya, "Kau mau apa?"

"Aku mau istirahat."

"Nggak boleh! Ranjang ini milikku seutuhnya!" Panik Xiao Tan sambil membentangkan tangannya biar Lian Cheng tidak berbaring di sana.


Tapi tentu saja Lian Cheng dengan santainya menyingkirkan tangan Xiao Tan dan berbaring di sisinya sambil menatapnya dengan intens sampai Xiao Tan malu dibuatnya. Xiao Tan berusaha berbalik, tapi usahanya itu malah membuatnya mengernyit kesakitan.

Lian Cheng langsung membantunya bangkit dengan cemas. Lukanya Xiao Tan memang sudah diperban, tapi ia tetap harus memulihkan diri. Dia harus diperiksa tabib istana. Lian Cheng pun segera menyuruh Yu Hao untuk menyiapkan kuda.


Begitu tiba di rumah, Lian Cheng bergegas membpong Xiao Tan ke kamarnya. Tapi kedua selir malah menghalangi jalannya sambil ribut mencemaskan kejadian percobaan pembunuhan itu. Lian Cheng sontak kesal dan membentak mereka untuk minggir.

Tapi bentakannya itu membuat Xiao Tan terbangun dan protes, "Teriakanmu sangat keras, siapa yang bisa tidur kalau begitu? Turunkan aku."

Lian Cheng menolak, "Aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi. Jangan pernah kau berpikir untuk pergi dari sisiku."


Lian Cheng bergegas membawa Xiao Tan masuk dan membaringkannya di tempat tidur. Dia lalu memberikan jubahnya untuk menyelimuti Xiao Tan dan menyuruh Jing Xin membantu Xiao Tan mandi.

Dia sendiri ada urusan dan akan kembali lagi nanti. Lian Cheng pun keluar dan Xiao Tan menatap kepergiannya dengan tersipu malu.


Jing Xin memperhatikan, sepertinya ada yang berubah dalam hubungan Xiao Tan dan Lian Cheng. Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka berdua semalam?

"Tidak ada yang berubah," sangkal Xiao Tan.

Dia memberitahu kalau Yi Huai mengirim pembunuh, makanya dia tidak bisa tidur dengan nyenyak kemarin. Dan si bodoh Mo Lian Cheng itu malah menipunya hanya untuk membawanya ke sumber air panas. Lian Cheng itu jelas-jelas sudah merencanakannya dan sengaja menakutinya.


"Apa? Rumah sumber air panas? Jadi kalian berdua... Xiao Tan... kau...! Kau dan Pangeran tidak... tidak melakukan itu, kan?"

"Aiya! Apa sih yang dipikirkan otakmu itu? Aku ketakutan sepanjang hari, aku mana punya waktu untuk memikirkan hal semacam itu?"

Jing Xin lega mendengarnya. Baguslah, kalau begitu. Xiao Tan bertanya-tanya, jika Tan Er tahu kalau Yi Huai mengirim pembunuh, dia pasti akan sangat sedih, kan?


"Dia itu sudah sangat menyedihkan. Ini salahku. Lain kali saat kau bertemu nonamu lagi, kau harus mewakiliku meminta maaf padanya. Bilang padanya bahwa mulai sekarang kita harus berhenti bertengkar."

"Xiao Tan, apa kau sungguh-sungguh?"

Xiao Tan mengangguk sungguh-sungguh. Syukurlah, Jing Xin sungguh senang mendengarnya. Belakangan ini saat mereka berdua bertengkar, dia benar-benar sangat lelah karena mereka berdua.

"Baiklah, baiklah! Lain kali aku akan memberimu semua makanan enak. Anggap saja itu sebagai kompensasi untukmu." Janji Xiao Tan. Senang, Jing Xin pun pergi menyiapkan bak mandi untuk Xiao Tan.


Di luar, Lian Cheng memerintahkan Yu Hao untuk pergi ke balai pengobatan kerajaan dan bilang ke tabib kalau Tan Er terluka parah dan nyawanya dalam bahaya. Dia menginstruksikan Yu Hao untuk membuat keributan besar.


Xiao Tan hendak melepas lapis terakhir bajunya saat tiba-tiba saja Lian Cheng masuk lagi. Xiao Tan langsung protes, kenapa dia balik lagi? Jing Xin ke mana?

"Apa kau malu?"

"Semua wanita pasti akan malu."

"Aku sudah familier dengan setiap jengkal kulitmu."

"Kau...!"


Lian Cheng tiba-tiba mendekat lalu tanya apakah dia bisa berakting pura-pura sakit? Tentu saja. Biarpun Xiao Tan tidak pintar dalam hal lain, tapi berakting sakit dan cuti adalah keahliannya.

"Baguslah. Bagaimana kalau kau membuat pertunjukan yang bagus bersamaku?"


Tak lama kemudian, Tabib Gao datang memeriksa Xiao Tan. Dia yakin kalau Tan Er tidak sakit, hanya luka ringan saja.

Lian Cheng ngotot kalau istrinya sakit dan terluka parah, bagaimana bisa dia bilang kalau Xiao Tan tidak sakit?

Masa sebagai tabib yang sudah berpengalaman, dia tidak bisa mengetahui kalau nyawa istrinya sedang dalam bahaya? Apa dia juga perlu terluka parah seperti istrinya biar Tabib Gao bisa mengetahuinya? Tabib Gao sontak ketakutan, dia tidak berani.

"Karena kau tidak bisa mendiagnosisnya, berarti luka istriku sangat amat parah. Dia terluka separah itu hingga kau bahkan tidak bisa mengobatinya. Jika sekali lagi aku mendengar istriku tidak terluka parah, aku akan membuat perhitungan denganmu!"


Ketakutan, Tabib Gao pun berniat memeriksa Xiao Tan lagi. Tapi tiba-tiba saja Xiao Tan berakting kejang-kejang.

Tabib Gao shock, sepertinya nyawa Xiao Tan benar-benar dalam bahaya. Kalau begitu dia akan kembali lagi nanti untuk menemukan cara mengobati Xiao Tan.

Dia akan melaporkan masalah ini pada Kaisar dan Ibu Suri juga. Lian Cheng dan Jing Xin benar-benar harus berusaha menahan tawa melihat itu.


Begitu Tabib Gao pergi, Xiao Tan pun mengakhiri akting alay-nya. Bagaimana aktingnya? Bagus, kan? Dia bisa seperti ini karena sering latihan pura-pura sakit dan malas-malasan.

"Kau itu terlalu nkal. Aku hampir ketawa tadi. Kelak, kau harus menguranginya sedikit."

Yu Hao datang untuk melaporkan kedatangan Jing Xuan yang mau menjenguk Xiao Tan. Xiao Tan langsung antusias mau ketemu Jing Xuan.


Tapi Lian Cheng langsung menghentikannya sebelum dia sempat bangkit dan memerintahkan Yu Hao untuk menyuruh Jing Xuan menunggu di perpustakaan. Jing Xun bahkan tidak boleh masuk kemari tanpa seizinnya. Xiao Tan cemberut kesal mendengarnya.

"Kelak, kau tidak boleh tertarik pada pria lain selain aku." Tegas Lian Cheng. Xiao Tan pun tersipu malu dibuatnya.


Lian Cheng lalu pergi menemui Jing Xuan yang langsung merengut protes. Lian Cheng kejam sekali sampai tidak mengizinkannya bertemu kakak iparnya. Lian Cheng balas mengatai adiknya yang semakin tidak sopan itu. Bukannya melakukan sesuatu yang serius, dia malah terus mengunjungi kakak iparnya.

Tapi Jing Xuan sudah melakukan apa yang Lian Cheng perintahkan. Dia menunggu di bawah gunung sesuai perintah Lian Cheng. Dan sesuai perkiraan Lian Cheng, dia melihat sekelompok pembunuh memegangi sebuah kotak perak.

"Aku mengawasi mereka dengan seksama. Coba tebak, kotak perak itu berakhir di mana?"

"Kediaman Pangeran Pertama."


Tepat sekali! Bagaimana bisa Lian Cheng menebak sampai sejitu itu.

Lian Cheng sudah memperkirakannya sejak dia mendengar Yi Huai menyebut Mutiara Penekan Jiwa. Dia yakin kalau Yi Huai akan bergerak.

"Kali ini, akhirnya aku punya keuntungan. Sepertinya Ayahanda akan menghukumnya."

"Kakak ke-8 sungguh pandai melihat ke depan."

Lian Cheng punya ide lain lalu memerintahkan Jing Xuan untuk menyebarkan berita tentangnya dan Tan Er yang diserang dan sekarang nyawa Tan Er dalam bahaya. Semakin heboh beritanya, semakin bagus.

"Dan kau juga harus membuat seakan para pembunuhnya adalah orang suruhan Yi Huai."

"Jangan khawatir, Kakak ke-8."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments