Sinopsis The Eternal Love Episode 4 - 2

Sinopsis The Eternal Love Episode 4 - 2


Tak mau pergi tanpa hasil, Tan Er menyajikan teh yang sudah disiapkannya. Tapi saat dia hendak menaruhnya di meja, dia langsung tertarik melihat laporan kerajaan yang sedang ditulis Lian Cheng.

Melihat apa yang Tan Er perhatikan, Lian Cheng langsung saja menyindirnya. Sepertinya Tan Er tertarik dengan laporan kerajaannya.

Tan Er menyangkal, dia hanyalah seorang wanita yang tidak mengerti masalah negara.

Dia menyodorkan tehnya, tapi Lian Cheng menolaknya. Tan Er bertanya dengan wajah sedih, apakah Lian Cheng begitu tidak menyukainya. Lian Cheng sinis, orang bisa lelah jika bersandiwara sepanjang hari.


Saat Tan Er mengklaim kalau dia tak mengerti apa maksud Lian Cheng, Lian Cheng langsung menanyakan pendapat Jing Xin. Jing Xin dengan takut-takut berkata kalau dia juga tak tahu apa maksud Lian Cheng.

"Begitukah? Baiklah, bagaimana jika aku mengusirmu dari istanaku atas tuduhan kejahatan menyimpan rahasia?"

Jing Xin sontak berlutut ketakutan, dia tidak berani berbohong. Tan Er tak mengerti apa kesalahan Jing Xin. Lian Cheng mendekati Jing Xin dan memperhatikan wajahnya, cantik juga. "Istriku, bagaimana kalau kau memberikan dia padaku?"


Shock, Jing Xin langsung pingsan seketika. Lian Cheng menyuruh Yu Hao untuk membawa Jing Xin kembali ke kamarnya dan terus menekan Tan Er untuk memberikan Jing Xin kepadanya. Tan Er gugup tak tahu harus menjawab apa.

"Istriku, apa kau tak rela memberikannya kepadaku?"

"Iya. Jing Xin dan aku tumbuh bersama. Dia seperti adikku sendiri."

"Itu tergantung dari apakah kau bisa melindunginya atau tidak."

 

Buru-buru mengalihkan topik, Tan Er menyodorkan tehnya lagi. Entah sengaja atau tidak, teh itu mengenai bajunya Lian Cheng saat dia hendak berbalik.

Tan Er langsung menawarkan bantuannya untuk membantu Lian Cheng ganti baju di kamarnya.

Lian Cheng menolak, tapi Tan Er tetap mengikutinya sampai ke depan kamarnya. Tentu saja Lian Cheng semakin curiga padanya, apa niatan Tan Er sebenarnya sampai mengikutinya kemari.


Tan Er mengklaim kalau dia tak punya maksud apapun, dia hanya takut Lian Cheng masuk angin. Lian Cheng sinis, Tan Er peduli sungguhan atau cuma bersandiwara, dia berterima kasih.

Tapi Lian Cheng tak pernah membiarkan siapapun masuk ke dalam kamar pribadinya. Jika ada sesuatu yang tercuri, maka Tan Er takkan sanggup menanggung konsekuensinya. Tan Er pun undur diri. Hmm... sepertinya Lian Cheng tidak sadar kalau ucapannya ini secara tak langsung memberi petunjuk bahwa di kamarnya ada benda berharga.


Malam harinya, seseorang bertudung (sepertinya Tan Er) diam-diam pergi ke bagian belakang bangunan lalu menarik sebuah batu bata di dinding dan menyelipkan pesan yang berbunyi: Segel Kerajaan ada di kamar Mo Lian Cheng.


Kaisar ngomel-ngomel pada ketiga pangeran tentang masalah seorang jenderal bernama Guo Yu yang walaupun berbakat dalam militer tapi temperamennya buruk. Dia bahkan membunuh seseorang hanya karena bertengkar.

Sekarang para prajurit meminta agar dia dihukum. Kaisar meminta pendapat mereka bertiga, apa yang baiknya dia lakukan pada Guo Yu?

Jing Xuan berpendapat kalau saat ini mereka sangat membutuhkan seorang jenderal yang berbakat, apalagi musuh mereka sedang menunggu kesempatan sekarang ini. Karena itulah, dia tidak setuju jika Guo Yu dibunuh sekarang. Itu hanya akan melemahkan kekuatan mereka.

Yi Huai juga tidak setuju jika Guo Yu dihukum berat. Bagaimanapun, dia seorang jenderal yang punya banyak pengalaman perang. Buat saja dia membayar kesalahannya dengan menyuruhnya melakukan pelayanan negara yang baik. Itu bisa menenangkan para prajurit dan mereka tidak akan menyia-nyiakan seorang jenderal yang hebat.


Tapi menurut pendapat Lian Cheng, Guo Yu sudah berulang kali menentang aturan militer dan tidak menghormati orang lain. Semua ini terjadi karena terlalu banyak kekuatan terpusat pada satu orang.

Jika mereka membunuh Guo Yu, maka akan muncul orang lain yang sama sepertinya. Jadi yang harus mereka lakukan adalah memeriksa dan menyeimbangkan segalanya. Dia menyarankan agar Kaisar mengirim seorang menteri untuk mengawasi prajurit dan tingkatkan kekuatan tiap-tiap prajurit demi menjaga keseimbangan kekuatan.

Kaisar memuji pendapat Lian Cheng. Dia bisa menjelaskan masalahnya dengan tepat. Jing Xuan dan Yi Huai, terutama Yi Huai, harus belajar lebih banyak lagi.


Xiao Tan melakukan yoga sambil menggerutui kehidupan jaman dulu yang menyebalkan ini. tak ada listrik, wifi apalagi smartphone. Dia bahkan tidak bisa mengecek medsos-nya. Membosankan!

Perutnya sudah lapar, tapi Jing Xin belum datang juga. Yah sudahlah, dia ganti gerakan dengan menekuk kak inya. Tepat saat itu juga, Jing Xin kembali dan langsung panik melihat tbuh nonanya ditekuk-tekuk dalam posisi yang kelihatannya menyakitkan.


Mengira Xiao Tan sedang menyiksa dirinya sendiri, Jing Xin pun berusaha menarik kaki Xiao Tan. Dan jelas saja saat dia berhasil menariknya, kaki Xiao Tan jadi tak sengaja mengenainya.

"Aku tidak menyiksa diriku sendiri. Aku sedang latihan, ini namanya yoga. Ini bisa membantuku membentuk badn."

Jing Xin langsung tertunduk sedih dan merasa bersalah. Xiao Tan tak enak hati melihatnya, tidak apa-apa kok, dia akan mengajari Jing Xin lain kali. Latihan ini bisa memperbesar ukuran p***dara dan b***ng. Jing Xin langsung menggerutu malu mendengarnya.


Melihat makanan di hadapannya, Xiao Tan langsung saja memakannya dengan sangat lahap. Jing Xin memberitahu bahwa tadi saat dia ke dapur, dia mendengar pelayan berkata bahwa Lian Cheng tidak makan malam hari ini karena dia harus pergi ke Israna Kekaisaran.

Wah! Kesempatan bagus! Jing Xin jadi cemas mendengarnya, Xiao Tan mau melakukan apa? Jangan-jangan dia mau menyelinap masuk ke kamarnya Pangeran? Mereka kan sudah ke sana hari ini, jangan ambil resiko lagi.

Kalau Pangeran sampai mengetahuinya, entah apa yang akan terjadi. Kalau dia benar-benar diusir dari disini, dia harus bagaimana. Xiao Tan jelas tak ingat kalau hari ini dia pernah pergi ke kamarnya Lian Cheng dan tidak ingat kalau Lian Cheng mengancam mau mengusir Jing Xin.


"Xiao Tan, kalau Pangeran ke-8 benar-benar mengusirku, maka aku akan jadi gelandangan!" Jing Xin mewek.

Merasa bersalah, Xiao Tan berjanji akan bicara dengan si pria licik itu tentang masalah Jing Xin. Tapi untuk masalahnya sendiri, dia harus pergi ke sana malam ini. Dia harus menemukan tempat tidur itu secepatnya.

"Jika aku terperangkap di sini lebih lama lagi, aku bisa jadi gila! Kau makanlah, aku pergi dulu."


Yi Huai baru saja keluar dari gerbang istana saat si pria bertudung tiba-tiba menyerangnya. Gagal mendapatkan Lian Cheng, kedua orang misterius itu sekarang ganti sasaran ke Yi Huai dan menawarkan kesepakatan kerja sama dengannya.

Mereka mengaku sebagai penyihir, tapi menolak memberitahu mereka dari sekte apa. Yang perlu Yi Huai ketahui hanyalah mereka bisa membantunya mendapatkan tahta. Sebagai gantinya, Yi Huai hanya perlu membantu mereka untuk mencarikan Mutiara Penekan Jiwa milik Tuan mereka yang hilang di Dong Yue ini.

"Mutiara Penekan Jiwa? Aku tak pernah mendengar benda semacam itu sebelumnya."

"Pangeran tak perlu tahu apa itu. Kami mendapat petunjuk bahwa Mutiara Penekan Jiwa ada di Perpustakaan Kerajaan. Pangeran hanya perlu mendapatkannya untuk kami."

"Perpustakaan Kerajaan bukanlah tempat yang bisa didatangi sesuka hati."

Tapi mereka yakin kalau Yi Huai memiliki kepintaran dan keberanian untuk melakukannya. Selain itu, mereka akan membantunya untuk membuat Perpustakaan Kerajaan menjadi miliknya. Yi Huai setuju, dia dengan senang hati bekerja sama dengan orang yang bisa diandalkan.


Xiao Tan menyelinap masuk ke ruang belajarnya Lian Cheng dan langsung kagum dengan design interior-nya, benar-benar megah, sungguh ketrampilan yang sangat bagus.

Novel-novel biasanya suka menceritakan tentang menculik pangeran ke dunia modern. Tapi menurut Xiao Tan, mending menculik tukang kayu, tukang kayu yang tampan.

"Di kehidupan berikutnya, aku akan memilih untuk terlahir di keluarga kaya, biar aku bisa main sepanjang hari, berpesta pora dan dikelilingi para pria tampan."

Dia lalu membuka kamar tidurnya Lian Cheng dan langsung jelalatan melihat deretan guci antik yang berjejer di atas rak. Wah! Semua ini pasti mahal. Kalau dia membawa dua saja (ke dunia modern) untuk dilelang, dia bisa mendapatkan ratusan juta. Lalu dia bisa membeli beberapa rumah dan menjadi tuan tanah.


Dia sudah mau memilih. Tapi tunggu dulu, mending cari tempat tidurnya dulu. Itu yang lebih penting. Bisnis dulu baru bersenang-senang.

Dia menoleh dan langsung menemukan tempat tidur yang selama ini dicari-carinya itu. Tempat tidur yang entah bagaimana, membawanya ke dunia masa lalu ini.

Dia langsung lebay memblai tempat tidur itu. "Papa, mama! Akhirnya aku bisa pulang! Aku sangat merindukan kalian!"

 

Teringat guci antiknya, Xiao Tan langsung saja memilih dua buah guci yang paling bagus lalu mendekapnya di kedua sisi tbuhnya dengan senyum licik. "Pria licik! Kau menyiksaku sekian lama, anggap saja ini kompensasi! Sekarang kita berdua impas!"

Mendadak dia baru sadar, bagaimana caranya dia melakukan perjalanan waktu ini? Perasaan dia tidak punya sesuatu yang istimewa. Ataukah semua ini cuma mimpi dan semua ini akan hilang saat dia bangun nanti?

"Sebenarnya, aku ini cuma seorang cewek matre. Aku cinta uang dan pria. Aku tidak berbeda dari kebanyakan orang. Ah, sudahlah. Ayo coba saja."


Xiao Tan pun berbaring, memejamkan mata dan menghitung 1-2-3... dia membuka mata, tapi dia tetap di sana. Dia jadi bingung, kenapa tidak berhasil? Mungkin dia harus berbaring lebih lama.


Dia berbaring kembali dan kali ini menghitung sampai lima. Tapi saat dia membuka mata,  dia malah melihat Lian Cheng sudah ada di depan hidungnya. Xiao Tan sontak menjerit panik sambil mendorong Lian Cheng darinya.

"Bagaimana? Apa tempat tidurku nyaman?"

"Yang Mulia, apa yang kau lakukan di sini?"

"Ini kan kamarku, apa aku tidak boleh kembali ke kamarku sendiri?"


Xiao Tan berkata kalau dia lupa untuk mengatakan sesuatu hal yang penting pada Lian Cheng. "Sejak kecil, aku sering berjalan dalam tidur." (Pfft!)

Dia mengklaim kalau dia sering berjalan ke ruangan yang salah. Lian Cheng jelas tak percaya, kamarnya Xiao Tan dan kamarnya ini kan sangat jauh. Masa dia kebetulan berjalan sampai ke kamar ini?

Berpikir cepat, Xiao Tan mengklaim kalau kamarnya Lian Cheng ini punya aroma khusus. Dia cuma mengikuti bau itu dan berakhir di sini.

"Aku sudah bilang padamu, jangan pergi ke tempat yang tidak seharusnya kau datangi."

"Iya, sih. Kalau begitu, apa Pangeran akan menceraikanku?" Tanyanya antusias.

"Tidak akan."


Kecewa, Xiao Tan setengah hati mengucap terima kasih atas kebaikan hati Lian Cheng yang mau memaafkannya. Tapi kemudian Lian Cheng meneruskan ucapannya.

Dia memang tidak akan menceraikan Xiao Tan, tapi jika Xiao Tan mau mengakhiri hidupnya sendiri, dia akan membiarkan mayat Xiao Tan tanpa cedera. Xiao Tan jelas panik, kalau dia mati di kamar ini, dia bisa mengotori tempat ini.

"Kalau begitu, bunuh dirilah dengan menggorok lehermu."

"Itu butuh pisau. Di sini tidak ada pisau."

Benar. Tapi ada pedang tuh di belakangnya. Xiao Tan bisa gunakan itu. Xiao Tan sontak galau.

Kenapa? Butuh bantuan? Tidak, tidak. Hanya saja, Xiao Tan bisa pingsan kalau lihat darah. Dia sangat lemah.


"Kalau begitu minum racun saja. Di laci itu ada botol merah berisi bubuk beracun. Kau tidak akan merasakan rasa sakit. Kau akan mati dengan cepat. Dari 3 pilihan, mana yang akan kau pilih?"

"Apa tidak ada pilihan lain?"

"Menurutmu?"

"Kau sudah gila apa?! Aku tidak mengerti, kenapa aku harus mati?!"

"Karena kau menikah dengan orang yang salah dan masuk ke ruangan yang salah."

Xiao Tan mengingatkan kalau dia adalah putri Menteri Qu. Kalau dia mati, maka Lian Cheng harus memberi penjelasan pada ayahnya.

Gampang, Lian Cheng cuma perlu bilang kalau ada pembunuh masuk ke kamarnya dan Tan Er mati demi melindunginya.


Panik, Xiao Tan mengakui kalau dia memang salah karena menyelinap masuk ke kamar ini saat Lian Cheng sedang tak ada.

Tapi dia bersumpah kalau dia sungguh tidak bermaksud datang kemari. Dia janji kalau dia takkan masuk kemari lagi.

"Maafkanlah aku sekali ini, yah?"

"Kau tidak seharusnya menyentuh barang-barangku."

Oh, maksudnya kedua ini. Maaf, maaf, dia hanya dibutakan oleh nafsu sesaat. Xiao Tan pun buru-buru mengembalikan kedua guci ke tempat semula. Sekarang dia bisa pergi, kan? Tapi Lian Cheng cepat menghentikannya. Xiao Tan tahu betul bukan masalah itu yang dia bicarakan, berhentilah berpura-pura.


"Dasar kau baj*gan m***m! Aku kan cuma berbaring sebentar di rnjangmu, masa aku harus membayarnya dengan nyawaku?! Kalau kau tidak suka, aku akan mencuci semua selimutmu dan memberi wewangian. Apa kau pikir ranjngmu lebih berharga daripada nyawaku?"

Lian Cheng tak percaya kalau Xiao Tan cuma berbaring sebentar, Xiao Tan juga pasti menyentuh barang-barang lainnya. Kompartemen rahasia dibalik laci itu telah disentuh seseorang.

Xiao Tan tak mengerti apa maksudnya dan langsung saja mendekati laci yang dimaksud Lian Cheng dengan kesal. Kompartemen rahasia apa yang Lian Cheng maksud?! Tepat saat itu juga, Lian Cheng tiba-tiba mendelik kaget karena menyadari kehadiran penyusup.


Seorang ninja tiba-tiba muncul entah dari mana dan langsung menempelkan pedang ke leher Xiao Tan dan mengancam Lian Cheng untuk menyerahkan Segel Kerajaannya atau dia akan membunuh Xiao Tan.

Lian Cheng santai, silahkan saja bunuh dia, Xiao Tan tidak berarti baginya. Tapi saat perhatian si ninja teralih ke Yu Hao, Lian Cheng secepat kilat melempar senjata tajam padanya.


Dia lalu memerintahkan pengawal untuk mengantar Xiao Tan kembali ke kamarnya. Yu Hao menemukan secarik surat di dalam baju si ninja, surat yang mengatakan bahwa Segel Kerajaan ada di kamarnya Lian Cheng, dan tulisan surat itu jelas tulisan tangan wanita.

Yu Hao bertanya-tanya, apa mungkin itu tulisan Istri Pangeran. Lian Cheng tak yakin, ini bisa saja tulisan wanita lain yang tinggal di kediaman ini.

Bersambung ke episode 5

Post a Comment

0 Comments