Sinopsis The Eternal Love Episode 3 - 1

Sinopsis  The Eternal Love Episode 3 - 1


Pangeran ke-8 Kerajaan Dong Yue yang berwibawa yakin bahwa istrinya, wanita yang pernah mencoba bunuh diri demi Pangeran Pertama, adalah mata-mata yang dikirim oleh keluarga Qu.

Tapi dia heran, kenapa sikap istrinya agak aneh? Lian Cheng jadi penasaran dengan mangsanya yang satu ini.

Yu Hao datang melaporkan perbuatan Lian Cheng yang menghajar kedua selir dengan tangannya sendiri. Lian Cheng tentu heran mendengarnya, sepertinya istrinya ini bukan wanita biasa karena dia bahkan tidak mengikuti pola normal. Karena itulah dia memerintahkan Yu Hao untuk terus mengawasi istrinya itu.


Tiba-tiba Lian Cheng pusing. Yu Hao sontak cemas. Tapi Lian Cheng bersikeras kalau dia baik-baik saja. Dia mengaku kalau terkadang, dia bisa mendengar suara mendiang Kaisar (Kakeknya).

Yu Hao menduga kalau Lian Cheng pasti sangat merindukannya karena dulu Lian Cheng tumbuh di sisi Kakeknya. Mungkin saja. Setelah mendiang Kaisar menyerahkan Segel Kerajaan kepadanya, beliau pergi selama-lamanya.

"Seandainya ia bisa kembali, aku sungguh ingin bertanya padanya. Kenapa ia memberikan Segel Kerajaan padaku alih-alih menjadikanku Putera Mahkota?"


Jing Xin memijat kaki Xiao Tan yang sakit gara-gara jatuh tadi. Xiao Tan menggerutu kesal, dia sudah tahu tidak akan ada hal baik yang akan terjadi dengan menikahi Lian Cheng itu.

"Sepertinya aku harus menjadi seperti Zhen Huan dan Mi Yue. Siapapun yang berani mengangguku, akan kuhancurkan mereka." Geram Xiao Tan.

Jing Xin malah senyam-senyum menatap nonanya itu. Xiao Tan kesal, apa Jing Xin sedang menertawainya? Tidak, tidak. Jing Xin hanya merasa, saat Xiao Tan menghajar kedua wanita nyebelin tadi, Xiao Tan tampak sangat hebat. Sangat...

"Keren?"

"Iya. Sangat keren."

"Tentu saja. Jing Xin, kukasih tahu kau. Ini namanya 'Di mana ada penindasan, di situ ada perlawanan'."


Jing Xin semakin kagum mendengarnya. Xiao Tan sangat berbeda dari sebelumnya. Jika saja Xiao Tan sekeren ini sejak dulu, maka dia pasti tidak akan disiksa oleh Nyonya Qu dan Kakak Pertamanya.

"Benar. Mau menyiksaku? Jangan harap! Pepatah mengatakan bahwa jika putri seorang selir tidak mampu mengubah sesuatu, bukankah itu artinya jalan buntu?"

Biarpun pepatahnya begitu, tapi tetap saja Jing Xin merasa kalau Xiao Tan harus mencari seseorang yang bisa mendukungnya.

Bagaimana kalau dia memberi salam pada Pangeran ke-8. Xiao Tan harus memberi kesan yang baik agar kelak Pangeran ke-8 memperlakukan Xiao Tan dengan baik. Apalagi Xiao Tan belum mengunjungi Pangeran ke-8 sejak malam pengantinnya.


Xiao Tan jelas menolak. Lebih baik Lian Cheng mengabaikannya saja. Lagipula dia akan pergi dari sini cepat atau lambat. Jadi kenapa juga dia harus menjilat Lian Cheng hanya untuk mendapatkan dukungannya.

"Si Mo Lian Cheng itu memang tampan. Tapi dia juga hidung belang yang punya banyak selir."

"Dia kan seorang pangeran, wajar kalau dia punya satu atau dua selir. Pangeran yang lain malah punya lebih banyak."


Mengalihkan topik, Xiao Tan mengingatkan Jing Xin untuk terus mencari tempat tidur itu. Jing Xin langsung mengeluh. Dia masih harus mencari tempat tidur itu?

Ini kan kediaman Pangeran ke-8. Jing Xin tidak familier dengan tempat ini dan mengenal siapapun. Bagaimana caranya menemukan tempat tidur itu?

"Jing Xin, sejak awal aku bisa tahu kalau kau itu Ratu Gosip. Tidak ada apapun yang bisa luput dari matamu. Kau harus mengerahkan seluruh usaha terbaikmu. Semangat! Kau pasti bisa!"

"Ratu Gosip yang nona sebut itu, apa itu pujian?"

Xiao Tan mengiyakannya dan Jing Xin dengan polosnya mempercayainya. Senang, Jing Xin pun berjanji akan mencarikan tempat tidur itu.

 

Dua orang bertudung misterius melayang memasuki istana. Tapi saat ada beberapa pengawal lewat, si wanita menyeret si pria untuk bersembunyi.

Si pria tidak mengerti kenapa si wanita menghentikannya, dia bisa membunuh para pengawal itu dengan mudah.

"Jangan. Itu mungkin akan membuat musuh waspada dan mengacaukan rencana pemimpin kita."

"Lalu harus bagaimana?"

"Kita tanya pada pemimpin dulu."


Mereka pun pergi ke suatu tempat dan menggunakan kekuatan sihir mereka untuk membuka portal komunikasi dengan Tuan mereka dan melapor kalau mereka menyelinap masuk ke Istana Dong Yue. Mereka tidak berani bertindak gegabah, jadi apakah mereka boleh membunuhy?

"Jangan terburu-buru. Bola Penekan Jiwa ada hubungannya dengan bangsawan Dong Yue. Jadi benda itu pasti ada di suatu tempat di istana. Carilah orang yang berkuasa dan ambisius. manfaatkan dia untuk membantu kalian mencari Bola Penekan Jiwa itu." Perintah Tuan Mereka.


Xiao Tan lagi-lagi berniat kabur. Jing Xin panik berusaha menghentikannya. Xiao Tan tidak peduli, Jing Xin sudah berusaha mencari tempat tidur itu tapi belum ketemu juga. Itu artinya, tempat tidur itu tidak ada di sini. Jadi untuk apa dia tinggal di sini.

Jing Xin terus memohon agar Xiao Tan tidak melarikan diri. Kalau Lian Cheng sampai tahu maka hukumannya bukan hanya hukuman rumah, melainkan dipenggal seluruh keluarga.

"Makanya aku harus kabur sekarang. Selama aku kabur, dia bisa mengeksekusi siapapun yang dia mau."


Di tembok halaman belakang, Xiao Tan melihat ada tangga. Dia langsung saja menggunakannya untuk memanjat tembok pagar itu.

Sampai di puncak tembok, Xiao Tan pun pamit pada Jing Xin... tapi malah melihat Lian Cheng ada di sana.


"Kau mau kemana, Istriku? Kau naik ke sana untuk melihat pemandangan atau kau takut akan menjualmu ke rumah bordl?"

Xiao Tan cuma bisa diam sambil menahan kesal. Karena tak mendapat jawaban, Lian Cheng menduga kalau Xiao Tan berniat kabur pasti karena dia mau menemui seseorang. Dia mau menemui Menteri Qu (Ayahnya Tan Er) atau Pangeran Pertama?

"Aku rindu rumah. Jadi aku naik ke sini untuk melihat-lihat. Apa tidak boleh?"

"Kuharap kau bisa menghentikan kebiasaan burukmu memanjat dinding, bahkan sekalipun kau merindukan keluargamu. Lagipula aku akan mengirimmu pulang besok. Apapun yang mau kau katakan pada Menteri Qu, bisa kau katakan saat itu."


Xiao Tan kaget mendengarnya, jelas tak senang harus pulang ke rumah itu lagi. Lian Cheng malas meladeninya lagi dan langsung pergi. Xiao Tan bingung, dia harus mencari cara untuk kabur sebelum dia pulang ke rumah.

Jing Xin berusaha membujuknya untuk tidak pergi. Xiao Tan mencari tempat tidur antik itu, kan? Kediaman ini sangat luas dan ada banyak kamar yang belum mereka jelajahi. Jika tempat tidur itu ada di kediaman ini dan Xiao Tan pergi, maka dia akan melewatkan tempat tidur itu.

Benar juga, sih. Tapi memikirkan pulang dan melihat kembali keluarga Qu, membuatnya merasa muak. Apa tidak ada cara biar dia tidak pulang?

Tidak bisa, karena mengunjungi orang tua setelah menikah itu tradisi. Jika dia tidak pulang maka kediaman Qu dan kediaman Pangeran ke-8 akan kehilangan martabat.

"Tapi jangan khawatir, Xiao Tan. selama kau berhati-hati dan patuh, kurasa Nyonya tidak akan melakukan apapun padamu. Lagipula, kau sekarang Istrinya Pangeran ke-8, iya kan?"


Bujukannya sukses. Xiao Tan pun akhirnya mau turun. Dia memutuskan lebih baik jadi pengecut dan menghindari masalah daripada dipukuli hanya demi menjaga martabat.

Senang, Jing Xin membantu memegangi tangganya. Tapi Xiao Tan salah berpijak dan akhirnya jatuh menimpa Jing Xing.


Keesokan harinya, Yu Hao melapor kalau dia sudah mengirim seseorang untuk memberitahu Ibu Suri.

Yu Hao yakin kalau Ibu Suri pasti akan sangat senang. Tapi, dia memperhatikan Lian Cheng yang tampaknya tidak senang.

Sebagai cucu yang besarkan oleh Kakeknya, Lian Cheng menyadari kalau Kakeknya sepertinya kurang menyukai Ibu Suri. Lian Cheng sendiri pun kurang menyukai kepribadian Ibu Suri.

Tapi Ibu Suri selalu menyayanginya. Jadi dia tidak boleh mengecewakannya. Dan saat ini, satu-satunya orang yang bisa melawan Ayahanda Kaisar untuknya hanyalah Ibu Suri.


Tan Er datang tak lama kemudian dengan terus menundukkan kepalanya. Saat Lian Cheng tanya apakah dia tidak mau memandangnya, Tan Er beralasan kalau dia takut bersikap tidak sopan.

"Kau sering berubah-ubah, Puteri. Pada malam pengantin kita, kau memintaku untuk buru-buru dan membuat banyak permainan untuk menghiburku. Tapi ada apa denganmu hari ini?"

Tan Er mengernyit gelisah menyadari bukan dirinya yang melakukan semua itu. Tidak bisa menjelaskan yang sebenarnya, Tan Er hanya meminta Lian Cheng untuk memaafkan semua tingkahnya yang memalukan itu.

"Baiklah. Istriku akan berakting lembut hari ini. Aku menyukainya."

"Yang Mulia, tolong berhenti menggoda saya. Saya kemari karena..."


"Pada malam pengantin kita, aku memberitahu Kakak Tertua bahwa segala hal harus menjadi pemilik yang sah. Dan suatu hari, segalanya akan kembali pada pemilik yang semestinya. Hanya saja, apa itu? Dan siapa pemiliknya?"

"Jika Yang Mulia tidak mengerti, begitu pula saya. Walaupun saya tak tahu kenapa Yang Mulia mengatakan itu, tapi hari ini saya harus pulang ke rumah. Kereta dan kudanya sudah siap..."

Tapi Lian Cheng dengan sengaja pura-pura lelah sebagai alasan untuk tidak  mengantarkannya. Tak berani melawan, Tan Er menerimanya saja dan meminta Lian Cheng untuk istirahat.


Begitu Tan Er keluar, Lian Cheng langsung memerintahkan Yu Hao untuk menjalankan tugas yang dia perintahkan tadi. Yu Hao pun langsung pergi.


Jing Xin cemas jika mereka harus pulang tanpa Pangeran ke-8. Bisa-bisa Nyonya Qu bakalan menghina Tan Er lagi. Kenapa Tan Er tidak menjelaskan situasinya saja pada Lian Cheng tadi.

Tan Er merasa itu akan percuma saja, Lian Cheng jelas-jelas tidak mau ikut pulang bersamanya.

Walau situasinya dijelaskan pun, dia hanya akan menerima hinaan. Jing Xin heran, kenapa Lian Cheng bersikap seperti itu pada Tan Er.

"Wajar kalau dia waspada terhadapku karena Pangeran Pertama."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments