Sinopsis The Eternal Love Episode 19 - 2

Sinopsis The Eternal Love Episode 19 - 20



Yi Huai mendatangi Xiao Tan tak lama kemudian dan menuntut di mana Mutiara Penakan Jiwa itu berada. Xiao Tan berbohong tak tahu, dia tidak memilikinya kok.

Yi Huai jelas tak percaya, Tuan Qu jelas-jelas memberikan mutiara itu pada Xiao Tan, jadi mana mungkin dia tidak tahu.

"Lihat saja sendiri! Lihat! Apa aku memilikinya?! Bagimu itu benda berharga, tapi aku tidak peduli."


Kesal, Yi Huai sontak mencekik leher Xiao Tan kuat dan mengancam akan membunuhnya jika Xiao Tan tidak memberikan mutiara itu padanya. Xiao Tan kesakitan dan panik harus bagaimana.

Ah, tiba-tiba dia punya ide untuk membuat Tan Er keluar saja. Mereka kan sudah lama saling mencintai. Dia yakin Yi Huai tidak akan mengabaikan cinta lamanya.

Maka Xiao Tan pun berbohong kalau mutiara itu dicuri maling kemarin sambil diam-diam memohon agar Tan Er cepat muncul. "Mantan pacarmu yang kejam ini ingin membunuhku. Kau takkan tega melihat wanita muda cantik sepertiku mati di sini, kan? Cepatlah muncul."

Tapi tetap saja Tan Er belum muncul juga dan Yi Huai mulai kesal menghadapinya. Dia sontak mempererat cekikannya untuk memaksa Xiao Tan jujur padanya.

"Tenanglah dulu, aku ini wanita lemah. Aku tidak akan bisa melarikan diri. Lepaskan aku dulu."


Yi Huai akhirnya melepaskannya. Karena Tan Er tidak muncul, Xiao Tan memutuskan untuk mengulur waktu dengan pura-pura jadi Tan Er saja dan berusaha mengambil hati Yi Huai.

Yi Huai kan tidak tahu kalau dia dan Tan Er menggunakan satu tubuh yang sama. Untung saja dia sering tanya ini-itu pada Jing Xin.

Xiao Tan langsung sok manis merayu Yi Huai. "Kakak Yi Huai. Sebenarnya, aku tidak pernah melupakanmu. Kau selalu ada di hatiku. Kak Yi Huai, aku akan memiliki monyet-monyet kecil denganmu. Kita akan punya banyak sekali monyet-monyet kecil! Maksudku kita akan punya anak."

Yi Huai diam saja, tampak tidak terpengaruh sedikitpun. Tapi Xiao Tan terus saja nyerocos panjang lebar tentang rencana masa depan mereka berdua sebagai keluarga bahagia.


Apa Yi Huai ingat dengan ikrar cinta mereka berdua? Dia pernah membenturkan kepalanya ke tembok untuk membuktikan cintanya pada Yi Huai. Dia bahkan sampai pingsan 3 hari dan hampir tidak bangun lagi. Yi Huai masih ingat semua itu kan?

Yi Huai sontak menarik tangannya dengan kasar dan sinis menyindir rayuan Xiao Tan. Apa dia tidak takut Lian Cheng akan marah. Xiao Tan heran, apa yang sebenarnya terjadi? Dia sudah melakukan banyak hal tapi Yi Huai tidak terpengaruh sedikitpun.

"Baj*ngan ini benar-benar berhati baja. Apa mungkin aku belum cukup menunjukkan dalamnya perasaanku?"

Yi Huai mendadak mencekiknya lagi sambil meneriakinya untuk menyerahkan mutiara itu secepat mungkin lalu melemparnya sampai pingsan.


Lian Cheng menuntun Kakek Liu menelusuri lorong-lorong bawah tanah mencari Xiao Tan. Kakek Liu heran dengan tempat ini. Bagaimana Lian Cheng bisa tahu ada jalan rahasia di sini.

Lian Cheng memberitahu Kakek Liu bahwa lorong bawah tanah ini diciptakan semasa dinasti terbentuk untuk memerangi musuh dari luar. Waktu kecil, Lian Cheng sering bermain di lorong ini. Dia tidak menyangka kalau Yi Huai juga mengetahui tempat ini.

"Si Mo berwajah dingin itu, dia selalu menyembunyikan dirinya."

"Mo berwajah dingin?"

Canggung, Kakek Liu buru-buru mengalihkan topik memberitahu Lian Cheng tentang sebuah tempat yang dia lihat dijaga sangat ketat. Dia menduga kalau itu pasti tempat Kaisar ditahan.

Kakek Liu merasa kalau Lian Cheng tidak akan bisa menyelamatkan Kaisar seorang diri. Lian Cheng tahu itu, pasukan yang dimiliki terlalu sedikit, jadi dia tidak bisa menerobos masuk.


Di tengah jalan, mereka bertemu dengan dua jalan yang berbeda. Lian Cheng memberitahu kalau jalan sebelah kanan adalah arah ke ruang bagian dan jalan sebelah kiri menuju kebun. Dia menyarankan agar mereka berpencar saja.

Kalau begitu, Kakek Liu memutuskan pergi ke kanan. Jadi Lian Cheng yang menyelamatkan Xiao Tan sementara Kakek Liu akan mencari kedua penyihir itu.


Saat dia sadar, dia kembali menjadi Tan Er. Dia tidak menyangka kalau Yi Huai sudah jadi segila ini. Berniat mau menyadarkan Yi Huai, Tan Er mulai membahas pertemuan pertama mereka dulu.

Dia berusia 7 tahun saat mereka berdua pertama kali bertemu. Waktu itu Ibunya diam-diam memberinya kue chestnut kesukaannya.

Tapi kemudian, Pan Er mencurinya dan mendorongnya sampai dia tersungkur ke tanah. Dia menangis karenanya dan Yi Huai lah yang memluk dan menghiburnya.

Pernah dia tak sengaja menumpahkan teh panas ke tangan Yi Huai. Tuan dan Nyonya Qu langsung memarahinya habis-habisan, tapi Yi Huai mati-matian membelanya. Sejak saat itu, Tan Er mulai jatuh hati pada Yi Huai.


Saat dia berumur 15 tahun, Yi Huai pertama kalinya menc**mnya. Saat itulah, Tan Er memutuskan bahwa hanya Yi Huai seorang yang akan menjadi satu-satunya pria dalam hidupnya.

"Kupikir, nantinya kita bisa bersama selamanya dan menua bersama-sama. Aku tak pernah menyangka kalau Kaisar akan menolak pernikahan kita dan menikahkanmu dengan Kak Pan Er."

Yi Huai tampak mulai goyah mendengar semua itu, tangannya gemetar hebat saat dia teringat bagaimana dulu dia bersikeras mau menikahi Tan Er, tapi Kaisar malah mengancam akan mengeksekusi Tan Er jika Yi Huai menolak pernikahannya dengan Pan Er.

"Di hari pernikahanmu, hatiku mati seperti abu. Aku membenturkan kepalaku ke dinding. Kupikir karena aku takkan mungkin bersamamu selamanya, jadi aku tak punya alasan lagi untuk hidup."


Yi Huai sontak menjatuhkan pedangnya, kepalanya sakit hebat saat dia mulai mengingat kembali kenangan-kenangan indahnya bersama Tan Er dulu. Yi Huai akhirnya terlepas dari pengaruh sihirnya dan langsung berlutut untuk memluk Tan Er.

"Tan Er, apa hatimu pernah berubah?"

"Jika kau tidak melepaskanku, maka aku pun takkan pernah melepaskanmu."

"Ini salahku. Aku tidak menginginkan tahta bodoh itu lagi. Aku hanya ingin bersamamu selamanya."


Sayangnya, Raja Iblis tidak melepaskannya begitu saja dan semakin memperkuat pengaruh sihirnya pada Yi Huai. Seketika itu pula, Yi Huai berubah jadi jahat lagi dan langsung mencekik Tan Er kuat-kuat dan memaksa Tan Er untuk menyerahkan Mutiara Penekan Jiwa itu.

Dia menggoyang tbuh Tan Er dan tiba-tiba saja jiwa Xiao Tan benar-benar keluar dari tubuh Tan Er. 

Dengan lemah kedua wanita itu berusaha saling meraih satu sama lain. Tapi kemudian, Tan Er dan Xiao Tan melihat Yi Huai hendak melancarkan kekuatan hitamnya pada Xiao Tan.


Xiao Tan sontak panik, tapi tiba-tiba saja Tan Er melemparkan dirinya sendiri sebagai tameng untuk Xiao Tan.

"Xiao Tan, saat kita terpisah, jaraknya terasa lebih jauh daripada jarak ke Peng Lai. Sekarang akhirnya kita bertemu, tapi hatiku kacau. Air mata membasahi baju sutraku. Aku memikirkanmu ribuan kali. Aku hanya berharap kau akan menghargai cintamu, tidak sepertiku yang menumpahkn air mata penderitaan dan hatiku yang kesepian tercerai berai."


Yi Huai memperkuat serangan sihirnya ke Tan Er dan Xiao Tan tiba-tiba pingsan. Lian Cheng akhirnya tiba di sana dan langsung menyerang Yi Huai.

Tapi Yi Huai dengan mudahnya merebut pedangnya Lian Cheng dan memukul Lian Cheng dengan kekuatan supernya hingga Lian Cheng menyemburkan darah dan tersungkur.

Lian Cheng panik berusaha membangunkan Xiao Tan dan mengingatkannya akan janji Xiao Tan untuk tidak meninggalkannya sendirian. Xiao Tan akhirnya bangun dan menunjuk Yi Huai. "Iblis! Dia membunuh Tan Er!"

"Dia bukan Mo Yi Huai yang sebenarnya. Dia dikendalikan oleh iblis di dalam hatinya. Dia sudah tidak ingat lagi siapa Qu Tan Er."


Yi Huai kesal. Kesabarannya ada batasnya, dia tidak punya waktu untuk menonton mereka berdua menangis. Serahkan Mutiara Penekan Jiwa itu sekarang atau tempat ini akan jadi kuburan mereka.

Dengan kekuatan sihirnya, Yi Huai menyingkirkan Lian Cheng dari Xiao Tan dan menyandera Xiao Tan. Kalau Lian Cheng berani maju, dia akan membunuh Xiao Tan sekarang juga. Dia bahkan membuktikan ancamannya dengan menyayat Tan Er dan darah Tan Er pun langsung mengucur deras.

"Mo Lian Cheng. Kalau kau tidak mau wanita ini mati maka cepatlah serahkan Mutiara Penekan Jiwa itu padaku. Jika kau terlambat maka tunggu sampai kau mengumpulkan mayat wanita ini."

Terpaksa Lian Cheng harus menyerah. Dia meminta Xiao Tan menunggunya lalu pergi untuk mengambil mutiara itu.


Yi Huai kembali ke istana dan bertemu dengan kedua penyihir. Si wanita ragu, apa Yi Huai yakin kalau Lian Cheng pasti akan datang. Yi Huai yakin. Semua orang tahu kalau Lian Cheng sangat mencintai Xiao Tan.

"Sebaiknya kau yakin sepenuhnya. Jika kali ini gagal lagi, akan sulit menjelaskannya pada Tuan."


Kakek Liu datang menyela mereka dan santai menyarankan mereka untuk tidak berpikir kalau mereka akan berhasil. Si wanita kesal, dulu Kakek Liu sudah menghancurkan rencana mereka dan sekarang dia masih berani datang.

"Waktu itu aku belum selesai bermain-main. Apa kalian berani melanjutkan permainan bersamaku hari ini? Weeekkk~~~" Kakek Liu dengan sengaja lari dan kedua penyihir pun langsung mengejarnya.


Yi Huai juga hendak menyusul. Tapi seorang prajurit menghadangnya dan melaporkan kedatangan Lian Cheng.

"Bagus. Dia datang tepat waktu. Hari ini, aku bukan hanya akan mendapatkan Mutiara Penekan Jiwa itu, aku juga akan melenyapkan dua hal yang kubenci!"


Xiao Tan sudah pucat dan lemah saat Lian Cheng akhirnya tiba dengan membawa kotak itu. Lian Cheng meminta Yi Huai untuk menghentikan pendarahannya Tan Er dulu. Tapi Yi Huai menuntut Lian Cheng untuk memberikan mutiaranya dulu.

Lian Cheng ngotot memaksa Yi Huai untuk menghentikan pendarahannya Xiao Tan dulu atau dia akan menghancurkan mutiara ini. Yi Huai akhirnya menyerah dan menotok syaraf tubuh Xiao Tan.


Lian Cheng perlahan mulai membuka kotaknya sembari teringat ucapan Kakek Liu bahwa Yi Huai dikendalikan melalui segel sihir. Yang harus mereka lakukan adalah menghancurkan segel sihir itu, maka Yi Huai pasti akan sadar.

Karena itulah Kakek Liu tadi sengaja menjauhkan kedua penyihir dari Yi Huai, sementara Lian Cheng dia suruh untuk membawa mutiara itu ke Yi Huai dan mencari cara menghancurkan segel sihir itu.

Kakek Liu menginstruksikan Lian Cheng untuk megulur waktu dan jangan biarkan Yi Huai mendapatkan mutiara itu dengan mudah. Jika tidak, maka Lian Cheng dan Xiao Tan pasti akan mati.


Yi Huai kesal dengan lambatnya Lian Cheng dan memaksanya untuk segera membuka kotak itu. Berusaha mengulur waktu selama mungkin, Lian Cheng berusaha membujuk Yi Huai untuk menghentikan semuanya sekarang juga dan membebaskan Ayahanda mereka.

Dia meyakinkan kalau sekarang masih ada kesempatan untuk membalikkan segalanya. Jika tidak, maka takkan ada seorangpun yang bisa menyelamatkan Yi Huai.

"Tutup mulutmu! Kau tidak punya hak untuk menasehatiku! Cepat serahkan Mutiara Penekan Jiwa itu!"

Saat Lian Cheng masih saja diam, Yi Huai kembali menekan Lian Cheng dengan cara mencekik Xiao Tan. "Apa kau masih ingin kekasihmu menderita?"


Kakek Liu memancing kedua penyihir itu sampai ke hutan. Kedua penyihir pun langsung menyerangnya dengan cakar besi dan pedang mereka, tapi Kakek Liu lincah dan cekatan menghindari semuanya.

Si wanita kesal dan bersumpah akan balas dendam dan memenggal kepala Kakek Liu. Kakek Liu santai meminum araknya, mereka boleh memenggalnya kalau mereka mau. Masalahnya, itu tergantung apakah mereka mampu melakukannya atau tidak. Kemarilah!


Kotak itupun akhirnya dibuka dan memperlihatkan kotak giok di dalamnya. Yi Huai mengulurkan tangan mau mengambilnya. Tapi tiba-tiba tangannya berhenti di udara dan berbalik menyuruh Xiao Tan untuk mengeluarkan mutiara itu.

"Aku sungguh tidak tahu bagaimana cara membukanya," aku Xiao Tan.

Yi Huai teringat dengan serulingnya Xiao Tan yang dia sita dan sekarang dia mengembalikannya ke Xiao Tan dan memaksanya memainkan seruling itu.


Xiao Tan terpaksa menurutinya dan mulai memainkan seruling itu. Kepala Yi Huai dan Lian Cheng langsung sakit mendengar alunan seruling itu, lalu tiba-tiba saja kotak giok itu pecah dan Mutiara Penekan Jiwa itu melayang keluar dari dalamnya.

Yi Huai langsung mengulurkan tangan untuk mengambilnya. Tapi mutiara itu bergerak menghindarinya dan meluncur masuk ke dalam diri Xiao Tan.

Bersambung ke episode 20

Post a Comment

0 Comments