Sinopsis The Eternal Love Episode 19 - 1

Sinopsis The Eternal Love Episode 19 - 1



Yi Huai dipanggil menghadap Kaisar yang langsung memerintahkannya untuk berlutut. Yi Huai menolak, memangnya dia salah apa? Kaisar sontak kesal dan mengkonfrontasinya, apakah Ibu Suri mencoba meracuni Tan Er itu karena Yi Huai?

"Apa kau yang merencanakan semuanya?"

Yi Huai santai, Kaisar pintar juga. Iya, memang dia yang melakukannya. Kaisar tidak pernah marah, Kaisar sendiri yang memaksanya melakukan ini, jadi Kaisar jangan menyalahkannya.

"Kurasa lebih baik Ayahanda menyerahkan tahta padaku lebih awal. Mungkin saja aku masih bisa mempertahankan hubungan kasih sayang orang tua dan anak di antara kita."


Kaisar kontan murka dan langsung memerintahkan para prajuritnya untuk menangkap Yi Huai. Tapi anehnya, tak ada satupun para prajurit yang bergerak menuruti perintah Kaisar.

Kaisar langsung mengerti segalanya. Yi Huai bahkan berani melakukan ini saat dia sedang ada di villa? Yi Huai dengan sombongnya mengklaim kalau orang-orangnya sudah mengendalikan seluruh istana.


Xiao Tan panik mengejar Lian Cheng yang marah besar padanya. Dia mengakui kalau dia salah, tapi kan dia baik-baik saja.

"Kau baik-baik saja? Apa kau pikir hidupmu itu mainan anak-anak?! Apa kau bahkan memikirkan perasaanku? Kau bisa sekejam itu untuk meninggalkanku sendirian? Jika hari ini aku terlambat selangkah saja..."

"Cheng Cheng, biar kujelaskan dulu. Ibu Suri bilang kalau aku harus mati untuk menyelamatkanmu. Kau adalah suamiku. Kau cintaku satu-satunya. Bagaimana bisa aku melihatmu mati? Kalau kau mati, bagaimana aku bisa hidup?"

Lian Cheng langsung menutup mulutnya dengan c**man manis. "Mulai sekarang, jangan pernah berpikir untuk pergi dari sisiku. Ingat baik-baik. Di kehidupan ini dan keabadian, selama kau hidup, aku hidup. Jika kau mati, maka aku mati. Aku ingin bersamamu selamanya. Sampai akhir waktu, kita tidak akan pernah terpisahkan."

"Cheng Cheng, apa kau baik-baik saja? Kaisar pertama mungkin..."

"Jangan mengkhawatirkanku. Bagaimana bisa aku meninggalkanmu sendirian dan mati duluan?"


Mereka berjalan pergi. Tapi tiba-tiba saja sekawanan prajurit menghadang mereka dengan pedang terhunus, lalu Yi Huai dengan tenangnya maju menghadapinya.

"Mo Yi Huai! Kau berani memberontak? Di mana Ayahanda?"

"Kau bahkan tidak bisa menyelamatkan dirimu sendiri, tapi masih mengkhawatirkan Ayahanda. Adik Ke-8, kau sungguh berbakti. Jangan khawatir, aku sudah menyuruh orang untuk mengawasi Ayahanda."

"Sebaiknya kau mundur dan lepaskan Ayahanda. Kau masih punya jalan untuk kembali. Jika tidak, aku tidak akan berbaik hati padamu."


Yi Huai sinis. Kalau begitu, dia mau lihat apakah Lian Cheng punya kemampuan itu. Dia langsung menyerang Lian Cheng dengan kekuatan barunya dan sukses merobohkan Lian Cheng dengan cepat.

Dia hendak menyerang lagi. Tapi Xiao Tan langsung memainkan Seruling Pengembara Jiwa dan seketika itu pula Yi Huai dan para prajurit langsung merasakan sakit kepala yang hebat.

Tapi Xiao Tan tiba-tiba berhenti dan seketika itu pula Yi Huai langsung menarik Xiao Tan ke para prajuritnya. Lian Cheng panik meminta Yi Huai melepaskan Xiao Tan. Tapi tentu saja Yi Huai menolak.


Dia mau menyerang Lian Cheng lagi. Tapi untunglah Kakek Liu datang tepat waktu dan menyelamatkannya. Kakek Liu berusaha menyerang Yi Huai, tapi Yi Huai dengan mudahnya memukul mundur Kakek Liu.

Menyadari kekuatan besar Yi Huai, Kakek Liu memutuskan untuk menyelamatkan satu-satunya orang yang bisa dia selamatkan saat ini yaitu Lian Cheng. Dia langsung membawanya melayang pergi dari sana meninggalkan Xiao Tan di tangan Yi Huai.


Kakek Liu lalu menggunakan kekuatan spiritualnya untuk menyembuhkan Lian Cheng. Untung saja kali ini lukanya Lian Cheng tidak sampai mengenai organ dalamnya. Dia akan baik-baik saja setelah istirahat beberapa hari.


Tapi tentu saja Lian Cheng tidak bisa tenang. Xiao Tan sekarang ada di tangan Yi Huai, dia harus menyelamatkan Xiao Tan. Dia mau pergi sekarang juga, tapi Kakek Liu mencegahnya dan mengingatkanya untuk tidak gegabah.

"Kita punya Mutiara Penekan Jiwa saat ini. Jadi Mo Yi Huai tidak akan melukai gadis itu dengan mudah. Jika kau gegabah menyelamatkannya, kau akan tertangkap dan gagal menyelamatkannya juga. Dan kemungkinan besar, kau akan kehilangan kesempatan terbaik untuk menyelamatkannya. Kau bodoh juga ternyata"

Selain itu, Yi Huai sekarang sedang kerasukan kekuatan jahat. Kemampuan bertarungnya luar biasa, bahkan Kakek Liu pun tidak bisa mengalahkannya. Jika tidak, dia pasti sudah bisa menyelamatkan gadis bodoh itu sekarang.

Tapi Lian Cheng tidak bisa menunggu lebih lama. "Tan Er adalah wanitaku, bagaimana bisa aku tidak cemas?"


Seorang pengawal datang dan melapor bahwa Putera Mahkota sudah mengepung area kediaman Lian Cheng, mereka sudah berada dalam jarak 3 mil. Mengingat Yi Huai sudah menguasai kerajaan, Lian Cheng yakin kalau penjaga kota juga sudah dikuasainya.

Dia tidak punya pasukan lain selain pasukan yang dia miliki di kediamannya ini. Yu Hao menyarankan agar mereka mengerahkan pasukan di perbatasan utara. Mereka cukup dekat dan setia pada Lian Cheng. Mereka juga berani dan ahli bela diri. Mereka lebih dari cukup untuk menghadapi pasukan pemberontak.

Lian Cheng tak yakin. Yi Huai mungkin sudah memikirkan hal itu sebelumnya. Apalagi beberapa hari yang lalu, ada pesan dari perbatasan yang mengatakan bahwa ada seseorang di dalam kota yang telah berkomplot dengan musuh di luar.


Dia yakin orang yang dimaksud itu adalah Yi Huai. Jika kita mengerahkan pasukan sekarang, perbatasan akan berada dalam bahaya. Ada berapa banyak pasukan yang mereka miliki di kediaman ini?

Yu Hao menjawab sekitar 500 prajurit. Lalu apa ada lagi yang bisa mereka kirim? Yu Hao mengusulkan agar mereka menggunakan brigade pasukan di sisi barat kota saja.

"Butuh berapa lama untuk membawa mereka kemari?"

"Jika mereka bergerak sekarang, mereka bisa tiba sebelum para pemberontak."

Lian Cheng masih tampak ragu. Yu Hao meyakinkan bahwa pasukan pemberontak akan sulit menyerang jika mereka mengatur pertahaan dengan baik. Tapi Lian Cheng punya pendapat lain, lebih baik mereka mengambil inisatif duluan.


"Jika mereka ingin menaklukkan kediaman ini, mereka pasti akan melewati Lembah Burung Phoenix. Kita atur pasukan di sana untuk mengepung mereka."

Lian Cheng akan membawa 500 prajurit dan bertempur dengan mereka duluan. Sementara Yu Hao dia suruh memimpin pasukan lainnya.

Dia juga menginstruksikan Yu Hao untuk menyelinap diam-diam di belakang mereka. Begitu dia memberi sinyal, baru mereka akan menyerang para pemberontak itu dari depan dan belakang dan mengalahkan mereka sekaligus.


Kakek Liu kagum dengan kemampuan strateginya Lian Cheng. Strategi bersiap menyerang dari satu jalan, tapi diam-diam maju ke arah lain, benar-benar bagus.

"Begitu pasukan pemberontak terjebak dan terpojok, mereka akan seperti burung dalam sangkar yang tak bisa terbang pergi."

"Kuharap begitu. Hanya saja, untuk menyelamatkan Ayahanda, kita perlu bala bantuan."

Kakek Liu malas mendengarkannya lagi dan langsung melesat pergi saat itu juga.


Xiao Tan terbangun dan mendapati dirinya dikurung di ruang bawah tanah. Xiao Tan langsung menggerutu kesal, kesalahan apa sebenarnya yang dia lakukan sampai Langit menghukumnya seperti ini?

Sebelumnya, dia hampir mati. Dan sekarang, dia menjadi tawanan. Dia bahkan terlibat dalam pemberontakan untuk mencuri tahta. Hanya dalam beberapa bulan, dia terlibat dalam segala hal yang terjadi dalam sejarah.

"Sisi baiknya, aku bisa menyombongkannya saat kembali nanti. Tapi sisi buruknya, aku mungkin mati. Aku ingin tahu bagaimana keadaan Cheng Cheng?"


Pasukan pemberontak akhirnya tiba di benteng. Lian Cheng sudah siap menunggu kedatangan mereka bersama pasukannya walaupun jumlah mereka lebih sedikit dari pasukan pemberontak.

"Berhentilah bertarung sia-sia, Pangeran Ke-8. Menyerahlah lebih awal daripada membuat saudara-saudaramu (pasukanmu) mati sia-sia!" Ancam si jenderal.

"Pasukan seperti kalian yang memberontak hanya karena diiming-imingi keuntungan, tidak memiliki tulang yang kuat dan keras (pengecut). 500 pasukanku cukup untuk melawan kalian!"


Secara bersamaan, Lian Cheng dan di jenderal memerintahkan pasukan masing-masing untuk menyerang. Pasukannya Lian Cheng mulai melepaskan anak-anak panah. Tapi pasukan pemberontak berhasil menerobos pertahanan mereka dengan alat berat.

Lian Cheng pun melompat maju membunuhi pasukan pemberontak dan menyempatkan diri untuk memberi aba-aba. Seorang pemanah menembakkan sinyal dan sedetik kemudian, Yu Hao muncul dengan sekumpulan prajurit pemanah dari lantai atas.


Puluhan panah melesat membunuhi para pasukan pemberontak sementara Lian Cheng dengan ganasnya menyayat dan menebas para pemberontak di hadapannya satu demi satu hingga akhirnya dia berhadap langsung dengan si jenderal dan membunuhnya dengan mudah. Darah segar menetes-netes dari pedangnya saat akhirnya dia melihat semua pasukan jatuh.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments