Sinopsis The Eternal Love Episode 18 - 2

Sinopsis The Eternal Love Episode 18 - 2



Yu Hao langsung melapor ke Lian Cheng tentang Xiao Tan yang ternyata pergi menemui Kakek Liu. Dia mengaku tak bisa mendengar pembicaraan mereka dengan jelas. Tapi dia merasa Xiao Tan meminta Kakek Liu melakukan sesuatu.

Kalau begitu, Lian Cheng memutuskan mau pergi menemui Kakek Liu saja. Err... tapi tak perlu, karena Kakek Liu mendadak melesat masuk ke sana sedetik kemudian. Lian Cheng pun langsung menanyakan apa tujuan Xiao Tan menemui Kakek Liu tadi.

"Dia menyuruhku untuk membatalkan kontrak sehidup semati."


Kakek Liu mengaku kalau dia sebenarnya ingin membatalkan kontrak itu sedari dulu biar Lian Cheng tidak ikut menyeret Xiao Tan bersamanya jika dia mati. Tapi seberapa keraspun dia berusaha membujuknya, Xiao Tan tetap tidak mau.

"Aku tidak menyangka kalau hari ini dia tiba-tiba memintaku untuk membatalkan kontrak itu. Dia benar-benar wanita tua memanjat pohon lebih cepat daripada monyet (mengubah keputusan dengan sangat cepat). Apa kau tidak merasa ini aneh?"

"Lalu apakah hari ini dia menyebut sesuatu padamu?"

"Dia tidak mau mengatakan apapun padaku."

"Lalu apa kau membatalkan kontrak sehidup semati itu?"

"Kau kira aku bodoh? Saat dia mendatangiku, aku cuma melakukan trik sihir untuk mengelabuhinya. Aku merasa dia menyembungikan sesuatu dariku. Makanya aku datang memberitahumu. Sisanya kuserahkan padamu."


Kakek Liu pun melesat pergi. Lian Cheng merasa Xiao Tan jadi aneh sejak dia kembali dari menemui Ibu Suri. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan Ibu Suri?

Yu Hao melapor bahwa setelah menemui Ibu Suri, Xiao Tan juga pergi ke istana untuk menemui Kaisar. Dia juga melapor kalau dia menemukan hal lain yang penting. Saat dia menyelidiki penyebab kematian Pan Er, dia menemukan seseorang yang penting. Dia lalu membisiki sesuatu ke Lian Cheng.


Lian Cheng lalu pergi ke istana untuk menemui Kaisar dan menanyakan apa sebenarnya tujuan kedatangan Xiao Tan menemui Kaisar beberapa hari yang lalu. Kaisar santai menyuruh Lian Cheng untuk bertanya langsung ke Xiao Tan.

"Apa mungkin ada hubungannya dengan masa laluku?" Tebak Lian Cheng. Kaisar sontak terkejut mendengarnya. Reaksinya jelas mengkonfirmasi dugaan Lian Cheng.

"Kau mengetahuinya?"

Lian Cheng hanya menebak. Sejak dia menikah dengan Xiao Tan, banyak hal aneh yang selalu terjadi di dekatku. Karena itulah dia bertanya-tanya, apa ada rahasia tentangnya? Dia juga sering mendengar Kakek memanggilnya.

 

Kaisar curiga, apa Xiao Tan mengatakan sesuatu pada Lian Cheng. Lian Cheng menyangkal. Tapi sejak Xiao Tan pulang hari itu, dia jadi sangat aneh dan tidak mau memberitahukan apapun padanya. Karena itulah, Lian Cheng memohon pada Kaisar untuk memberitahunya.

"Apa yang sebenarnya Tan Er ketahui?" Tanya Lian Cheng.

"Cheng'er. Saat kau kecil, tempat tidurmu memiliki dua baris kalimat. Apa kau mengingatnya?"

"Aku minum terus menerus, tapi tidak mabuk. Aku sering membaca buku ini, tapi aku tetap lupa."


"Kakekmu meninggalkan itu. Akan tetapi, ada bagian yang tidak dia selesaikan." Kaisar lalu mengambil puisi wasiat Kaisar terdahulu dari dalam laci rahasia dan memberikannya pada Lian Cheng.

Aku minum terus menerus, tapi tidak mabuk
dan mengembara di dunia fana selama 25 tahun.
Wilayah kerasaan hanyalah impian hidup seseorang.
Aku membaca buku ini berkali-kali, tapi aku lupa apa yang kubaca.
Aku hanya berharap jiwanya akan bangkit.
Dan kembali ke tempat yang seharusnya.
Meninggalkan kesedihan dan mencari kebahagiaan masa lalunya.

Lian Cheng sontak berkaca-kaca, apa Xiao Tan sudah tahu kalau dia tidak akan hidup lebih dari 25 tahun? Kaisar dengan berat hati membenarkannya. Sedih, Lian Cheng berbalik hendak pergi.


Tapi Kaisar memanggilnya kembali dan bertanya-tanya, "seandainya aku memberitahukan masalah ini sebelumnya, apa mungkin kau bisa hidup bahagia selama bertahun-tahun ini? Apa kau membenciku?"

"Aku... memiliki Tan Er. Aku tidak meminta apapun. Jika terjadi sesuatu pada Tan Er, aku pasti akan menjadi hantu jahat. Jika saat itu tiba, yang harus disalahkan, bukan cuma Ayahanda sendiri."

 

Saat Tan Er muncul, dia membaca surat yang ditinggalkan Xiao Tan untuknya. Surat yang Xiao Tan tulis dengan berlinang air mata. Dia mengaku kalau dia menjaga jarak dari Mutiara Penekan Jiwa demi membuat Tan Er muncul.

"Aku takut kalau Cheng Cheng ku akan menghilang. Aku tidak mengerti, kenapa hanya berdasarkan prediksi Kaisar terdahulu, Cheng Cheng harus mati secepat itu? Aku tidak tahan. Aku ingin sekali mengorbankan hidupku sendiri untuk menyelamatkannya."

"Tapi kemudian aku sadar bahwa di Dong Yue ini, aku bahkan tidak memiliki hidupku sendiri. Tan Er, aku tahu kalau aku tidak seharusnya melibatkanmu dalam masalah ini.. Tapi aku benar-benar takut kalau ramalan itu akan terjadi. Tan Er, aku tidak tahan lagi. Cepatlah keluar dan bantu aku."


Tan Er pun berlinang air mata membaca surat itu. Seolah melihat Xio Tan ada di hadapannya, dia berjanji kalau dia pasti akan membantu mencarikan jalan keluar untuk Xiao Tan. Tapi entah kenapa dia merasa masalah ini ada hubungannya dengan Yi Huai.


Maka malam harinya, Tan Er pun pergi mencari Yi Huai ke kediamannya. Tapi penjaga rumah berkata kalau Yi Huai sedang tidak ada di rumah malam ini. Belakangan ini, Yi Huai sering menginap di luar. Tapi penjaga rumah tidak tahu detilnya.

"Yang saya tahu hanyalah, Putera Mahkota sering mengunjungi sisi barat kota belakangan ini."

Tan Er yakin kalau dia tahu tempat yang dimaksud si penjaga. Tempat biasanya mereka sering bertemu dulu juga berada di sisi barat kota. Tan Er pun langsung berlari pergi ke sana.


Saat Tan Er tiba di sana, dia mendengar suara orang bicara, menanyakan apa rencana Putera Mahkota selanjutnya. Dia mengintip dan mendapati Yi Huai sedang bicara dengan kedua penyihir.

Yi Huai meyakinkan mereka berdua kalau dia pria yang kuat, jadi Raja Iblis tidak perlu cemas. Si wanita meyakinkan kalau Raja Iblis tidak meragukan kemampuan Yi Huai, hanya saja, apa Yi Huai benar-benar bisa melewati rintangan terbesarnya, yaitu Qu Tan Er?

"Jika kau masih memiliki perasaan terhadapnya..."


Yi Huai sinis. "Sejak dahulu kala, prestasi terbesar seorang jenderal dibangun di atas tulang yang membusuk. Qu Tan Er itu hanyalah bidak untuk mewujudkan ambisi besarku. Dipikir-pikir, mungkin aku tidak pernah memiliki perasaan tulus padanya. Dia hidup atau mati, apa hubungannya denganku?"

Patah hati, Tan Er pun bergegas pergi dari sana. Orang yang dulu begitu dia percayai, sekarang sudah berubah. Dia bukan lagi Yi Huai yang pernah dia kenal. "Sekarang, dia hanya adalah iblis."


Saat Xiao Tan kembali, dia menangis membaca surat dari Tan Er. Dalam suratnya, Tan Er memberitahu Xiao Tan bahwa cintanya selama ini ternyata sebuah kebohongan sejak awal. Karena itulah, Tan Er memutuskan tak ingin hidup lagi.

"Jika itu bisa menyelamatkan Pangeran Ke-8. Aku, Qu Tan Er, bersedia mati bersamamu. Jangan ragu karena aku. Ingatlah. Apapun keputusan yang kau buat, kau tidak pernah berhutang apapun padaku. Xiao Tan. Pada akhirnya, aku ingin memberitahumu bahwa saat aku bersamamu, aku sangat senang."

"Ta Er, terima kasih." Ucap Xiao Tan seraya membayangkan Tan Er di sana dan tersenyum padanya.


Tanpa dia sadari, Lian Cheng ada di depan kamarnya. Menatap bayangannya dengan mata berkaca-kaca. Tanpa membuat suara apapun, dia mengulurkan tangan membelai bayangan Xiao Tan.

 

Yu Hao datang saat itu. Dia sudah mau menyapa Lian Cheng, tapi Lian Cheng buru-buru mencegahnya berisik. Mereka akhirnya bisik-bisik dan Yu Hao melapor kalau dia sudah menangkap orangnya dan orang itu sudah mengakui segalanya. Dia merasa lebih baik Lian Cheng mendengarnya langsung.

Lian Cheng memerintahkan Yu Hao untuk menyiapkan kuda. Dia akan membawa orang itu ke istana agar Kaisar juga ikut mendengarnya.


Keesokan harinya, Xiao Tan pergi menemui Ibu Suri. Ibu Suri tanya apakah Xiao Tan tidak akan menyesalinya? Xiao Tan menjawab tegas, tidak akan. Ibu Suri jelas senang, tidak sia-sia Lian Cheng begitu mencintai Xiao Tan.

Xiao Tan sinis, selama ini Ibu Suri sama seperti kakaknya yang amat sangat membencinya. Sudah beberapa kali Ibu Suri berusaha membunuhnya. Sekarang, harapan Ibu Suri akhirnya terpenuhi, iya kan?

Dengan senyum manis, Ibu Suri berkata bahwa walaupun mereka selalu berkonflik, tapi dia janji kalau dia akan selalu mengingat keputusan yang Xiao Tan buat hari ini.

"Setelah aku pergi, kuharap Yang Mulia Ibu Suri akan menjaga Cheng Cheng dengan baik. Jangan biarkan dia jengkel karena aku dan jangan biarkan dia melakukan sesuatu yang bodoh."

"Jangan khawatir. Aku pasti akan menghibur Cheng'er sebisaku."

Xiao Tan berterima kasih karena Ibu Suri mau memenuhi permintaannya. Ibu Suri pun langsung menyuruh pelayan membawakan arak beracun itu pada Xiao Tan.


Selama beberapa saat, Xiao Tan terdiam memegang cangkir itu dengan bimbang dan ketakutan. Ibu Suri yang tampaknya sudah tidak sabaran, meyakinkan Xiao Tan kalau arak itu dibuat oleh tabib istana dan efeknya akan bekerja dengan sangat cepat.

"Setelah kau meminumnya, kau tidak akan merasakan sakit apapun."

Xiao Tan sinis mendengarnya. Tidak akan merasakan sakit apapun? Sepertinya racun ini sudah diuji sendiri oleh si tabib istana.


"Cheng Cheng, jika ada kehidupan selanjutnya, aku tidak akan melepaskanmu dengan mudah. Aku akan jadi pria dan kau akan menjadi wanitaku. Pada saat itu, kau akan tersiksa."


Xiao Tan sudah mau meminumnya, saat tiba-tiba saja terdengar suara Lian Cheng menegurnya. Lian Cheng berjalan cepat ke arahnya lalu menampik arak beracun itu dari tangannya.

"Cheng'er, apa yang kau lakukan?"

"Itu tergantung dari apa yang Nenek lakukan."


Kaisar juga datang saat itu juga dan mengkonfrontasi perbuatan tercela Ibu Suri barusan. Apa Ibu Suri mau meracuni Istri Pangeran Ke-8 dan tidak menganggap hukum kerajaannya?

Ibu Suri mengklaim kalau dia melakukannya karena tak punya pilihan lain. Hanya ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa Lian Cheng.

Kaisar mengaku kalau dia sudah diberitahu Kaisar terdahulu bahwa Mutiara Penekan Jiwa hanya akan mengakui satu tuan, dan itu tidak akan bisa dipindahkan.


Sebelum beliau meninggal, beliau diam-diam memberikan Mutiara Penekan Jiwa itu ke keluarga Qu dan menyuruh mereka untuk menganggapnya sebagai pusaka keluarga. Kaisar terdahulu sudah meramalkan bahwa tuan mutiara itu akan muncul di keluarga Qu.

"Tapi, Putera Mahkota bilang padaku kalau Mutiara Penekan Jiwa bisa memperpanjang hidup seseorang."

"Putera Mahkota hanya memanfaatkan Ibu Suri untuk membantunya membunuh."

Merasa tertipu, Ibu Suri langsung merutuki Yi Huai dengan kesal. Dia tidak menyangka kalau Yi Huai bisa sekejam ini.


Kaisar langsung nyinyir membalikkan makian itu ke Ibu Suri sendiri. "Jika kita bicara tentang kekejaman. Ibu benar-benar membuatku melihat Ibu secara berbeda."

Ibu Suri tak mengerti apa maksudnya. Kaisar pun memerintahkan para pengawal untuk membawa orang itu masuk dan orang itu ternyata Kasim Li. Ibu Suri terkejut, tapi dia berusaha tetap tenang, pura-pura tak mengerti apa maksud semua ini.

"Omong kosong! Pelayan ini sudah mengakui segalanya! Dari percobaan pembunuhan Cheng'er dan Istrinya waktu itu hingga hari ini, aku sudah tahu dengan jelas keterlibatan Ibu di dalamnya."

Ibu Suri tak bisa lagi berkutik. Kaisar memerintahkan para pengawal untuk menyeret Kasim Li keluar lalu menitahkan Ibu Suri akan diasingkan di Istana Terpisah dan tidak ada seorangpun yang boleh mengunjunginya tanpa seizin Kaisar.


Ibu Suri pun dituntun pergi. Dia sempat melirik Lian Cheng, tapi Lian Cheng hanya diam menatapnya dengan penuh kekecewaan dan amarah.

Kaisar menyuruh Lian Cheng untuk membawa Xiao Tan pulang lalu menyuruh pengawal untuk memanggil Yi Huai.

Bersambung ke episode 19

Post a Comment

0 Comments