Sinopsis The Eternal Love Episode 18 - 1

Sinopsis The Eternal Love Episode 18 - 1


Yi Huai menghasut Ibu Suri dengan mengklaim kalau mereka bisa menyelamatkan nyawa Lian Cheng dengan menggunakan kekuatan Mutiara Penekan Jiwa. Itu adalah benda mistis yang bisa memperpanjang hidup seseorang.

Dia mengklaim bahwa Kaisar terdahulu mendapatkan benda itu secara kebetulan dan memperlakukan benda itu sebagai pusaka langka.

Ibu Suri mengaku kalau dia memang pernah mendengar tentang mutiara itu. Lalu di mana Mutiara Penekan Jiwa itu berada sekarang?

Yi Huai memberitahu kalau mutiara itu ada pada Tan Er sekarang. Tapi, mutiara itu punya kesadaran dan dia hanya akan mendengarkan satu tuan saja. "Jika Istri Pangeran Ke-8 mati, barulah mutiara itu bisa digunakan oleh Adik Ke-8."


Ibu Suri curiga, kenapa Yi Huai memberitahukan hal ini padanya. Yi Huai mengklaim bahwa terlepas dari kecurigaan Ibu Suri dan Lian Cheng terhadapnya, dia tetaplah Kakaknya Lian Cheng.

Biarpun mereka berbeda, tapi darah lebih kental daripada air. Dia tidak rela melihat adiknya mati. Ibu Suri langsung mempercayainya begitu saja. Jika Lian Cheng berhasil melewati krisis ini, dia pasti akan mengingat budi baik Yi Huai.


Ibu Suri langsung memanggil Xiao Tan dan to the point membahas pusaka yang baru-baru ini Xiao Tan dapatkan.

"Berbagai wilayah memberikan banyak benda pusaka. Ibu Suri dan Kaisar pun memberi kami banyak hadiah. Pusaka apa yang Ibu Suri maksud?"

"Mutiara Penekan Jiwa."

Xiao Tan terkejut mendengar Ibu Suri tahu mengenai mutiara itu. Dia mengakui kalau dia memang memilikinya. Tapi jika Ibu Suri ingin melihatnya, maka sebaiknya dia mendatangi Lian Cheng, soalnya dia sudah menyerahkan mutiara itu pada Lian Cheng.


"Cheng'er? Apa Cheng'er baik-baik saja belakangan ini?"

"Sejak lukanya pulih, segalanya baik-baik saja."

Mendengar itu, Ibu Suri langsung mengusir para pelayan dan mengaku kalau dia memanggil Xiao Tan kemari untuk memberitahunya tentang sesuatu yang penting. Tentang Lian Cheng.

"Cheng'er, dia... hanya akan hidup sampai umur 25 tahun."

Xiao Tan jelas tak percaya begitu saja. Tidak mungkin, tbuh Lian Cheng sangat kuat dan dia selalu makan dengan baik. Dia bisa hidup sampai seratus tahun tanpa masalah.


Ibu Suri meyakinkan kalau dia tidak bercanda. Dia juga tak ingin mempercayainya. Tapi ini adalah apa dikatakan Kaisar terdahulu pada Kaisar yang sekarang sebelum beliau pergi.

Ibu Suri yakin kalau Xiao Tan pasti pernah mendengar tentang Kaisar terdahulu. Beliau sangat menyayangi Lian Cheng, jadi beliau tidak akan bicara sembarangan.

Xiao Tan tetap tak percaya. "Tidak mungkin. Entah perangkap apa lagi yang anda pasang untukku kali ini, tapi tidak seharusnya anda mengutuk Cheng Cheng seperti itu! Anda keterlaluan!"

"Apa kau mencintai Cheng'er?"

"Tentu saja. Dia satu-satunya pria yang kucintai dalam kehidupan ini!"


Baguslah. Terserah Xiao Tan percaya padanya atau tidak, tapi Ibu Suri tetap harus memberitahunya. Saat ini, hanya ada satu cara untuk menyelamatkan Lian Cheng, yaitu Mutiara Penekan Jiwa.

"Mutiara Penekan Jiwa? Tapi itu ada di tangan Cheng Cheng."

Ibu Suri memberitahu bahwa Mutiara Penekan Jiwa hanya akan menerima satu tuan saja. Dan hanya jika tuannya mati maka mutiara itu akan mencari tuan baru. Ibu Suri tidak akan memaksa Xiao Tan, dia akan memberi Xiao Tan waktu 3 hari untuk memikirkannya.

"Datanglah lagi setelah kau memikirkannya. Aku akan menyiapkan arak kematian untukmu."


Xiao Tan berjalan keluar dengan linglung dan air mata menggenang di pelupuk matanya. Jing Xin sampai cemas melihatnya, ada masalah apa? Berniat mencari kebenaran tentang masalah ini, Xiao Tan memutuskan mau pergi menemui Kaisar di istana.

"Aku tidak percaya. Kenapa Cheng Cheng ku hanya akan hidup sampai umur 25 tahun? Aku harus tanya padanya!"


Xiao Tan dan Jing Xin pun berlutut di depan istana, menunggu kedatangan Kaisar. Setelah beberapa lama, Kaisar masih juga belum muncul. Jing Xin menduga kalau Kaisar pasti sibuk, jadi bagaimana kalau mereka pulang dulu dan kembali lain hari?

"Tidak. Aku harus bertemu dengannya hari ini. Aku harus memperjelas segalanya. Jika tidak... Jing Xin, kau pasti lelah. Kembalilah dulu."

"Tidak. Aku tidak lelah. Meski aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi melihatmu begitu bersedih, pasti telah terjadi sesuatu yang besar. Jika kau mau berlutut, aku akan berlutut bersamamu."


Mereka terus menunggu... hingga akhirnya Kaisar keluar tak lama kemudian. Tapi hanya dengan melihat ekspresi wajah Kaisar, Xiao Tan bisa langsung tahu kalau itu memang benar. Air mata Xiao Tan pun tak bisa terbendung lagi.


Sejak saat itu, Xiao Tan terus melamun bahkan saat dia sedang makan malam dengan Lian Cheng. Dia bahkan tidak cepat merespon saat Lian Cheng memanggilnya. Lian Cheng jadi cemas, ada masalah apa dengannya? Kenapa Xiao Tan terlihat resah?

"Apa Ibu Suri membuat masalah denganmu?"

Tidak. Xiao Tan beralasan kalau dia cuma sedang tidak nafsu makan saja. Kalau begitu, bagaimana kalau dia memesan hidangan baru? Xiao Tan menolak, dia sebenarnya suka kok dengan makanan ini.


"Cheng Cheng. Apa tbuhmu baik-baik saja belakangan ini? Apa lukamu sudah sembuh semua?"

Xiao Tan tanya serius, tapi Lian Cheng malah mikir aneh-aneh. Tentu saja tbuhnya cukup baik, sepertinya dia harus tampil dengan baik malam ini. *wink wink* 

"Jangan! Kalau kita melakukan 'itu' terlalu sering, tidak akan bagus untuk tbuhmu. Mulai malam ini, kau harus tidur sendirian. Ada banyak hal yang harus kau pikirkan. Kau juga tidur dan makan sangat sedikit."

"Baiklah, gadis bodoh. Aku akan menjaga tbuhku dengan baik demi kau. Jangan khawatir."


Tentu saja Xiao Tan tak bisa menghapus kecemasannya dan langsung memluk Lian Cheng erat. "Cheng Cheng, tiba-tiba aku sangat takut kehilanganmu."

"Jangan khawatir, aku ada di sini." Lian Cheng tak mempertanyakan apapun, tapi sepertinya dia mulai curiga dengan keanehan sikap Xiao Tan.


Keesokan harinya, Xiao Tan pergi menemui Kakek Liu. Kakek Liu terus menerus berusaha menghindarinya, tapi Xiao Tan tak menyerah dengan mudah dan terus memaksanya.

Kakek Liu sampai kesal, dia kan sudah bilang berulang kali, dia sungguh tidak tahu kalau apakah Mutiara Penekan Jiwa bisa memperpanjang umur.

"Bukankah kau juga mencari Mutiara Penekan Jiwa? Mana mungkin kau tidak tahu!"

"Aku memang mencarinya. Tapi setelah menemukannya, itu bukan untuk kugunakan."

Dia sungguh tidak yakin apakah mutiara itu bisa memperpanjang umur seseorang. Xiao Tan tanya lagi, apakah mutiara itu hanya memiliki satu tuan? Kakek Liu membenarkan.

"Lalu apakah tuannya mutiara itu adalah aku?"

"Mungkin kau."


Mendengar itu, Xiao Tan langsung mengulurkan tangannya dan menuntut Kakek Liu untuk membatalkan kontrak sehidup sematinya. Kakek Liu langsung senang, akhirnya Xiao Tan mau membatalkannya juga.

Kakek Liu sudah mau melakukannya. Tapi tiba-tiba saja dia merasa aneh. Dulu waktu dia ingin membatalkannya, Xiao Tan malah menolak keras. Dia malah lebih memilih mati daripada membatalkannya demi si bed*bah Mo itu.

"Kenapa sekarang kau mendadak berubah pikiran?"

"Kau usil sekali! Batalkan saja! Bukankah itu yang kau inginkan?!"


Tunggu dulu, Kakek Liu mau mikir-mikir dulu. Kakek Liu yakin ada sesuatu yang Xiao Tan sembunyikan. Dilihat dari kepribadian Xiao Tan, sudah pasti dia tidak akan mau hidup sendirian jika Lian Cheng mati. Tapi sekarang dia malah berinisiatif sendiri untuk membatalkan kontrak itu. Mungkinkah...?

"Kau mikir apa? Cepat batalkan!" Bentak Xiao Tan.


Baiklah, baiklah. Kakek Liu pun mulai mengumpulkan kekuatan sihirnya lalu mengerahkannya ke tangan Xiao Tan dan selesai. Xiao Tan sampai heran, cuma begitu doang? Gampang amat?

"Kalau kau tidak percaya, akan kubunuh si bed*bah Mo itu biar kau yakin."

"Jangan! Jangan! Aku percaya padamu. Terima kasih. Aku ada urusan, aku pergi dulu. Kau tidak boleh memberitahu Cheng Cheng tentang ini."


Xiao Tan pun pergi, tanpa menyadari ada Yu Hao yang sedang mengawasinya dari kejauhan. Baru setelah dia sendirian, Kakek Liu bergumam tentang keanehan situasi ini. Apalagi Xiao Tan tidak mengizinkannya memberitahu Lian Cheng.

"Dia bahkan tidak tahu kalau dia sedang dibuntuti. Dia atau si bed*bah Mo itu yang dalam masalah? Untunglah aku pintar dan tidak membatalkan kontrak sehidup semati itu."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments