Sinopsis The Eternal Love Episode 17 - 2

Sinopsis The Eternal Love Episode 17 - 2


Lian Cheng dan Xiao Tan pergi ke rumah Kakek Liu. Saat melihat Lian Cheng, Kakek Liu langsung antusias menyodok-nyodoknya. Dia senang melihat Lian Cheng sudah pulih. Lian Cheng pun berterima kasih karena Kakek Liu telah menyelamatkannya.

"Kau benar. Jika aku tidak menyelamatkanmu, konsekuensinya tak bisa dibayangkan."


Xiao Tan menyela mereka dan memberitahu Kakek Liu kalau dia sudah mendapatkan Mutiara Penekan Jiwa. Kakek Liu shock mendengarnya lalu tanya, apa Xiao Tan bisa menyentuh mutiara itu?

"Iya. Jangan tanya detilnya. Aku datang untuk bertanya kenapa aku tidak bertukar dengan Qu Tan Er?"

Kakek malah diam saja saking tercengangnya dengan kabar itu dan baru sadar saat Xiao Tan menegurnya. Kakek Liu menduga kalau itu mungkin ada hubungannya dengan Mutiara Penekan Jiwa.

Mutiara itu memperkuat kekuatan Xiao Tan dan melemahkan kekuataan Tan Er. Jika Tan Er muncul, mungkin itu akan jadi semakin sulit.

"Gawat! Apa tak ada yang bisa kau lakukan?"


Kakek Liu mengklaim kalau dia tidak bisa melakukan apapun lalu ganti topik menanyakan perkembangan latihan Xiao Tan memainkan Seruling Pengembara Jiwa itu.

Saat Xiao Tan mengaku kalau dia tidak membawa seruling itu, Kakek Liu langsung mengomelinya. Itu benda penting, seharusnya Xiao Tan membawanya setiap saat. Xiao Tan meyakinkan kalau dia tidak membawanya hari ini saja.

Baiklah. Tapi jika lain kali Xiao Tan tidak bisa memainkan seruling itu dengan baik, maka Kakek Liu tidak mau lagi menjawab pertanyaannya. Baiklah, Xiao Tan berjanji akan latihan dengan baik lain kali.


"Tapi apa sebenarnya kegunaan Mutiara Penekan Jiwa itu?"

Tapi Kakek Liu menolak menjawabnya sekarang, malah menyuruh Xiao Tan untuk latihan seruling itu dulu. Kalau dia sudah bisa memainkannya dengan benar, baru Kakek Liu akan memberitahunya.


Xiao Tan jelas kesal, tapi terpaksa dia menerima syaratnya. Lian Cheng pun pamit. Tapi begitu mereka berbalik pergi, Lian Cheng berbisik tentang Kakek Liu yang sepertinya menyembunyikan sesuatu. Dia yakin mutiara itu tidak sesederhana itu.


Kakek Liu sendiri masih begitu tercengang saat menatap kepergian mereka. "Luar biasa. Setelah seratus tahun lamanya, kau dan Mutiara Penekan Jiwa itu akhirnya muncul."


Di tengah perjalanan pulang, kedua penyihir tiba-tiba muncul menghadang keretanya Lian Cheng. Si pria langsung melempar cakar besinya ke kereta untuk mencabik kereta itu. Tapi untunglah Lian Cheng cekatan menarik Xiao Tan dan membawanya melompat keluar.


Lian Cheng langsung menghunus pedang dan melawan mereka seorang diri. Tapi saat Lian Cheng tengah sibuk melawan si wanita, si pria tiba-tiba melayang mendekati Xiao Tan dengan cakar besinya.

Panik, Lian Cheng berusaha bergegas menyelamatkannya. Cakar besi itu semakin mendekat. Tapi untunglah, Yi Huai mendadak muncul dan menangkis serangan si pria dengan pedangnya.


"Enyah kalian! Kalian mungkin bisa mengalahkan Lian Cheng sendirian. Tapi jika aku menyerang juga, jangan harap kalian bisa kabur hidup-hidup!"

Terpaksalah kedua penyihir mundur. Lebih baik mereka melapor dulu ke tuan mereka.


Lian Cheng berterima kasih pada Yi Huai. Tapi Yi Huai mengingatkan kalau dia melakukan ini bukan demi Lian Cheng. Lian Cheng memperingatkan Yi Huai kalau kedua orang tadi pasti akan mengincarnya.

"Itu urusanku. Apa hubungannya denganmu?" Ketus Yi Huai.

Dia langsung pergi dan Lian Cheng pun langsung menarik Xiao Tan ke dalam plukannya.


Malam harinya, Yi Huai merasakan kehadiran penyusup di kamarnya. Si penyihir wanita muncul di hadapannya. Tapi si penyihir pria muncul dari belakangnya dan langsung menotoknya hingga dia tidak bisa bergerak.

"Kalian mau apa?"

"Tentu saja untuk membantumu mencapai tujuanmu."

"Sudah kubilang kalau aku tidak perlu campur tangan kalian lagi."

"Sekarang kau tidak punya pilihan."


Kedua penyihir itu langsung melakukan ritual yang menghubungkan mereka ke Raja Iblis. Raja Iblis lalu melancarkan kekuatan sihir hitamnya ke sebuah segel sihir yang berbentuk sama persis seperti tato sihir di lehernya Yi Huai.

Dan seketika itu pula, Yi Huai langsung merasakan nyeri sampai dia pingsan. Tapi sedetik kemudian, dia membuka mata. Tapi kali ini, dia tampak berbeda.


Xiao Tan pergi mengunjungi Pan Er. Tentu saja Pan Er malas menerima kedatangannya dan mengira Xiao Tan datang untuk menertawakan keadaannya yang sekarang.

Tapi Xiao Tan langsung saja nyelonong masuk. "Aku datang dengan maksud baik untuk menjengukmu. Keapa kau tidak mau menerimanya?"

Pan Er masih saja menyalahkan Xiao Tan sebagai penyebab keadaannya yang jadi seperti ini sekarang.

Xiao Tan benar-benar kesal mendengarnya. "Kalau bukan demi Qu Tan Er, aku tidak akan repot-repot mempedulikanmu!" Gumam Xiao Tan.

"Karena kau sudah melihatku, pergilah."


Xiao Tan benar-benar heran. Jelas-jelas Pan Er berbuat salah dan dia sudah berbaik hati memohon pada Lian Cheng untuk menyelamatkan Pan Er. Kenapa Pan Er tidak bisa menghargainya? Dia menolong Pan Er karena Pan Er adalah kakaknya Qu Tan Er satu-satunya.

Pan Er tetap saja nyinyir. Kalau memang demi persaudaraan, lalu kenapa Mutiara Penekan Jiwa itu malah jatuh ke tangan Xiao Tan.

"Meski kau mati sekalipun, Mutiara Penekan Jiwa itu akan tetap jadi milikku cepat atau lambat." Ujar Xiao Tan.


Tapi ada satu hal yang tidak Xiao Tan mengerti. Kenapa Pan Er begitu ingin membunuhnya? Bahkan sekalipun Pan Er tergila-gila mau jadi Permaisuri, tapi dia tetap adiknya Pan Er. Kenapa Pan Er musti sekejam itu padanya?

Sejak mereka kecil, Tuan Qu selalu lebih menyayangi Pan Er. Dia selalu mendapatkan apapun yang dia inginkan. Lalu Pan Er kurang puas apalagi?

Pan Er mengakui bahwa sebagai putri keluarga Qu, dia memiliki segalanya. Tapi, Tan Er mencuri hal yang paling dia inginkan, yaitu Mo Yi Huai.

Sejak kecil, hal yang paling Pan Er benci adalah melihat wajah Tan Er yang menyedihkan itu. Dia terlihat seperti seseorang yang kalah darinya dalam banyak hal, seolah dia adalah orang yang paling patut dikasihani di dunia ini.

"Kau mencurinya dariku dan aku tidak akan pernah memilikinya apapun yang kulakukan."

"Jadi hanya karena ini, kau berniat membunuhku?"

"Karena ini, kau memiliki cinta Yi Huai dan cinta Mo Lian Cheng juga. Dan aku? Aku tidak memiliki apapun. Jika aku tidak bisa menyingkirkanmu dari hatinya maka yang bisa kulakukan adalah menyingkirkanmu dari dunia ini!"


"Tapi aku saudara kandungmu!... Baiklah, kau istirahatlah dengan baik. Aku tidak akan pernah datang lagi."

Tapi saat Xiao Tan mau pergi, Pan Er mengaku bahwa menyangkut insiden di teater itu,  dia dan ibunya hanya bidak yang dimanfaatkan oleh orang lain.

Dia hendak memberitahu Tan Er bahwa yang sesungguhnya ingin mencelakai Tan Er adalah Ibu Suri saat tiba-tiba saja sebuah senjata melesat begitu cepat dan menancap ke lehernya Pan Er.

Panik, Tan Er langsung memanggil Yu Hao dan menyuruhnya mengejar si pembunuh. Pokoknya dia harus menemukan siapa pembunuhnya.

"Tadinya aku ingin memperbaiki hubungan persaudaraan kalian demi Tan Er. Tapi tak pernah kusangka..."


Kasim Li datang menghadap Ibu Suri dan melaporkan tentang Pan Er yang sama sekali tak berubah sejak dia pulang, malah semakin memburuk saja kelakuannya.

Dia bahkan hampir saja mencelakai Ibu Suri, tapi Kasim Li sudah membereskannya sekarang.

"Mulai sekarang, anda bisa tenang, Ibu Suri."

"Selama Qu Tan Er masih hidup setiap hari, bagaimana aku bisa tenang?"


Sejak malam itu, Yi Huai sekarang sudah berubah total, bahkan penampilannya pun berubah dan tampak lebih jahat. Kedua penyihir menemuinya untuk mempertemukan Yi Huai dengan Raja Iblis.

Yi Huai langsung protes mengkritiki kedua anak buah si Raja Iblis yang tidak becus ini. Sekarang Mutiara Penekan Jiwa sudah jatuh ke tangan Lian Cheng. Tak ada yang bisa dia lakukan sekarang. Karena si Raja Iblis tahu banyak hal, kenapa dia turun tangan sendiri saja?

"Putera Mahkota terlalu meremehkan diri sendiri. Kekuatanmu sekarang beda dari sebelumnya."


Dia membuktikannya dengan menyuruh kedua anak buahnya menyerang Yi Huai, dan Yi Huai langsung bisa mengalahkan mereka dengan cepat dan mudah. Raja Iblis berkata kalau dia tidak bisa bertindak sendiri, tapi dia sudah memberikan kekuatannya pada Yi Huai.

"Kurasa dengan kekuatanmu ini, tak ada yang tak bisa kau lakukan."

Yi Huai senang, sepertinya Mo Lian Cheng bukan tandingannya lagi sekarang. Tapi mutiara itu tidak berguna bagi Yi Huai. Jadi kenapa juga dia musti membantu Raja Iblis?

Raja Iblis mengingatkan kalau kekuatan yang Yi Huai miliki sekarang berasal darinya dan mutiara itu berguna untuknya. Yang artinya, mutiara itu juga akan berguna bagi Yi Huai.

"Lagipula, apa kau bisa tenang membiarkan Mo Lian Cheng menjaga Mutiara Penekan Jiwa?"

"Benar juga. Tapi sekarang mereka lebih waspada dari sebelumnya. Mencurinya dengan gegabah, pasti tidak akan berhasil. Sekarang, kita hanya bisa memasang perangkap dan mengambilnya diam-diam."

"Baiklah. Kami akan bertindak sesuai rencanamu."


Keesokan harinya, Yi Huai pergi menemui Kaisar. Tapi saat Kaisar tanya untuk apa Yi Huai menemuinya, Yi Huai malah bilang kalau dia masih harus menunggu seseorang dulu.

Ibu Suri datang tak lama kemudian. Kaisar tanya ada apa Ibu Suri datang kemari. Ibu Suri malah heran, bukankah Raja yang memanggilnya kemari untuk mendiskusikan masalah penting?

Yi Huai mendadak berlutut dan minta dihukum dengan alasan kalau dia memalsukan titah kerajaan hari ini untuk membuat Ibu Suri datang kemari. Ibu Suri langsung ngomel-ngomel kesal dan Kaisar tanya kenapa Yi Huai membuat keributan hari ini.


Dengan dramatisnya Yi Huai beralasan kalau dia sengaja melakukannya karena Ibu Suri salah paham terhadapnya. Ibu Suri pasti mengira kalau dialah yang menyerang Lian Cheng.

Dia tidak peduli dengan omongan orang lain. Tapi dia tidak tahan dengan kesalahpahaman dalam keluarga.

Karena itulah, demi membersihkan namanya, demi melindungi hubungan persaudaraan dan anggota keluarga, Yi Huai meminta Kaisar untuk menurunkannya dari posisi Putera Mahkota dan memberikannya pada Lian Cheng.

Semua orang jelas terkejut mendengarnya. Kaisar langsung membentaknya marah, bisa-bisanya dia mengatakan sesuatu yang tidak bertanggung jawab. Menobatkan Putera Mahkota itu sangat penting. Pergi dan renungkan kesalahannya.


Ibu Suri setuju-setuju saja dengan penurunan Yi Huai dari posisi Putera Mahkota dan menasehati Kaisar untuk menuruti kemauan Yi Huai saja. Kaisar menolak dan memperingatkan Ibu Suri untuk tidak mengungkit masalah ini lagi.


Yi Huai tiba-tiba mengambil pedang lalu menempelkannya ke lehernya sendiri dengan lebay, ngotot memaksa Kaisar untuk menurunkannya dari posisi Putera Mahkota. Jika Kaisar tidak mengizinkannya, maka dia tidak akan punya muka untuk terus hidup. Lebih baik dia mati saja.


Kaisar jadi galau, kenapa Yi Huai musti memaksanya? Ibu Suri lebih heran dengan sikap Kaisar, kenapa Kaisar ngotot menolak permintaan Yi Huai. Lebih baik dia menobatkan Lian Cheng, itu akan memuaskan semua orang.

Kaisar tetap menolak, "Cheng'er tidak akan bisa mengambil tahta!"

"Kenapa tidak?"


Yi Huai diam-diam tersenyum licik. Dia sudah tahu apa alasannya karena kemarin Raja Iblis memberitahunya sebuah rahasia.

Lian Cheng adalah cucu kesayangan Kaisar terdahulu. Jadi Kaisar terdahulu pasti meninggalkan wasiat yang mengatakan kalau hidup Lian Cheng tidak akan lama. (What?! Itukah arti dari puisi yang ditinggalkannya?)


Kaisar mengaku pada Ibu Suri bahwa sebelum Kaisar terdahulu pergi, beliau memberitahunya sebuah rahasia. "Cheng'er tidak akan hidup lebih dari 25 tahun."

Shock, Ibu Suri langsung lemas dan berlinang air mata. Kaisar mengaku kalau awalnya dia berharap itu tidak benar. Tapi saat Ayahanda memberitahunya, beliau sangat serius.

Kaisar tidak tahu bagaimaa Ayahandanya bisa mengetahui hal itu. Tapi mereka berdua tahu kalau Kaisar terdahulu memang orang yang tak bisa diduga. Beliau tidak akan bicara sembarangan.


Kaisar lalu mengambil pedang itu dari tangan Yi Huai. "Aku tahu kau sangat menderita. Tapi pemerintahan Dong Yue tidak bisa mengubah penguasanya semudah itu. Demi tujuan jangka panjang, hanya kau yang bisa menanggung tanggung jawab besar ini."

Yi Huai berkata kalau dia menyesali kesalahannya hari ini dan berjanji akan bekerja lebih keras kedepannya demi Dong Yue dan Adik Ke-8.


Kasim Li menuntun keluar Ibu Suri yang masih lemas. Tapi kemudian, Yi Huai menghentinknanya dengan alasan ada hal penting yang harus dia katakan.

Dia mengklaim kalau dia punya cara untuk menyelamatkan nyawa Lian Cheng. Tentu saja ucapannya itu sukses menarik perhatian Ibu Suri.

Bersambung ke episode 18

Post a Comment

0 Comments