Sinopsis Suddenly Seventeen - Part 1

Sinopsis Suddenly Seventeen - Part 1

Suatu pagi, seorang wanita memulai rutinitas hariannya dengan berpakaian feminin, berdandan cantik dan tak lupa mengecek berat badannya. Dia lalu membuat sarapan dengan penuh cinta untuk kekasihnya yang masih tidur.


Wanita itu memperkenalkan dirinya adalah Liang (Ni Ni) dan telah menjalin hubungan dengan kekasihnya selama 3.656 hari (10 tahun). Selama itu pula, dia selalu menampilkan wajah cantik sebelum kekasihnya bangun.

Kekasihnya Liang yang tampan, Mao (Wallace Huo), akhirnya bangun dan langsung sibuk mengecek pekerjaannya. Liang bercerita bahwa setelah 10 tahun berlalu, segalanya masih sama, Mao masih tampan seperti dulu.

Tapi hari ini ada yang beda, "Hari ini dia akan melamarku. Dan mungkin aku akan bilang 'Ya'."

Saat mereka sarapan. Liang terus menatap Mao dengan pandangan penuh cinta, menanti Mao melamarnya. Tapi Mao malah sibuk terus dengan tabletnya. Mao malah bingung sendiri kenapa Liang menatapnya begitu, ada apa.

"Kau saja yang katakan."

Mao jadi semakin bingung, "Tidak ada apa-apa."


Tak percaya, Liang langsung mengambil kotak cincin berlian dari dalam jasnya Mao. Liang sudah bahagia banget, tapi Mao malah bilang kalau itu milik Istrinya Tuan Gao (Bosnya Mao) yang suka berlian. Sekarang ini adalah masa-masa penting bagi perusahaannya dan Tuan Gao sangat penting.

Kecewa, Liang menaruh berlian itu ke meja, teringat 10 tahun yang lalu saat Mao menembaknya dan berjanji kalau mereka akan menikah 10 tahun yang akan datang dan punya banyak anak. Tapi sekarang, Mao tampaknya lupa dengan janji itu.

Mao ditelepon Tuan Gao saat itu dan langsung pergi, sama sekali tidak memperhatikan kekecewaan yang terlihat jelas di wajah Liang. Hancur sudah harapan Liang.


Frustasi, dia langsung mengeluarkan sebuah brangkas rahasia kecil yang berisi aneka snack. Ah, pantesan dia suka menimbang berat badan, karena dia bisa menghabiskan semua snack itu saat sedang stres.

Dia lalu menyalakan TV tapi yang muncul cuma satu saluran home shopping. Entah bagaimana, Promotor-nya seolah tahu apa yang sedang dilakukan Liang sekarang dan masalah yang menimpanya. Si Promotor secara blak-blakan bilang kalau dia (Liang) sudah kehilangan daya tariknya karena dia sudah tua.

Tapi dia punya solusi untuk itu... sekotak coklat yang bernama 'Coklat Ajaib Muda dan Bahagia Selamanya'. Terbuat dari coklat langkah yang ditemukan di hutan hujan. Dimakan sekali bisa membuatmu bahagia, dimana 2 kali bisa membuatmu gila, dimakan 3 kali bisa membuatmu merasa bagai di surga.

Tertarik, Liang langsung mengangkat teleponnya untuk memesan coklat itu. Orang di seberang dengan antusias mengucap selamat untuk Liang karena dia sudah memenangkan kesempatan seumur hidup.


Liang lalu menemui temannya yang berprofesi sebagai peramal, Bai Xiao Ning. Dan sesuai ramalannya, dia menyarankan Liang untuk memaksa Mao untuk melamarnya besok. Menurut kalender Cina, besok adalah saat yang paling tepat untuk memaksa seseorang menikah dan melakukan penipuan. Pfft!

Kebetulan besok adalah hari pernikahannya Xiao Ning, jadi dia menyarankan Liang untuk melakukannya di acara pernikahannya besok. Liang tidak mau, itu kan acaranya Xiao Ning. Tidak masalah, toh ini resepsi pernikahan mereka yang ke-4.

"Lagipula, kau adalah sahabatku. Kebahagiaan seumur hidupmu sepadan dengan pernikahanku."

Tapi tetap saja Liang ragu, "Aku tak tahu bagaimana perasaan Mao nanti?"

Xiao Ning meyakinkan Liang untuk tidak ragu, lakukan saja. Besok adalah momen yang sangat tepat, di sebuah pernikahan, dengan disaksikan orang banyak. Mao pasti akan bilang 'iya'.


Keesokan harinya saat Liang baru saja tiba di tempat resepsi, seseorang tiba-tiba saja muncul menghadang mobilnya. Liang sontak mengerem mendadak. Yang menghadangnya ternyata si Promotor coklat yang ada di TV kemarin dan dia datang khusus untuk menyerahkan coklat pesanan Liang secara langsung.

Jelas saja Liang heran, "Dari mana kau tahu aku akan ada di sini?"

"Perasaanku mengatakan begitu. Pokoknya, aku doakan kau selalu muda dan bahagia." Kata si prmotor ambigu. Anehnya, belum juga satu menit Liang mengalihkan pandangan, orang itu tiba-tiba saja menghilang seolah tak pernah ada. Liang mengecek coklatnya sebentar lalu menaruhnya begitu saja di jok.


Acara sudah dimulai tapi Mao belum juga datang. Sang pengantin pria, Mr. Oreo, menghadiahi pengantinnya dengan sebuah hiasan berbentuk kura-kura berlapis emas dan berkata, "Aku akan mencintaimu selamanya."

Liang ikut terharu melihatnya. Mao akhirnya datang tak lama kemudian. Liang dan Xiao Ning pun memulai rencana mereka. Xiao Ning mengumumkan kalau dia tidak akan melempar buket, melainkan langsung menyerahkannya pada Liang dan memaksa Mao untuk maju ke panggung.

Dia lalu mengumumkan pada para tamu tentang Liang dan Mao yang telah bersama selama 10 tahun dan berharap mereka berdua bisa mengikuti jejaknya dan sang suami. Sontak para tamu undangan bersorak menyemangati Mao untuk melamar Liang.


Liang pun langsung menatap Mao dengan penuh harap. Kejadian ini mirip dengan saat Mao menembaknya dulu. Waktu itu Liang tanya berapa lama mereka akan bersama, 1 tahun? Tidak, 1 tahun tidak cukup bagi Mao. Kalau begitu, 5 tahun? Tidak cukup juga. 10 tahun? Tetap belum cukup.

"Lalu setelah (10 tahun) apa?" Tanya Liang waktu itu.

"Aku ingin menikahimu dan punya banyak anak," kata Mao.


Mendapat kekuatan dari kenangan itu, Liang pun memberanikan diri melamar Mao dan berkata bahwa dia benar-benar bersyukur bersama Mao selama 10 tahun terbaik dalam hidupnya ini. "Kau akan selalu jadi pangeranku satu-satunya."

Tapi tak ada senyum sedikitpun di wajah Mao. Dia malah terang-terangan mengingatkan Liang kalau mereka tidak boleh menganggu acara pernikahan orang lain lalu pergi begitu saja begitu mendapat telepon dari Tuan Gao.


Shock, Liang langsung mengejarnya. Dia berusaha ngebut secepat mungkin sambil terus berusaha menelepon Mao. Tapi Mao malah semakin mempercepat laju mobilnya dan baru mengangkat teleponnya Mao beberapa saat kemudian. Dan satu-satunya hal yang dia katakan malah minta putus.

Sayangnya, dia tak bisa mengejar Mao lagi karena tiba-tiba saja dia terhalang lampu merah dan mobilnya Mao sudah terlalu jauh meninggalkannya. Air mata Liang pun mengalir, tepat saat hujan deras tiba-tiba mengguyur saat itu juga.


Berusaha menguasai emosinya, Liang pun memakan satu-satunya makanan yang ada di sana, sebutir Coklat Ajaib Muda dan Bahagia Selamanya. Petir menggemuru saat lampu lalu lintas berubah hijau.


Liang pun kembali mengemudikan mobilnya dengan linglung. Namun di tengah jalan, tiba-tiba saja terjadi sesuatu yang aneh dalam diri Liang hingga dia blank dan tak sengaja menabrak mobil yang ada di depannya.

Saat Liang mengangkat pandangannya, entah kenapa segala sesuatu di hadapannya tampak begitu kabur. Dia tidak bisa melihat dengan jelas wajah si pengemudi yang mobilnya dia tabrak, dia bahkan tidak bisa mendengar omelan si pengemudi.


Saat dia keluar, satu-satunya yang bisa dia lihat adalah pantulan cahaya yang begitu menyilaukan. Lalu mendung di langit tiba-tiba pergi dan berganti sinar mentari yang terik. Saat itulah pandangan matanya mulai fokus menatap bayangannya di kaca, tapi dia malah tampak shock seolah baru pertama kali melihat wajahnya sendiri.

Dan saat itu pula dia mulai bisa mendengar omelan si pengemudi. Tapi alih-alih bicara baik-baik dan bertanggung awan, Liang malah balik nyolot. Dan saat si pengemudi menelepon polisi lalu lintas, Liang malah kabur.


Di tengah jalan, dia melihat iklan UEFA tahun 2016 lalu seorang pria memberinya selebaran promosi berhadiah kalender tahun 2016. Anehnya, Liang malah bingung dan tanya. "Sekarang tahun 2016? Bukan tahun 2005?"

"Jangan bilang kalau kau penjelajah waktu," dengus pria itu geli. (Wah, jangan-jangan Liang kembali muda lagi?)

Lebih anehnya lagi, saat smarphone-nya berbunyi dari Xiao Ning, dia bingung sendiri dan tak tahu cara mengoperasikan benda itu sampai pria itu harus mengajarinya. Begitu tersambung, Liang langsung mewek, meminta Xiao Ning menyelamatkannya.


Beberapa saat kemudian, Liang memperhatikan wajah Xiao Ning. Tak percaya kalau wanita di hadapannya ini adalah temannya lalu bertanya ini-itu seolah tak pernah tahu tentang kehidupan Xiao Ning.

"Berapa umurmu?" Heran Xiao Ning.

"17 lah."

"Siapa suamimu?"

"Nick Carter dan Brian Littrell."

"Astaga! Pikiranmu menjelajah waktu. Jadi sekarang, kau bukan Liang. Melainkan Liang Kecil."

"Jadi aku umur berapa?" Tanya Liang. Xiao Ning memberi tanda dengan jarinya. Liang kaget, 28 tahun?


Kalau begitu, tak ada ujian masuk universitas? Dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan? Xiao Ning manggut-manggut canggung. Liang makin bahagia mendengarnya. Kalau begitu, apa sekarang dia sudah menjadi pelukis terkenal? Berapa banyak pameran yang sudah dia buat? Berapa banyak penghargaan yang sudah dia menangkan?


Xiao Ning menjawabnya dengan menunjukkan foto mesranya dengan Mao. Cowok inilah satu-satunya penghargaan Liang. Mao, umur 34 tahun, CEO di sebuah perusahaan design dan punya gangguan kepribadian obsesif.

Liang Kecil sungguh tak percaya melihat semua ini. Dia tidak mau cowok semacam ini. Tapi Xiao Ning berkata bahwa Liang mengorbankan segalanya hanya demi pria ini. Liang Kecil menduga kalau pria ini pasti mengontrolnya dengan sangat ketat setelah mereka menikah, yah? Tidak, mereka sudah bersama selama 10 tahun, tapi belum menikah sampai sekarang. Bahkan hari ini, dia gagal melamar Mao.

"Jadi, aku bukan pelukis? Tidak pernah belajar di Perancis. Jadi aku... apa?" Tanya Liang Kecil. Xiao Ning cuma menjawabnya dengan menunjuk foto Mao. "Si*lan!"


Dia langsung menggebrak meja saking kesalnya. Tapi tak sengaja tangannya mendarat di tabletnya Mao dan seketika itu pula, tablet itu bicara padanya. Liang Kecil langsung heboh mengagumi alat canggih yang baru dilihatnya itu.


Liang Kecil langsung ganti baju dengan gaya tomboi, benar-benar berbeda dari Liang yang biasanya selalu feminin. Xiao Ning senang, dia memang lebih suka gayanya Liang semasa umur 17 tahun.

Liang Kecil lalu memasukkan tabletnya Mao dan berniat mau pergi. Tapi Mao pulang saat itu juga. Liang dan Mao akhirnya duduk bersama untuk membicarakan masalah diantara mereka.


Mao tetap pada keputusannya untuk putus. Dia merasa hubungan mereka stagnant dan dia terlalu takut memikirkan kemungkinan masa depan mereka juga akan terus seperti ini. Dia tahu kalau Liang tidak mau bekerja dan dia juga tak ingin membebani Liang. Jadi dia meminta Liang untuk menyebutkan permintaan apapun yang diinginkannya.

Yang tidak Mao ketahui, Liang yang di hadapannya ini, bukan Liang yang biasanya. Dia malah merasa tersinggung dengan ucapan Mao tadi dan langsung melabraknya. "Siapa bilang kalau aku tidak mau bekerja? Kaulah alasan aku tidak bisa melukis dan tidak bisa pergi ke Perancis."


Hanya karena Mao pakai hairspray dan memakai setelan jas, bukan berarti Mao bisa membulinya. "Kau bahkan bukan tipeku sama sekali."

"Kalau aku bukan tipemu, lalu kenapa kau menyebutku 'Satu-satunya pangeranmu'?"

"Pangeran apaan? Lebih baik kau jadi Monkey King saja, dan aku jadi Xena. Kau bilang aku bisa buat permintaan, kan? Aku minta kau pergi, ini rumahku!"

Liang pun langsung pergi. Xiao Ning yang sedari tadi merekam segalanya, benar-benar bangga pada temannya itu.


Dalam perjalanan naik taksi, Liang benar-benar terkagum-kagum melihat berbagai kecanggihan arsitektur modern di sepanjang jalan. Supir taksi lalu menyalakan radio yang menyiarkan berita kalau Nick Carter baru saja memposting fotonya bersama istrinya.

Liang shock, "Suamiku sudah menikah? Dan bukan aku pengantinnya?"

Mereka lalu pergi ke diskotik. Tiba-tiba saja lagu berganti jadi lagu lawas jamannya Liang kuliah dulu. Dia sontak turun ke lantai dansa dan joget-joget gaje. Tapi lama-lama semua orang mulai mengikuti tariannya.


Sementara Liang bersenang-senang, Mao sedang galau setelah mendapat telepon dari asistennya. Tabletnya hilang dan tidak ada di rumah maupun di kantor. Dia mencoba menghubungi Liang tapi tidak diangkat, malah melihat postingan Liang yang sedang pesta.

 

Berterima kasih atas semua hadiah aksesoris gaje yang diterimanya dari teman-teman barunya, Liang seenaknya menghadiahi mereka dengan tabletnya Mao yang jelas saja langsung jadi rebutan.

Liang benar-benar bahagia... saat tiba-tiba saja, sesuatu yang aneh kembali terjadi padanya. Segalanya tampak kabur dan saat pandangannya kembali fokus, dia tampak seperti orang bingung. Dia bahkan mengira kalau Xiao Ning lah yang membawanya kemari.

"Kau sendiri yang minta ke sini," protes Xiao Ning.

Tiba-tiba dia sadar, Liang sudah kembali ke dirinya yang sekarang. Liang bingung, maksudnya apa? Xiao Ning dengan antusias memberitahukan hal aneh yang terjadi pada Liang dan betapa kerennya dia tadi saat mengusir Mao. Liang mengira kalau Xiao Ning pasti mabuk. Xiao Ning menyangkal dan langsung memperlihatkan video yang direkamnya tadi.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments