Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 14 - 5

Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 14 - 5

Tapi Por Date justru mengarahkan keris itu ke lehernya sendiri yang jelas saja membuat Kade makin panik. Por Date mengancam Kade untuk berjanji tidak akan melakukan hal berbahaya seperti ini lagi atau dia akan membunuh dirinya sendiri.

"Aku janji! Aku janji tidak akan melakukan itu lagi dan membahayakan diriku sendiri! Tolong turunkan itu, kau berdarah!"


"Asal kau tahu saja, saat aku mendengarmu merapal mantra itu untuk masuk ke sana, aku hampir saja mati di tempat. Kalau sampai ada sesuatu yang salah, nyawamu bisa terancam!"

Kade akhirnya berhasil menjauhkan keris itu dari leher Por Date lalu menekan lehernya yang berdarah dengan sapu tangan. Tapi Por Date bahkan tak mempedulikan lukanya sendiri dan menggenggam tangan Kade.

Dia mengerti kalau Kade itu pemberani. Dia jauh lebih berani daripada pria dan melakukan hal-hal yang biasanya tidak dilakukan oleh seorang wanita.

Tapi dia juga tidak pernah mendengarkan siapapun yang mencoba menghentikannya. Dia hanya diam sebentar, sebelum kemudian bikin ulah lagi. Apa Kade lupa kalau di sini, dia hanya punya satu nyawa?


"Dan sekarang hidupmu terikat dengan hidup orang lain. Kalau sampai terjadi sesuatu padamu, aku tidak akan bisa hidup. Lebih baik aku saja yang mati lebih dulu."

Kade sontak menangis mendengarnya. Dia sungguh menyesal, dia janji takkan pernah melakukannya lagi. Por Date pun langsung menarik Kade ke dalam pelukannya dan mengecup lembut kening dan pipi Kade. Dan Kade lalu mengecup err... dagu Por Date? Wkwkwk! Mungkin maksudnya mau ke bibir tapi nggak nyampe gitu kali.

Por Date kaget dibuatnya lalu dengan canggung bertanya. "Apa kau... bisa berciuman seperti orang Perancis?"


Kade mengangguk lalu menutup matanya. Por Date pun mendekat dan menci*m Kade. Tapi saat dia berusaha menarik Kade mendekat, dia menekan lengan Kade agak keras yang kontan membuat Kade berjengit kesakitan.

Ternyata pelurunya Desfarges tadi menggores lengannya Kade dan dia baru menyadarinya sekarang. "Aku hampir saja mendapat klimaks adegan kematian! Entah apakah aku harus lega atau menyesal." Batin Kade sambil manyun.


Por Date sontak ngomel-ngomel lagi. "Aku tanya, kau malah bermuka seperti itu. Apa kau kena tembak? Luka apa itu?"

"Iya. Tembakan Jenderal Desfarges sangat hebat hingga kekuatan peluru itu membuatku kehilangan keseimbangan. Untung saja aku menutup mulutku. Jika tidak, mereka pasti akan melihatku."

Tapi aneh sekali. Kenapa pelurunya tidak menembus kulitnya? Saat itulah Por Date baru sadar kalau tali suci di tangan Kade menghilang entah ke mana. Dan hal itu sontak membuat Por Date ngomel-ngomel lagi memarahi Kade.


"Kalau bukan karena tali suci pemberian Guru Chiparakao, kau pasti akan terkapar mati di rumah Phraya Wichayen sana! Kau lihat kan sekarang, betapa buruknya perbuatan sembronomu ini?!"

Mantra tak terlihat itu hanya digunakan untuk melarikan diri dan bukannya untuk membahayakan diri sendiri seperti ini. Kalau saja Kade tidak keluar tepat waktu, konsekuensinya akan jauh lebih buruk daripada ini.

Por Date sudah pasti tidak akan tinggal diam di luar. Dia pasti akan menerobos masuk dan membahayakan nyawanya sendiri demi Kade.

"Aku janji aku tidak akan melakukannya lagi. Tolong, percayalah padaku."
Tapi Por Date tidak menjawab dan langsung beranjak bangkit, mengambil kerisnya, dan mengajak Kade pulang. Tapi Kade tiba-tiba menariknya kembali untuk menggenggam tangan Por Date dan Por Date pun langsung menautkan jari mereka.

 

Begitu mereka pulang, kedua pelayan Kade membuatkan obat untuk mengobati luka lengan Kade. Por Date yang cemas dan gelisah, langsung saja masuk ke dalam dan kontan membuat duo pelayan panik memintanya untuk menunggu di luar.

Por Date menolak dan ngotot mau tetap di sini walaupun dia tetap bersikap sopan dengan memalingkan wajahnya. Dia bahkan tidak sabaran saat kedua pelayan kelamaan mengobati Kade.

"P', apa kalian tahu bahwa di lehernya Ork Phra ada luka?"

"Apa yang terjadi, jao ka?" Cemas duo pelayan.

"Karena khawatir." Ucap Kade sambil menatapnya dengan penuh cinta.

Melihat interaksi keduanya, Pin dan Yam pun tahu diri untuk bergegas keluar kamar. Por Date benar-benar sangat cemas, tapi Kade meyakinkan kalau dia baik-baik saja.

Pin tiba-tiba minta izin untuk pergi meramu obat. Yam juga mau ikut, tapi Pin langsung protes menyuruh Yam untuk tetap di sana. Yam jadi galau. Tapi syukurlah Por Date akhirnya mengalah dan menyatakan kalau dialah yang akan pergi.


Setelah Por Date pergi, Kade langsung membuka buku jurnalnya dengan galau. Sejarah memang menyebutkan Phaulkon berhasil membujuk Jenderal Derfarges untuk mengirim pasukan ke Lavo, tapi tidak ada catatan terjadinya perang.

Karena pada akhirnya pasukan itu tidak pernah datang. Karena itulah, Kade memutuskan untuk tidak memberitahu Por Date tentang apa yang dia dengar. Jika dia bilang-bilang, maka peperangan yang tak pernah terjadi, mungkin saja malah akan terjadi.


Janward dan Reung bersiap untuk tidur. Janward bertanya-tanya akahkan dia melahirkan sebelum hari pernikahan Por Date dan Kade? Dia tak enak kalau orang lain memandanginya nanti.

Reung kontan memeluk istrinya itu dan berkata bahwa walaupun dia tidak sedang hamil, orang-orang akan tetap memandangi Janward karena istrinya ini sangat cantik.

"Mulutmu sangat manis. Aku ngantuk sekarang." Tapi tiba-tiba Janward merasakan sakit yang luar biasa di perutnya yang kontan membuat Reung ketakutan sekaligus bahagia karena buah hati mereka akan lahir.


Beberapa hari kemudian, Khun Ying gelisah. Sudah beberapa hari Janward melahirkan dan pernikahan Kade tinggal menunggu hari, tapi sampai sekarang Kade masih saja belum luluran untuk acara pernikahannya.

Prik mendadak nyinyir mengingatkan Khun Ying untuk tidak ikut campur, itu kan tubuhnya Kade sendiri. "Bukan anda yang akan menikah."

Khun Ying jelas kesal. "Kau itu majikan atau pelayan?"

"Pelayan, jao ka. Kalau saya majikan, maka saya akan bicara lebih daripada ini, jao ka."

"Ee Prik!" Khun Ying sontak melempar kipasnya ke Prik.

"Oh-ho! Aku akan menemui Mae Ying Karakade saja, jao ka!" Sentak Prik lalu pergi sambil menghentak-hentak kakinya dengan kesal.

 

Kade sendiri masih terus sibuk mencatat buku jurnalnya saat Prik berusaha membujuknya untuk luluran. Dia jelas menolak luluran sekarang karena harus menuangkan apa yang ada di kepalanya, takutnya lupa kalau ditunda.

"Tidak masalah kalau anda lupa. Itu bagus biar anda tidak perlu menyia-nyiakan pikiran anda. Pernikahan anda sangat penting, Ork Ya Thun sudah mendapatkan tanggal dan waktu yang paling baik. Kalau anda tidak peduli, itu namanya tidak sopan pada Thun. Khun Ying sangat sedih. Melakukan itu pada tetua, dosa loh, jao ka. Oke, jao ka?"

Bujukan Prik sukses, Kade akhirnya mengalah dan meninggalkan tulisannya.

 

Tibalah saatnya acara lamaran Kade. Setelah kedua calon pengantin bersujud pada Phetracha, Khun Ban mewakili pihak keluarga Kade, menghitung uang mahar dari keluarga Por Date yang jumlahnya cukup banyak.

Setelah itu, para tetua mulai memakaikan tali gelang di masing-masing tangan kedua calon pengantin sambil memberi mereka petuah.


Malam harinya, Janward menemani Kade tidur. Kade tampak begitu bahagia sambil melamun menatap bulan. Janward sampai tidak tahan untuk menggodanya.

"Karangan bungamu sangat suay (cantik). Kau sangat berbakat." Puji Kade mengalihkan topik.

"Suay?" Janward tidak mengerti.

"Suay soot yot (sangat cantik). Terima kasih kau mau tidur bersamaku."

"Aku takut kau akan kesepian. Berdasarkan tradisi, kau harus tinggal di sini selama 3 malam. Apa kau sanggup?"

"Bisa-lah. Kenapa juga tidak bisa?"

"Kupikir kau akan... gugup karena malam pengantinmu."

"Iya sih. Seperti kau saat hari pernikahanmu, kan?" Kedua wanita itu sontak tertawa barengan.


Hari pernikahan pun tiba, Prik heboh memberi perintah sana-sini, sementara si pengantin wanita sedang didandani dengan berbagai macam perhiasan emas di seluruh tubuhnya sampai tangannya penuh dengan gelang-gelang emas besar-besar.

"Apa aku harus memakai semua ini?" Heran Kade

Pengantin pria datang tak lama kemudian. Dan setelah kedua pengantin melakukan serangkaian prosesi, biksu memberkati mereka dengan menciprati kedua pengantin dan tamu lainnya dengan air suci.


Acara pernikahan itu selesai malam harinya. Kedua pengantin pun masuk ke kamar pengantin dan duduk di ranjang pengantin mereka dengan gugup. Kade mulai mencopoti semua perhiasannya saat Por Date tanya apakah Kade sudah memakai semua perhiasan itu?

"Tidak, jao ka."

Mendengar itu, Por Date langsung menyodorkan sebuah wadah perhiasan yang di dalamnya berisi aksesoris ruby-nya Kade yang dulu rusak.

"Aku memperbaikinya untukmu."


Saking senangnya, Kade sontak memeluk Por Date erat-erat lalu cup! mengecup pipi Por Date. "Terima kasih."

Por Date lalu membantu mengalungkan aksesoris itu baju Kade. Kade berterima kasih sekali lagi sebelum kemudian memeluk Por Date lagi.

"Apa kau pernah memainkan loh sum pao (menaiki kapal, yang juga bisa diartikan bercinta)?" Tanya Por Date

"Kapal? Aku cuma pernah melihatnya, tapi aku tidak pernah menaiki som pao (kapal dagang)." Ucap Kade nggak nyambung.


"Begitu? Kemarilah... aku akan mengajarimu." Por Date dengan lembut mendekatkan Kade padanya lalu menci*m bibirnya.

Bersambung ke episode 15

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam