Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 12 - 5

Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 12 - 5


Por Date galau harus bagaimana dan langsung memalingkan mukanya. Bingung, Kade sontak berpaling ke arah lain sambil bertanya-tanya apa sebenarnya maunya Por Date.

Tiba-tiba Por Date memanggilnya, Kade pun berpaling kembali dan langsung tercengang mendapati wajah Por Date yang sangaaaaat dekat dengan wajahnya.


"Besok aku akan bepergian sangat jauh, apa kau tidak ingin memberikanku sesuatu sebagai kenang-kenangan darimu?"

Saat Kade masih saja diam, Por Date berniat semakin mendekat. Tapi Kade terlalu gugup dan sontak mencegah Por Date mendekat dengan meletakkan tangannya di dada Por Date.

Por Date sontak menggenggamnya erat yang jelas saja membuat Kade jadi tambah gugup. Apalagi Por Date mendadak mendekatkan wajahnya. Kade sontak panik menjauhkan diri darinya dan tanya barang apa yang Por Date inginkan darinya.

"Sesuatu yang kau gunakan setiap hari. Sesuatu yang dekat denganmu. Sesuatu yang bisa membuatku teringat padamu setiap kali aku melihatnya. Sesuatu yang membuatku merasa hangat saat aku berada di tempat yang jauh, tapi kau akan tetap menungguku dan tidak akan goyah ke arah lain."


"Kalau begitu, tunggu di sini." Kade lalu cepat-cepat masuk untuk menyembunyikan pipinya yang mulai memanas, tapi dia tidak sadar kalau Por Date sebenarnya diam-diam mengintipnya dari pintu.

Dia lalu mengambil bantalnya untuk diberikan ke Por Date. "Aku tidur dengan bantal ini setiap hari. Kuberikan padamu untuk mengistirahatkan kepalamu. Di sana sangat dingin. Jika kau tidak tahan untuk memiliki seorang istri farang, maka tidurlah di bantal ini, mungkin ini bisa mengekangmu. Kalau kau bisa menunggu, aku akan menjaga diriku dan menunggumu kembali, jao ka."

Senang, Por Date menerima bantal itu sambil menggenggam tangan Kade lalu menarik Kade ke dalam pelukannya dan berkata. "Aku janji."

Begitu kembali ke kamarnya, Por Date menciuminya dan memeluk bantal itu dengan sayang.

 

Dan akibatnya, Kade jadi tidur tanpa bantal sampai lehernya kaku saat dia terbangun keesokan subuh. Duo pelayan bingung kenapa dia mendadak sakit leher.

"Aku tidur tanpa bantal."

"Ke mana bantal anda, jao ka?"

"Sudah tidak ada di sini lagi."

"Lalu di mana? Bantal anda?" Tuntut Yam. Malu mengakuinya, Kade bergegas kabur dari mereka.


Para pelayan mulai mengeluarkan semua barang-barang Por Date ke perahu. Por Date sendiri keluar tak lama kemudian dengan menggunakan baju buatan Kade dan menggotong buntelan besar yang pastinya bantalnya Kade.

Kade keluar bersama kedua pelayannya dan saat itulah dia baru menjawab pertanyaan Yam dengan menunjukkan buntelan besar yang dibawa Por Date. Oh, mereka mengerti.

Ayah penasaran buntelan itu apa dan menyarankan Kade untuk menyerahkannya pada pelayan saja. Tapi Por Date bersikeras mau membawanya sendiri. Dia lalu meletakkan buntelan itu di lantai lalu bersujud di kaki kedua orang tuanya.

Kade merasa aneh melihat pemandangan itu. "Orang-orang di sini tidak memeluk orang tuanya?"

Ayah dan Khun Ying memberinya restu. Tapi Ayah penasaran banget dengan buntelan itu, ia mencoba mengangkatnya dan mendapatinya ringan. Ini apa? Apa bajunya Por Date? Suruh Joi saja yang membawanya.

Tapi Por Date langsung mengambil buntelan itu dari tangan Ayah. "Ini benda penting." Ujar Por Date sambil melirik Kade.


Por Date berpesan pada Prik untuk menjaga ibunya dengan baik sebelum kemudian pamitan ke Kade. "Aku akan pergi sangat lama. Kau harus menjaga dirimu sendiri dengan baik, dan jangan bersedih."

"Ya, jao ka."

"Jangan... memiliki orang lain."

Por Date melangkah pergi, tapi rasanya berat hingga dia berbalik lagi untuk memandangi Kade untuk yang terakhir kalinya. Kade sontak dadah-dadah padanya sambil senyum manis. Tapi Por Date dengan cepat mengisyaratkannya untuk menghentikan lambaian tangannya itu.

Bahkan saat dia berjalan ke dok, rasanya benar-benar berat meninggalkan Kade. Dia terus berbalik memandang rumah itu yang kontan membuatnya teringat saat Kade memberikan bantal itu padanya sebagai pengekang agar dia tidak memiliki wanita lain di negara farang itu.


Lamunannya buyar seketika saat Joi datang untuk mengabarkan kedatangan Reung dan Janward. Mereka berdua mulai menaiki tangga saat tiba-tiba saja Janward oleng, tapi untunglah Reung sigap memeganginya.

Dia bahkan terus memegangi Janward saking takutnya Janward jatuh lagi. Saking kuatnya Reung memegangi tangannya, Janward sampai tidak bisa melakukan Wai pada Por Date.

Por date memperhatikan semua itu sambil mengulum senyum. "Kalian datang bersama?"

"Tidak, jao ka. Aku tak sengaja bertemu Reung di dermaga." Sangkal Janward

"Terima kasih sudah datang untuk mengantarkanku pergi."

"Berapa lama kau akan pergi, Khun P'Date?"

"Sangat lama. Mungkin satu tahun."

Janward tampak sedih mendengarnya, dia hanya bisa mengantarkan Por Date sampai di sini. Reung ingin mengantarkannya ke pelabuhan, tapi dia meminta Por Date untuk menunggunya di dok sebentar. Por Date mengerti lalu pergi duluan meninggalkan mereka berduaan.

 

Janward berniat menghindarinya, tapi Reung dengan cepat memanggilnya kembali dan mengaku terang-terangan bahwa belakangan ini dia sering memikirkan Janward. Hanya saja, dia tidak berani menemui Janward karena Ibunya Janward.

"Ibuku bersikap seperti ibu-ibu lain. Ia hanya ingin yakin. Dan bagaimana ia bisa menjadi yakin... itu adalah tugasmu." (Ow, kode nih)


Begitu Janward pulang, ia langsung curiga apakah Janward bertemu orang lain saat dia pergi mengunjungi Por Date tadi? Janward tanpa ragu mengiyakannya, dia bertemu Reung.

Ibu sontak kesal mendengarnya. "Aku tidak menyukainya. Dia tidak akan menjadi menantuku."


Saat Reung curhat padanya, Kade menasehatinya untuk sering-sering mengunjungi Janward. Tapi nasehatnya malah membuat Reung bingung, dia tidak bisa melakukan itu, Ibunya Janward membencinya.

"Itu masalah kecil. Tidak sulit kok. Khun Reung, kau harus pergi. Tapi datanglah saat Ibunya Mae Ying Janward sedang tidak di rumah."

"Dan bagaimana aku tahu kapan Khun Ying sedang tidak ada di rumah?"

"Kau selidikilah apakah mobilnya... maksudku perahunya ada di sana atau tidak."


Maka jadilah Reung mendayung mondar-mandir di sekitar rumahnya Janward dengan memakai samaran. Tiba-tiba ada seorang pelayan yang melihatnya. Reung sontak panik menutupi wajahnya. Tapi untunglah si pelayan itu ternyata tuna wicara dan tak tahu bagaimana harus melaporkan Reung pada pelayan lainnya.


Di rumah, Kade menulis buku jurnalnya tentang kepergian rombongan duta besar Ayutthaya ke Perancis bersama dengan duta besar Perancis yang balik ke negaranya sesuai apa yang tertulis dalam sejarah.

Pin dan Yam yang sudah sering mendengarkan Kade ngomongin sejarah, jadi penasaran dengan apa yang tertulis dalam sejarah.

"Sekarang kalian tahu dengan baik, yah. Kalian mengerti sejarah juga."

"Anda selalu membicarakannya ratusan kali, jadi kami bisa menebaknya, jao ka."

Oke. Jadi begini yang tertulis dalam sejarah. Dalam perjalanan, kapal itu diterjang pusaran air dan angin topan, dan membuat kapal itu jadi terombang-ambing berulang kali lalu berputar-putar hingga terjatuh ke pusaran air.

Untung saja ada Guru Chiprakao yang menarik kapal itu dari pusaran air. Jika tidak, kapal itu sudah pasti akan tenggelam di samudera.

"Apakah yang tertulis dalam sejarah itu benar, jao ka?" Tanya Pin

"Kau harus menunggu Ork Khun Thun kembali untuk mengetahui apakah yang tertulis dalam sejarah itu benar atau tidak." Sahut Yam


"Lalu sejarah bilang mereka akan pergi berapa lama?"

"Dengarkan baik-baik, yah, P'. Satu tahun."

"Hah?!"

"Sungguh, P'. Setahun lebih."

"Setahun lebih. Mati pasti!"

"Kenapa pasti?"

"Kalau dia pergi setahun lebih, seseorang di sini akan merindukannya setengah mati." Goda Yam. Tapi candaan Yam itu kontan membuat Kade bersedih, merindukan Por Date.

Bersambung ke episode 13

Note:
Yang tanya tentang episode 1 - 10, maaf yah blog lama sengaja aku tutup untuk umum entah sampai kapan karena masalah yang kemarin itu. Daripada aku harus kehilangan blog yang sudah kubangun bertahun-tahun dan kehilangan ribuan sinopsis di dalamnya, mending aku private aja blognya. Mianhe. Kop khun kha, errr... bener nggak tuh bahasa Thai-nya?  Atau salah? Wkwkwk! Ah, entahlah, lupa aku. Maklum kemampuan bahasa Thai-ku sangat amat terbatas.

Post a Comment

16 Comments

  1. Yey, udh ada lagi sinopsisnya, makasih kakak...

    ReplyDelete
  2. untung di kasih kepercayaan sama admin ny buat terus ngikutin blog ny,,, terimakasih,, 😀

    ReplyDelete
  3. Pantas aja aku mau baca sinopsis yg lama2 gak bisa

    ReplyDelete
  4. Mba ima, aku mau jadi tamu mba ima di blog lama. Gimana caranya?
    Klo kangen mosheng dan yichen, biasanya aku baca ulang.
    Ila

    ReplyDelete
  5. Astagaa senangnya....buka blog lgsg ada 2 part 😍😍😍🤗🤗🤗 makasih ima

    ReplyDelete
  6. mbk ima kok saya gak di undang di bloggernya padahal saya setia lho ngikutin sinopsisnya....gmn bsk mau baca ulang sinopsis yg lain karya mbk ima...mbk ima undangan ya please...

    ReplyDelete
  7. mbk ima knp saya gak di masukin di blog yg lama...kalau kangen sinopsis yang lama gmna mbk ima....

    ReplyDelete
  8. Aduhhh suka pake bgt ini dramaaa , mksih yaa mba udh bikin sinopsis nya , lanjut terus yaa mba ,
    oya mba sya kepengen bgt bca eps 1-10 nya , bisa gak mba undang sya di blog lamanya mba .. pleaseee ^^

    ReplyDelete
  9. Suka banget sinopsisnya ..tapi kenapa blog yg lama gak bisa di buka di umum ..biasanya kalau kangen baca sinopsis drama yg lama pasti baca pakai blognya mbak ...tolong undang saya di blog yang lama dong mbak ....tolong banget ya mbak ...

    ReplyDelete
  10. Tolong uandang aku ke blog ny mbk ima dong
    Mw bca sinopsis yg lain yg d tulis mbak ima

    ReplyDelete
  11. Mantap kak,,,, seneng baca x, gak ngebosenin meski di baca berulang ulang,,,,,, makasih kak,dah buat sinopsis x,,,,,,ini drama thailand favoeit q banget

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam