Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 12 - 2

 Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 12 - 2

Maka berangkatlah rombongan Por Date, Kade, dan Khun Ying ke Lavo. Kade benar-benar antusias sepanjang perjalanan. Dia ingin sekali melihat tempat Raja melihat bintang dengan teleskopnya. Di mana itu?


"Istana Kraison Siharat dan gereja Saint Paulo di Thale Chupson (danau air tawar di Lavo)."

"Aku ingin melihatnya!"


Setibanya di Lavo, Kade langsung pergi mengunjungi Maria. Di pintu depan, dia disambut oleh Kara dengan tatapan sinis dan sikap angkuh, dia bahkan tidak tersenyum sedikitpun saat dia menyuruh Kade mengikutinya ke dalam.

Kedua pelayan yang menemani Kade, jelas tak senang melihat sikapnya yang sama sekali tidak sopan. Kara bersikap seolah dia selevel dengan Kade. Si farang ini bahkan berani membuat rumah yang bentuknya jauh lebih besar daripada istana Raja.

Kade sih santai saja. Rumah farang di negara asal mereka yah memang seperti ini, mereka mungkin menggunakan rumah ini untuk menyambut para tamu farang. Tidak usah berpikir terlalu berlebihan.

 

Maria sedang memasak saat itu, sementara dua orang pelayannya sedang menimang kedua anak Maria.

"Dia sangat jelek dan sial." Ucap Kade untuk anak pertama Maria sebelum kemudian memberikan hadiah gelang kaki untuknya. (Note: Orang Thailand percaya bahwa bayi tidak boleh dipuji imut dan lucu karena itu bisa sial)

Dia lalu melakukan hal yang sama untuk bayi kedua Maria. "Aku tidak tahu kalau kau mengandung anak keduamu."

Wajah Maria sontak murung seketika. Tapi dia cepat-cepat menormalkan ekspresi wajahnya dan memberitahu Kade bahwa nama anak keduanya ini adalah Joao, dan dia menyusui kedua anaknya sendiri loh.


"Tapi kau masih membuat kue-kue juga." Ujar Kade mengalihkan topik ke kue-kue buatan Maria yang semuanya berwarna kuning, tapi dengan bentuk yang berbeda-beda. (Note: Maria Goyumar adalah pencipta beberapa jajanan tradisional Thailand seperti foy thong, thong yip, dan thong yod)

Tapi ada satu kue yang bentuknya cuma datar saja. Kade jadi bingung, ini makanan apa. Maria mengaku kalau dia belum menamai kue yang baru dibuatnya itu, dia membuatnya dari campuran kuning telur dan tepung. Dia juga mencampurnya dengan gula untuk membuat teksturnya lebih padat dan lebih tahan lama.

"Kau membuat keputusan yang tepat!"

"Keputusan yang tepat? Maksudnya?"

"Erhm, maksudku... ini kelihatan enak dan baunya juga manis. Rasanya pasti sangat manis. Apa aku boleh mencicipinya."


Kade santai saja mengambil kue datar yang baru keluar dari wajan dan sontak membuat tangannya terbakar. Refleks dia menjatuhkan kue panas itu hingga kue itu mendarat masuk ke dalam cangkir kecil dan membuat bentuknya berubah menguncup seperti bunga.

Melihat itu, Maria mendadak punya ide bagus. Dan tak lama kemudian, kue-kue yang tadinya tak berbentuk itu, sekarang tertata apik menjadi bentuk bunga di dalam cangkir-cangkir kecil.

Kara masuk dapur tak lama kemudian dan langsung memuji kue barunya Maria itu. Apa nama kue ini?

"Aku menamainya... thong... thong jip."

Kade tak setuju. Maka Maria mencoba memikirkan nama lain. "Aku akan menamainya... thong yip."


Kade langsung setuju. Lalu yang bentuknya bulat, Maria menamainya thong yod. Lalu yang bentuknya seperti kumpulan benang emas itu dia namai thong pae.

"Kurasa nama foy thong lebih bagus." Oops! Kade keceplosan lagi.

Tapi Maria tidak curiga sama sekali dan langsung suka nama itu. Kade pintar sekali. Hahaha! Kade cuma bisa cengengesan mendengarnya.

Kade lalu pamit tak lama kemudian. Tapi dia janji akan datang lagi sebelum dia balik ke Ayutthaya nanti.

 

Di rumah saudara mereka, Prik heboh sendiri gara-gara Kade dan Por Date belum datang. Khun Ying sendiri santai-santai saja. Prik makin nyinyir melihat reaksi Khun Ying, Khun Ying kan seorang ibu.

"Kau bicara seperti seseorang yang tidak pernah punya anak saja. Apa kau tidak tahu bahwa anak-anak dan orang tua itu pribadi yang berbeda?"

"Tapi Mae Prik memang pernah punya anak, Khun Ying." Ujar Juang

Prik sontak kesal berusaha menghentikan Juang, tapi Juang tak peduli. "Khun Ying, jao ka. Dulu dia pernah membesarkan..."

"Nang Juang!"

"Dan dia memanggilnya sebagai anak juga, jao ka."

"Membesarkan apa?" Khun Ying penasaran.

"Dia membesarkan anjing, jao ka. Dan dia menyebut dirinya sebagai ibu, jao ka."

Khun Ying geli mendengarnya. Prik membela diri bahwa anjing itu lebih setia daripada manusia. Makanya dia lebih suka memiliki anjing sebagai anaknya daripada manusia.


Por Date dan Kade akhirnya datang tak lama kemudian. Khun Ying langsung menyuruh mereka makan dulu, ia sendiri sudah makan duluan tadi.

Jadilah mereka makan berduaan saja. Kade mengaku kalau dia ingin membeli sendok dan garpu. Por Date setuju-setuju saja. Setelah mereka menikah nanti, dia akan membiarkan Kade untuk mengepalai segala urusan rumah tangga.

"Aku tidak mau jadi kepala."

"Kau tidak harus jadi kepala. Karena... aku tidak akan memiliki selir-selir kecil, jadi kau akan menjadi yang terbesar"

Kade tercengang mendengarnya. "Khun P', apa maksud ucapanmu itu?"

Tapi Por Date menolak mengulanginya, malah beralih topik memberitahu Kade bahwa hari ini, dia akan membawa Kade untuk melihat kuil Phra Prang Sam Yod. Kade sontak antusias mendengarnya.


Mereka langsung keluar setelah makan. Saking antusiasnya, Kade santai saja lari-lari sampai tidak sadar saat Por Date berhenti di tengah tangga dan jadilah dia menubruk Por Date.

Dia langsung oleng ke belakang. Untunglah Por Date sigap menangkapnya. "Apa kau ingin tahu apa maksud dari ucapanku tadi?"

"Tidak lagi."

"Kenapa?"

"Yah, karena aku tidak ingin."

"Ayo, pergi."

"Ayo!"

 

Tapi Kade sontak mundur ketakutan begitu melihat ada kuda di depan. Kudanya siapa itu? Tentu saja kuda yang Por Date siapkan untuk acara mereka hari ini. Terlalu melelahkan kalau harus jalan kaki, apalagi di Lavo juga tidak ada perahu seperti di Ayutthaya.

"Tapi aku tidak bisa menunggang kuda."

"Tidak sulit kok."

Kade mendadak berinisiatif mengajak Juang ikut. Juang hampir saja senang, tapi Por Date dengan cepat menegaskan bahwa hanya mereka berdua yang akan pergi jalan-jalan. Kudanya kan cuma satu.


Juang dan Kade jadi bingung, bagaimana Kade bisa pergi kalau kudanya cuma satu? Menjawab pertanyaan itu, Por Date dengan santainya mengajak Kade mendekati si kuda lalu menggendong Kade naik ke punggung kuda sebelum kemudian menyusul naik. (Pfft! Modus banget si Khun P')

Jadilah mereka jalan-jalan sambil berdekapan seperti itu. Kade penasaran apakah Por Date sudah melihat hadiah apa yang dibawakan si duta besar Perancis untuk Raja.

"Aku melihatnya."

"Apa?"

"Benda-benda aneh. Raja sangat amat senang."

"Kenapa aneh?"

"Aku tidak pernah melihatnya, makanya aneh."

"Benda apa itu?"

"Banyak."


Kade gregetan mendengarnya, bilang saja Por Date tidak mau memberitahunya. Dia terus bergerak-gerak karena tak nyaman, dan Por Date dengan cepat menghentikannya dengan cara mendekapnya sambil menegaskan bahwa hadiahnya banyak. Kade pasti akan capek sebelum dia selesai mendengarkannya.

"Tidak akan!" Ujar Kade berusaha memberontak dari dekapannya.

Por Date sontak mempererat dekapannya sambil ngotot kalau Kade pasti akan capek, dan jangan membantah lagi. Salah satunya adalah sebuah teleskop yang digunakan untuk melihat bintang-bintang di langit.

Kade penasaran apakah menurut Por Date, Khun Ban cocok jadi duta besar? Iya, sangat. Apalagi duta besar Chevalier de Chaumont sangat memuji Khun Ban.

 

Kade maklum, Khun Ban memang sangat berkelas, pintar, dan fasih dalam berbahasa Perancis. "Dia juga sangat amat tampan, benar-benar mempesona."

Por Date cemberut mendengarnya. Khun Ban memang sangat berkelas... makanya dia punya 22 istri. (Busyet! banyak amat) Kade shock. Por Date bingung, kenapa dia kaget, itu kan hal yang wajar.

"22 istri, jao ka. Memikiran istri pertamanya... berapa banyak ronde sebelum dia kembali ke istri pertamanya?"

"Kau bilang apa?"

"Bagaimana perasaan istri pertama dan keduanya?"

"Aku tidak tahu. Aku bukan istrinya Thun Ork Pra."


Pfft! Benar juga."Kau pikir kau tidak akan bisa? Kalau kau tinggal di Bangkok, kau pasti akan kedinginan."

Por Date malah salah paham mengira Kade kedinginan dan langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk memeluk kade.

"Bukan. Aku tidak kedinginan, Khun P'!"

"Bagaimana bisa kau tidak kedinginan? Aku mendengarmu berkata 'kedinginan' dengan kedua telingaku." Por Date santai saja mempererat dekapannya, tak peduli biarpun saat itu mereka tengah berada di keramaian.

Lalu dengan cepat dia mengalihkan perhatian Kade ke depan... melihat kuil Phra Prang Sam Yod yang megah dan kontan membuat Kade terpesona.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

6 Comments

  1. Hahahha lucu bgt kade...tp maria knp ya??kok sedih gt.

    ReplyDelete
  2. Mbak di tunggu krlanjutan y,mbak boleh minta mbak tulis sinopsis ango asoke makasih

    ReplyDelete
  3. Mbak di tunggu krlanjutan y,mbak boleh minta mbak tulis sinopsis ango asoke makasih

    ReplyDelete
  4. Buahahahaha asli nih sinopsis bikin nggak berenti ketawa😂😂 lucu banget sih karakter pemainnya😅

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam