Sinopsis Legend of Yun Xi Episode 2 - 1

 Sinopsis Legend of Yun Xi Episode 2 - 1

Saat hendak kembali ke kamar, Yun Xi malah tak sengaja bertemu dengan Ayah dan rombongannya. Suasana sontak tegang seketika. Ayah pun langsung membentak Yun Xi.


Saudara tirinya Yun Xi, Ruo Xue, langsung sinis menyindir Yun Xi. Dia sekarang jadi semakin berani yah sampai keluar sepanjang malam, sungguh memalukan.

"Aku tahu malu atau tidak, itu bukan urusan putri seorang istri muda." Balas Yun Xi.


Ayah sontak marah mendengarnya dan semakin mengomeli Yun Xi karena tidak berlaku sepantasnya sebagai putri tertua Keluarga Han dan tidak menyayangi saudaranya sendiri. Apa yang sudah Yun Xi lakukan semalaman?

"Aku pergi ke gunung mencari tanaman obat."

Tapi Ayah malah tak percaya dan menuduh Yun Xi pintar berbohong sekarang. Bagaimana ia bisa percaya, apa mungkin mencari tanaman obat dengan pakaian serba hitam begini?

Mengaku saja, ke mana dia pergi semalam?! Kalau Yun Xi tidak jujur, maka Ayah akan menghukumnya.

"Aku mengatakan yang sebenarnya! Terserah kalau Ayah tidak percaya."


Nyonya Ketiga yang tampaknya menyayangi Yun Xi, berusaha membela Yun Xi dan meyakinkan Ayah kalau Yun Xi sudah menyukai tanaman obat sedari kecil. Dia juga sering keluar untuk mencari tanaman obat, jadi lebih baik percaya saja padanya.


Tapi Nyonya Xue (Ibunya Ruo Xue) dengan nada setengah sinis mengingatkan Yun Xi bahwa seorang gadis yang belum menikah, tidak seharusnya bersikap seenaknya sendiri. Seharusnya dia memikirkan reputasi dirinya sendiri dan keluarnya.


"Ibumu benar. Katakan sejujurnya, apa kau keluar dan bergaul dengan lelaki berandal?"

Yun Xi sontak melepaskan cadarnya dengan kesal. Dengan wajah seperti ini, pria mana yang mau dengannya? Kesal mendengar bantahan Yun Xi, Ayah sontak menamparnya keras-keras.

Kaget, Nyonya Ketiga berusaha menenangkan Ayah. Tapi itu malah membuat Ayah semakin marah dan mengomeli Nyonya Ketiga karena tidak mengurus Yun Xi dengan baik. Ia bahkan langsung memerintahkan agar Yun Xi dikurung di kamarnya.

Yun Xi berusaha untuk tetap tegar saat Ayah dengan dinginnya berjalan pergi melewatinya dan mengacuhkan Nyonya Xue dan putrinya yang melewatinya dengan senyum sinis.

 

Seorang pengawal tergesa-gesa kembali ke istana mengabarkan pada Kaisar Tian Wei bahwa adik Raja yaitu Pangeran Qin. Kaisar tampak tak senang dengan kabar itu dan memerintahkan kasimnya untuk mempersiapkan penyambutan Pangeran Qin. Dengan alasan pura-pura tak enak badan, Kaisar mengklaim kalau ia akan menemui Pangeran Qin lain hari saja.


Jadilah yang menyambut kedatangan rombongan Pangeran Qin hanya para rakyat dan Putra Mahkota Long Tian Mo. Yang tidak mereka ketahui, sebenarnya tandu yang dibawa rombongan itu kosong.

Di tengah jalan, Kasim menghentikan mereka untuk membacakan titah Raja yang memuji-muji keberhasilan pangeran Qin dalam medan perang. Tapi tentu saja tak ada jawaban dari dalam tandu.


Kasim dan Tian Mo pun memutuskan untuk mendekati tandu itu. Para pengawalnya Fei Ye mulai panik. Xi Feng buru-buru menghadang Tian Mo dan beralasan bahwa Fei Ye menderita cedera serius dalam peperangan di Qiu Barat.

Saat kondisinya sedikit membaik, dia segera dilarikan kembali ke ibu kota. Tapi sekarang dia demam dan tabib menyarankan agar Fei Ye tidak kena angin.

"Karena itulah, hamba memohon pengampunan Yang Mulia Pangeran."

Tian Mo merasa aneh. Bukankah pamannya itu sangat hebat, dia bahkan dijuluki dewa perang dari Tian Ning. Masa kena demam saja bisa melukai Fei Ye?

Dia bersikeras ingin mendekat. Xi Feng terus menghalanginya, tapi hal itu membuat Tian Mo jadi kesal dan mengancam Xi Feng. Terpaksalah Xi Feng harus melepaskannya dengan cemas.

Tian Mo semakin mendekat saat tiba-tiba saja tandu itu menjeblak terbuka dan Fei Ye keluar dari dalamnya dengan wajah marah. Fiuh! Kapan masuknya dia ke sana?


"Ucapan Putra Mahkota terlalu memujiku." Sinis Fei Ye. "Jika bukan karena keberanian prajurit Tian Ning, Jenderal Baili, dan Wakil Jenderal Chu, aku pasti terbunuh dalam peperangan. Julukan Dewa Perang Tian Ning hanyalah pujian yang terlalu berlebihan. Putra Mahkota tidak mungkin sebodoh itu, kan?"

"Apa yang Paman katakan benar."


Setelah Kasim memberikan titah Kaisar pada Fei Ye, rombongan itupun kembali melanjutkan perjalanan. Kebetulan saat itu, Ruo Xue lewat dan langsung heboh.

Dia dengar kalau Pangeran Qin itu bukan cuma pintar dan ahli dalam perang, tapi juga tampan. Benar-benar suami idaman semua wanita di dunia.

Pelayannya menyarankan Ruo Xue untuk tidak terlalu mengharapkan Pangeran Qin, karena bangsawan seperti Fei Ye itu terlalu jauh bagi orang biasa seperti mereka.

"Tidak mungkin. Ayahku adalah tabib istana, statusnya sama dengan bangsawan. Status kami sangat cocok. Kalau aku bisa menikah dengan Pangeran Qin, matipun aku rela. Aku mau di sini saja untuk melihatnya."

Pelayannya cemas, Tuan sudah marah gara-gara Yun Xi keluar rumah semalaman. Ruo Xue pasti akan dihukum juga kalau dia ketahuan keluar rumah.

"Jangan bandingkan aku dengannya. Aku siapa? Aku putri kesayangan ayah, sedangkan gadis menjijikkan itu tinggal menunggu hukuman dari Ayah."


Setibanya di istana, Fei Ye langsung menemui Ibu Suri yang memuji-muji keberhasilan Fei Ye. Ia tampak begitu ramah dan baik pada Fei Ye hingga ia menyajikan teh Feng Lu yang berkhasiat untuk memulihkan kesehatan Fei Ye dan Fei Ye langsung menghabiskannya dalam sekali teguk.

Fei Ye mengaku kalau dia hanya gelisah ingin segera bertemu ibunya, makanya dia cepat-cepat menghabiskan tehnya. Kalau begitu, Ibu Suri pun mengizinkannya untuk pergi sekarang.

 

Akan tetapi begitu Fei Ye pergi, keramahan di wajah Ibu Suri seketika memudar. Ia bahkan langsung memerintahkan pelayan untuk membanting dan membuang cangkir bekas minumnya Fei Ye itu.


Malam harinya, pelayan pribadi Ibu Suri mengingatkan Ibu Suri tentang seorang pelayan yang dulu pernah mencoba mencuri teh Feng Lu, tapi ternyata si pelayan itu alergi terhadap teh itu hingga dia pingsan dan seluruh tubuhnya penuh ruam.

Dia masih ingat dengan jelas bahwa saat Pangeran Qin lahir, seorang peramal meramalkan hidup Pangeran Qin akan penuh dengan kesialan dan bentrok dengan nasib negeri ini.

Makanya dia dibesarkan di kediaman lain di pinggiran ibu kota. Demi menghibur Nyonya Yi, Ibu Suri memberikan banyak sekali hadiah untuknya... yang mana salah satunya adalah teh Feng Lu.

Waktu itu, kasim yang melayani Pangeran Qin langsung kembali ke istana dan melapor bahwa setelah Pangeran Qin meminum teh itu, dia langsung pingsan dan tubuhnya penuh ruam.

Para pelayan bergosip dan berpikir bahwa Pangeran Qin sungguh tidak beruntung hingga dia bahkan tidak bisa bertahan dengan secangkir teh.

Nyonya Yi bahkan jatuh sakit gara-gara kejadian itu dan mengira kalau Ibu Suri sengaja meracuni putranya. Sejak saat itu Nyonya Yi selalu berhati-hati setiap membicarakan Pangeran Qin.

Anehnya, tadi saat si pelayan mengikuti Fei Ye keluar setelah dia meminum tehnya, Fei Ye malah tampak baik-baik saja. Dia bahkan tidak terjatuh dari kudanya. Seharusnya alerginya Fei Ye langsung bereaksi begitu dia meminum tehnya.

"Yang Mulia, apa anda ingat kebakaran yang terjadi waktu itu?"


Dalam flashback, kediaman Fei Ye tampak kebakaran yang jelas-jelas disengaja. Saat orang-orang di dalamnya hendak melarikan diri, mereka semua malah ditembak dengan panah. Akhirnya kebakaran itu membakar semua orang di dalamnya... kecuali Fei Ye yang entah bagaimana bisa selamat.


"Yang Mulia, apakah anda curiga bahwa identitas Pangeran Qin tidak sesederhana itu?"

"Tapi, kebakaran waktu itu adalah perbuatanku. Jika aku menyelidiki identitas Pangeran Qin, maka yang lain pasti akan mengetahui tentang kebakaran itu."

Kaisar itu orang yang taat aturan dan adil, jika Kaisar mendapatkan satu saja petunjuk, Ibu Suri takut dirinya akan disangkutpautkan.

"Yang Mulia, lebih baik jika kita mengirim mata-mata untuk menyelidiki kediaman Pangeran Qin." Usul si pelayan.

Ide bagus! "Ayo kita pergi ke Istana Qin Zheng."


Raja sedang merenung saat Ibu Suri datang. Ibu Suri mengklaim kalau dia datang untuk membicarakan masalah pernikahannya Pangeran Qin. 10 tahun yang lalu, Ibu Suri sudah mengatur pernikahannya Pangeran Qin walaupun waktu itu Ibu Suri cuma bercanda saja.

Waktu itu, Ibu Suri keracunan racun yang unik. Untunglah Nyonya Tian Xin (Ibunya Yun Xi) menyelamatkan hidupnya. Untuk membalas budi, Ibu Suri bercanda mengatakan bahwa ia akan mencarikan jodoh untuk anaknya yang belum lahir.

Nyonya Yi juga ada di sana waktu itu. Ibu Suri berkata bahwa jika bayinya perempuan, maka ia akan menjodohkannya dengan Pangeran Qin.

Sekarang putrinya Nyonya Tian Xin itu ada di kediaman Keluarga Han. Dia adalah putri tertua tabib istana, Han Cong An.

"Putri yang wajahnya penuh dengan radang kulit, putri tertua Keluarga Han yang buruk rupa itu?"

Betul. Walaupun itu cuma candaan, tapi Ibu Suri tetaplah Ibu Negara ini. Ucapannya tidak boleh dianggap remeh.

Kaisar langsung setuju. Terutama karena Keluarga Han hanyalah keluarga dari kalangan medis yang tidak punya kekuatan politik di istana. Jika ia menitahkan pernikahan mereka, maka Pangeran Qin takkan bisa menolaknya.

"Ini perjodohan pernikahan yang bagus. Ibu Suri sangat bijak. Besok aku akan mengeluarkan titah kerajaan dan menyuruh mereka menentukan tanggal pernikahan."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments